Sumber: Google |
Sebelum tugas RCO level 5
diumumkan, sudah ada indikasi kuat bahwa di level 5 akan ada kewajiban membaca
karya penulis penerima nobel sastra. Meski begitu, setelah pengumuman tantangan
itu saya tetap kelabakan karena belum menyiapkan bahan bacaan, “Buku apa yang
bisa saya baca di level ini?” Pencarian akhirnya harus dilakukan. Berburu novel
karya penerima nobel sastra ternyata tidak semudah menemukan buku Tere Liye di
rak perpustakaan SMA.
Saya sudah menekuri rak buku dari
satu Lorong ke Lorong yang lain, dari satu rak ke rak berikutnya. Tapi sayang,
tidak ada nama Kazuo Ishiguro, Bob Dylan, Svetlana Alexievich, Patrick Modiano, Alice Munro, Mo Yan, Tomas
Transtromer, apalagi Mario Vargas Llosa. Yang ada hanya Ernest Hemingway dengan
Lelaki Tua dan Laut. Novel ini, menurut Wikipedia mendapat menghargaan untuk
kehandalannya dari seni rupa naratif, yang terkini didemonstrasikan, dan untuk
pengaruh yang ia sematkan pada gaya kontemporer. Novel ini mendapat penghargaan
nobel sastra pada tahun 1954. Sayang, buku ini sudah saya baca beberapa kali.
Mau ulang lagi? Oh tidak, terima kasih. Saya bukan type pengulang yang baik.
Apalagi mengulang kesalahan yang sama. *Loh, membaca memang bukan sebuah
kesalahan, tapi mengulang bacaan yang sama hanya mungkin saya lakukan dalam dua
keadaan: terpaksa, atau sangat ingin. Dan kali ini, saya tidak dalam kondisi tersebut.
Baik, setelah bertualang di
perpustakaan yang tidak seberapa dan belum menemukan jodoh buku yang ingin
dibaca, pilihan beralih ke beberapa file pdf yang hadir di layar gawai. Rezeki
anak shalihah, dapatlah novel Albert Camus, sang penerima nobel sastra tahun
1957. Wikipedia tidak menyebutkan detail karya Camus yang mendapat penghargaan
nobel sastra. Hanya di kolom keterangan tabel sajian Wikipedia ditulis bahwa
Camus mendapat nobel untuk produksi kesusastraan berpengaruhnya, yang dengan
kesungguhan yang tampak jelas mengiluminasikan masalah-masalah hati nurani
manusiapada masa itu.
Saya membaca karya Camus berjudul
“Orang Asing” yang merupakan terjemahan dari bahasa Perancis L’Etranger. Novel
ini ditulis tahun 1942 dengan latar Al Jazair tempat Camus lahir. Bagi pecinta
tulisan petualangan, novel ini mungkin dapat menimbulkan rasa bosan saat
membaca. Karena hampir tidak ada konflik yang meledak-ledak atau intrik yang
penuh misteri. Alur yang disajikan terkesan “flat” namun sarat dengan muatan
filsafat dan sukses membuat kening berkerut-kerut untuk memahami maksudnya.
Absurditas yang ditawarkan Camus dalam novel ini menuntut pembaca untuk
menyelami karakter dan pemikiran setiap tokoh yang hadir.
Novel ini, menurut beberapa
sumber juga merupakan kritik terhadap pelaksanaan hukuman mati yang dijalankan
saat itu. Di sisi lain, efek dari karya Camus adalah anggapan publik akan teori
absurditas yang dikampanyekan lewat sastra. Soal ini, saya perlu membaca karya
Camus yang lain untuk memastikan. Tapi dari pengalaman pertama membaca “Orang
Asing’, memang aroma absurd tercium kuat dalam novel ini.
1 comments:
Memang Camus terkenal sebagai penulis absurditas, tetapi aku lebih menggolongkan eksistensialisme, karena solusi yang diberikan adalah memberontak pada absurditas, dan pernyataannya Aku memberontak maka aku ada membuktikan hal itu
Post a Comment