Thursday 29 September 2016

Satu Jam Tiga Kota

| |






Yakin, secepat itu?

Ah, paling kota kecil...

Ngga percaya!!


Itu adalah contoh ekspresi negatif ketika mendengar bahwa aku biasa travelling ke 3 kota dalam satu jam saja. Kamu, mau percaya engga?

Hehe, oke...baca dulu cerita berikut ini. Lalu nanti, kau bebas menentukan mau pecaya atau engga.

Kamu tau kan, kalau sekarang aku kuliah lagi? Iya, lanjut S2 di Fakultas Syari’ah dan Hukum Islam UN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Oh, Jogja? Yup!! Kota pelajar, kota gudeg, kota kuliner, dan tentu saja.... kota rindu! Aish, ngga usah baper gitu. Ngaku aja kalau lagi rindu sama Jogja.. atau seseorang yang sedang dan pernah ada? Ciee.... itu pipi tiba-tiba ketempelan udang rebus atau gimana? Kok jadi semu merah gitu?

Ahaha...oke, oke. Back to the main idea.

Jadi bener, aku kuliah di jogja. Tapi hampir setiap hari kuliah, aku harus melalui tiga kota sekaligus dalam satu jam!. Aku bilang hampir, karena ada hari dimana aku tidak melalui tiga kota saat masuk kuliah. Yaitu ketika nginep di kos teman. Heehehe

Hemm, pasti masih ngga percaya?

Jadi gini loh, karena saat ini aku tinggal di rumah pakde, tepatnya desa Ngunut Kecamatan Playen. Desa ini termasuk dalam wilayah pemerintah daerah Gunungkidul. 

Nah, untuk mencapai kampus saat jadwal kuliah pagi, biasanya aku berangkat dari rumah jam 6 pagi, teng!. Catat ya, berangkat pukul 06.00. motor kulajukan dengan kecepatan sedang, tentu saja tergantung kondisi lalu lintas ya.

Nah, karena tmpatku tinggal ini di daerah pegunungan, maka aku harus “turun gunung” melalui jalan berliku, tanjakan, kelokan dan turunan. Sampailah aku di bukit bintang. Ini adalah wilayah perbatasan antara Kabupaten Gunungkidul dengan Kabupaten Bantul. 

Daerah perbatasan ini ditandai dengan gapura sederhana, yang keberadaannya sekarang tidak lebih menarik perhatian dibanding dengan keberadaan grafik tulisan “Gunungkidul Handayani” warna kuning dan di pasang tepat di kelokan jalan sebelah selatan bukit bintang. Di samping tulisan itu ada topeng ciri khas Gunungkidul. Lalu di sekitarnya, tertata rapi beberapa taman, air mancur, gapura selamat datang ke kabupaten Gunungkidul, juga sambutan menuju Geopark. Cantik, artistik, dan sungguh menarik.
Kemudian masuk ke wilayah Kabupaten Bantul yang jaraknya hanya beberapa langkah dari taman dan geopark serta grafik Gunungkidul, baru saja diselesaikan pembangunan semacam monumen penanda daerah perbatasan, sekaligus bisa menjadi background foto pengunjung, yaitu monumen Bukit Bintang, ini sudah masuk wilayah Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul.

Sampai sini, sudah dua kota harus kulalui ya.... jarak tempuhnya sekitar 17 KM dari rumah, atau hampir 30 menit perjalanan. Gas terus kutarik menuruni jalanan sampai ke dataran rendah. Ini pertanda perjalanan sudah semakin dekat dengan pasar Piyungan, masih merupakan wilayah Kabupaten Bantul. Tak peduli siang atau malam, jalan utana Wonosari-Jogja ini selalu ramai dan lancar. Mengingat jalan ini adalah jalur utama dari Gunungkidul menuju pusat provinsi. Sampai ke perbatasan ringroad timur, aku batu mauk ke wilayah Kota Yogyakarta, lalu mengikuti jalur menuju fly over Janti, dan ambil kiri sampai ke kampus tercinta, semuanya memakan waktu 50 menit jika kondisi jalan sedang lengang, dan kalau pagi biasa sampai kampus tepat jam 7.00 pagi.

Jadilah aku menempuh 3 kota dalam satu jam. Ketika pulang, aku harus melalui jalur yang sama, dan itu artinya dalam 2 jam saja sudah bolak-balik ke tiga kota yang berbeda. Alhamdulillah, masih dipercaya untuk merasa selalu sehat dan kuat.

Ini pengalamanku, mana pengalamanmu?

#OneDayOnePost

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©