Tuesday 12 November 2019

Diary ODOP 7- Hei, Saatnya Pulang

| |



Dua bulan lebih dua pekan yang lalu, kalian diminta untuk menjelajah ke beberapa kota dunia. Bermukim di sana untuk sementara. Masih ingatkah apa yang terjadi saat permintaan itu berubah menjadi kewajiban? Saat setiap nama ditentukan harus tinggal di kota mana. Sebagian langsung berangkat dengan sukarela. Sayang, sebagian lagi bergeming. Seolah enggan membagi domisili. Mungkin rumah besar itu terlalu nyaman. Hingga para PJ harus menjemput, menculik, atau bahkan memindahkan tanpa izin nomor kalian ke masing-masing kota. Pemaksaan tanpa rencana, sebenarnya.


Tapi waktu terus berlalu. Proses belajar lebih banyak dan lama di kota-kota itu. Lalu kalian menjadi saling kenal, akrab, layaknya saudara. Seperti keluarga dunia maya. Canda, tawa, bahkan mampu mendominasi rasa. Benih-benih keakraban kian bersemi dan berbunga. Seolah tak ada batas yang perlu dikhawatirkan.

Akan berapa lamakah keakraban itu bertahan?

Mungkinkah selamanya keramaian di kota-kota akan terjaga?

Atau akan tiba masa, dimana kebosanan melanda. Kesibukan menyita waktu dan isi kepala, hingga dunia maya bukan lagi rumah tempat kembali untuk saling bersua dengan mereka yang terlanjur disebut sebagai keluarga?

Entahlah.

Berapa grup yang sudah pernah kusinggahi, mencoba mengakrabkan diri, hingga akhirnya menjadi bagian yang berarti. Entah berapa grup yang kalian miliki, mungkin semuanya memang perlu ada hingga kini. Entah…

Yang pasti, kota-kota kecil itu harus segera dikosongkan.

Tapi mengapa sebagian dari kalian tampak begitu enggan? Tergulung oleh rasa nyaman. Terbungkus keakraban, atau sebagai upaya mengabadikan persaudaraan?

Percayalah, kesan akan banyaknya kebaikan itu akan lebih lama terkenang jika kalian meninggalkan kota-kota itu sekarang. Bukan nanti, bukan menungu semua penduduk siap dan rela tanpa rasa sedih kehilangan kota kesayangan.

Percayalah, tidak ada yang abadi, kecuali segala sesuatu yang terjadi karena Allah, dan kuat dijaga hanya untuk Allah. Sepertinya ini dapat dimaknai, sesuatu yang lepas dari perhitungan materi.

Ah, apa itu teori? Tentu saja, iya. Tapi begitulah semesta bekerja. Segala sesuatunya fana. Kecuali sang pencipta. Begitu juga keakraban dan rasa nyaman itu. Kalian ingin tak percaya? Tak mengapa. Buktikan saja.

Oh ya, berita baik: hari ini hari terakhir kota-kota kecil itu bisa disinggahi. Jika sampai lewat tengah malam nanti masih ada lampu menyala, obrolan antar penduduk yang seolah ingin menjaga kota itu selamanya, atau penyusup yang ingin bersembunyi dari perjalanan berikutnya, tak mengapa. Namun jangan lupa, bahwa penduduk seluruh dunia ODOP 7 akan menerima akibatnya.

Portal perjalanan berikutnya tidak akan terbuka sampai semua kota dikosongkan.

Tak peduli pada rumah baru yang sudah berdiri menanti kehadiran para pencari ilmu, calon penulis dan pegiat literasi negeri ini. Tak peduli pada suguhan-suguhan yang sudah disiapkan panitia konsumsi di ruang yang masih sepi. Tak peduli pada beberapa pemateri yang sudah dihubungi, bahkan sebagian adalah master di luar sana.

Jadi, masih mau bertahan di kota kecil itu berapa lama lagi?

Rumah besar sudah menanti untuk tidak diduakan lagi. Saatnya pulang. Kamar-kamar sudah ditata rapi. Siapapun berhak memilih tempat favoritnya, tanpa perlu mengganggu privasi tetangga. Apa yang hilang, akan ada yang menggantikan. Jika saat ini ada yang merasa kehilangan keluarga dunia maya, di rumah besar tersedia keluarga yang lebih banyak jumlahnya, lebih beragam karakternya.

Percayalah, tidak perlu ada kata kehilangan. Apalah arti kehilangan jika yang harus direlakan, telah digantikan? Tidak ada masa depan yang bisa bergandengan dengan masa lalu, bukan? Maka cukup kemarin menjadi masa lalu yang sudah waktunya ditinggalkan. Hari ini menjadi kesempatan terbaik mengukir kenangan, dan esok, tetaplah masa depan yang penuh harapan. Kita tidak bisa tinggal di masa lalu sementara sudah waktunya melangkah ke masa depan.

Ucapkan selamat tinggal, bawa semua kenangan, mari kita pulang. Dunia ODOP 7 sudah menanti, bersama segenap keluarga besar ODOP. 

8 comments:

Renita Oktavia said...

I'm ready

Isnania said...

Suka kata-katanya mbak Kifa😍

muhammad syaifuddin said...

Time to go...

muhammad syaifuddin said...

Bukan selamat tinggal... Tapi sampai jumpa

Sakif said...

Yuk, pulang....

fitrianelestari said...

justru saat sedang dipuncak keakraban perpisahan akan meninggalkan kenangan manis ya Mbak 😊. Memang berat di awal tapi indah untuk dikenang.

Retno JUmirah said...

Siap ga siap memang harus meninggalkan kata tak rela sebenernya masih tersemat������

Izza said...

Selamat berkumpul di rumah baru. Semoga nggak kalah akrab dg pengalaman di kota2 sebelumnya :)

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©