Bagian dari
Konservasi Cagar Budaya
Jum’at, 26
April 2019, Balai Konservasi Cagar dan Budaya mengadakan serangkaian acara
workshop, salah satunya adalah workshop konservasi kertas dan buku. Acara ini
diadakan di Balai Konservasi Cagar Budaya, letaknya di belakang museum
Fatahillah, Kota Tua Jakarta.
Saya yang
terlambat datang karena harus menyelesaikan kewajiban mengajar, ketinggalan
satu materi pertama tentang teori konservasi kertas dan buku. Materi kedua yang
bisa saya ikuti hampir setengahnya membahas tentang Teknik konservasi, sebelum
kami “digiring” ke laboratorium untuk mempraktekkan cara melindungi kertas dari
kerusakan. Baik dalam rangka mencegah (preventif) agar kertas tidak mengalami
kerusakan, maupun memperbaiki (kuratif) kertas yang sudah mengalami berbagai
ujian dan cobaan selama mereka berperan sebagai penyimpan ilmu pengetahuan.
Untuk tindakan
kuratif, Ibu Ellis (dari Perpusnas) menerangkan
beberapa cara agar koleksi buku yang kita miliki tetap dalam kondisi baik,
diantaranya:
1. Menjaga
buku dari kelembapan udara yang terlalu tinggi. Kandungan air di udara sekitar
koleksi buku dapat membuat kertas mudah rapuh dan rusak.
2. Membasmi
serangga yang mungkin akan memakan atau menghancurkan koleksi. Serangga yang
sering berbuat demikian diantaranya adalah kutu buku, teter, rayap, atau
ngengat.
3. Meletakkan
buku di rak dengan baik dan benar, tidak terlalu padat dan berada di ruang
dengan suhu normal.
4. Hindarkan
koleksi buku dari cahaya yang terlalu kuat dan segala sesuatu yang bersifat asam karena dapat merusak buku.
Baik menjadikan kertas berubah warna atau bahkan memudarkan tinta.
Proses deasidifikasi |
Proses pembuatan lem CMC |
Proses bleaching dengan larutan PK |
Hasil laminasi dikeringkan di atas kain blacu |
Jika sudah
terlanjur rusak, koleksi masih bisa diperbaiki dengan beberapa Teknik berikut:
1. Bleaching
Yaitu
upaya membersihkan kertas dari noda jamur, noda pulau, atau noda akibat
kontaminasi zat asam. Cara membersihkannya, kertas bernoda direndam (dengan
dilapisi kasa/kain strimin untuk mencegahnya larut dalam air) menggunakan
larutan Kalium Permanganat atau biasa disebut PK dengan konsentrasi 0,5-5% dalam air selama 30 menit. Setelah itu
kertas dicuci dengan air bersih selama 5-10 menit. Kemudian direndam lagi dalam
larutan Natrium bikarbonat untuk proses deasidifikasi selama 30 menit – 1 jam. Baru kemudian
dikeringkan dengan dingain-anginkan dan jangan biarkan terkena sinar matahari
langsung.
2. Mending
Kertas
yang selesai mengalami proses bleaching biasanya terkoyak atau bahkan ada
bagian yang hilang. Untuk itu, perlu dikalukan manding yang berfungsi
menyambung dan menambal bagian kertas. Kasa/tisu jepang yang digunakan adalah jenis RK 28,
sayang bahan ini tidak dijual bebas di Indonesia. Para konservator itu perlu
mengimpor kasa jenis tersebut langsung dari jepang.
Salah
satu hal yang perlu diperhatikan dalam proses manding,untuk menambal bagian
kertas yang hilang, setelah dibentuk pola sesuai bentuk koyak, jangan gunakan gunting
untuk membentuk pola. Ckup sobek pelan-pelan agar serat kasa keluar dan nanti
akan sangat membantu dalam proses perekatan ketika bercampur dengan lem.
3. Laminasi
Laminasi adalah proses pelapisan dua permukaan kertas dengan bahan penguat, proses melapisi kertas yang sudah disambung dan ditambal agar semakin kuat,
tidak mudah robek dan menjaga keutuhan kertas yang sudah diperbaiki. Langkah
ini dilakukan dengan cara melapiskan kasa yang lebih tipis dan kain strimin di
kedua sisi kertas, kemudian menyapukan lem secara merata ke seluruh permukaan
kertas. Setelah itu, kain strimin perlahan dilepas dan kertas dikeringkan di
atas kain blacu agar proses pengeringan berjalan sempurna.
Lem
yang digunakan dalam proses menyambung, menambal, dan melaminasi kertas adalah
lem yang dibuat dari campuran CMC + air. Dengan perbandingan 1 sdm CMC dengan
150 ml air dan diblender bersamaan, hasilnya adalah lem kental untuk proses
menyambung dan menambal. Sedangkan untuk laminasi, kita mmebutuhkan lem encer
yang dibuat dari campuran 1 sdm CMC dengan 450 ml air yang diblender selama sekitar
3 menit.
Bahan
baku lem CMC adalah bubuk CMC yang mudah diperoleh di took bahan bangunan atau
bahan kue. Bubuk ini biasanya juga digunakan sebagai campuran es krim atau
gelato.
4. Lining
Lining adalah proses pelapisan satu permukaan kertas (kosong) dengan bahan penguat. Sayang proses ini tidak dipraktikkan dengan jelas karena
keterbatasan waktu.
5. Enkapsulasi
Enkapsulasi adalah proses pelapisan lembaran kertas menggunakan bahan pelindung dari kerusakan yang bersifat fisik. Merupakan proses untuk memperbaiki dokumen penting seperti buku, ijazah, sertifikat, atau
piagam. Langkah dalam proses ini juga tidak dapat dipraktikkan oleh para
pemateri karena keterbatasan waktu.
Beberapa
tindakan kuratif diatas hanya dapat diberlakukan pada naskah atau buku yang
dicetak menggunakan tinta permanen. Artinya, untuk dokumen yang dibuat secara
manual misalnya tulisan tangan dan tinta basah, tidak dapat dilakukan bleaching
karena mungkin tinta akan menghilang. tapi untuk deasidifikasi dapat digunakan dengan bahan kering.
Sebelum
sesi praktik di laboratorium konservasi berakhir, Pak Aris mengajarkan cara
membuat book box yang berfungsi menjaga buku di dalam kotak yang aman, atau
bisa juga digunakan untuk fumigasi jika koleksi diserang oleh serangga.
Semoga
ada kesempatan lain untuk belajar lebih baik lagi mengenai Teknik konservasi
berbagai macam koleksi yang kita miliki. Bagaimanapun, mencegah harusnya lebih
mudah dari mengobati. Maka jangan sia-siakan kesempatan untuk merawat dan
menjaga koleksi di rumah, sebelum harus mengonservasi koleksi tersebut dengan
cara yang rumit dan menghabiskan waktu.
Namun
jika koleksi tersebut cukup berharga, maka seberapapun waktu dan biaya yang
harus dikorbankan akan sebanding dengan hasilnya. Hanya orang-orang yang sabar
dan tekun mampu menyelesaikan proses konservasi buku dan kertas dengan baik.
Maka jika anda mengenal atau memiliki seseorang yang paham dengan betapa
sulitnya memperbaiki sesuatu yang sudah rusak, bisa dipastikan dia akan mampu
menjaga sesuatu yang dimilikinya dengan sangat baik.
*Loh?
0 comments:
Post a Comment