Wednesday, 27 April 2016

Arah tulisanku

| |





Begitu pentingkah tema ini, sehingga harus kutuliskan dalam sebuah artikel panjang? Mungkin bagimu, tidak. Tapi, bagiku ini cukup penting buat masa depan. Jika suatu hari  kehilangan arah, aku bisa menengok kembali tujuan yang pernah kuimpikan. Atau setidaknya, jika suatu hari kau temukan tuisanku melenceng dari misi ini, bisa kau tampar aku agar kembali ke jalan yang benar. Sederhana, bukan?

Entah apa yang sebenarnya membuatku suka menulis. Kenangan,kah? Masa depan, kah? Atau justru, mimpi-mimpi itu? Mimpi yang hingga saat ini belum selesai bermetamorfosis sempurna dalam kehidupan nyata. Menjadi penulis? Terlalu istimewa, sepertinya.

Mungkin kegemaran membacalah yang banyak mendorong niatku untuk menulis. Karena ilmu itu harus terus mengalir agar bertambah. Maka ketika menerima, aku harus bisa menyalurkannya agar siap menerima ilmu lain yang antri entah dari mana. Melihat realita kehidupan, begitu banyak yang dimataku terkesan harus diluruskan. Namun aku tak sanggup menjadi orator karena suaraku tak selantang Bung Hatta dalam setiap pidatonya yang mengguncang jiwa.

Ya, keterbatasanku sebagai manusia biasa yang hidup sederhana cukup mencegah keinginan yang lebih besar untuk menguasai dunia dengan harta. Namun begitu, aku tak pernah ingin ilmuku terbatas pada kemampuan uang menciptakan kesempatan. Aku suka membaca, lalu ingin sekali mengelilingi dunia dengan membawa satu misi penting, menyalakan pelita agama di setiap sudut kehidupan yang kutemui. Kulang sekali lagi apa yang selalu ingin kulakukan adalah menyalakan pelita agama disetiap sudut hati yang kutemui. Agama siapa? Jelas, agamaku sendiri. Bagaimana mungkin aku menyalakan pelita agama yang tak kuketahui? Ah sudahlah, ku yakin kau mengerti.

Keinginan itulah yang kupikir, bisa tercapai jika aku menulis. Siapa yang tahu, suatu hari nanti tulisanku dibaca di setiap rumah, lalu setiap pembaca dapat melakukan satu saja kebaikan sebagai cermin kehidupan beragama dari apa yang kutulis. Indah, bukan?

Langkahku mungkin saja terhenti suatu hari nanti, ragaku akan mati. Tapi tulisanku? Semoga tetap abadi. Menebarkan benih kebaikan pada setiap insan, menjawab setiap kegelisahan dengan secercah cahaya iman. Dengan begitu, semoga hidupku membawa arti dan ini bukan sekedar tentang materi.

Hal inilah yang juga, diam-diam menyuntikkan energi over dosis pada sendi semangatku untuk terus belajar. Disaat teman-teman kecilku bertanya, kenapa mesti sekolah lagi? Engga capek apa duduk menghadapi ilmu sepanjang hari? Kapan mau kaya? Aku bisa tersenyum menjawab, inilah duniaku. Biarkan aku kaya ilmu agar bisa berbagi denganmu. Jangan lagi tanyakan padaku tentang harta. Karena sungguh, aku tak ingin mencintainya. Meski jujur, aku juga membutuhkannya. Tapi, salahkah jika aku lebih berharap para harta itu yang mencintaiku terlebih dahulu?

Kenapa? Sederhana, karena aku tahu perihnya mencintai tanpa dicintai.
*eh.. maaf jadi baper #tutupmuka.

Tenang, sekarang aku tahu apa itu cinta. Ia adalah sebuah kata kerja, punya saudara kembar bernama “memberi” dan perasaan berbunyi “tak berharap kembali”. Maka, jangan ada baper diantara kita. Haha #maksa.

Kembali ke tema utama. Lalu kemana tulisanku harus bermuara? Oh Allah, tuntunlah tulisanku agar bermuara pada ridhaMu semata.

Dan tentang aliran yang ingin kulukiskan, jujur aku tak suka menulis genre horor. Bukan karena jeri atau penakut. Sungguh, hanya aku bukan seorang yang menguasai detail tentang itu. Bukankah lebih baik menuliskan apa yang memang kita tahu? Hmm, tema cinta sepertinya tetap menyenangkan sepanjang masa ya? Haha. Iya, aku selalu terpesona pada cinta.

Ah, soal fiksi dan non fiksi. Sungguh, aku ingin bisa menulis keduanya. Karya fiksi yang sampai saat ini masih jadi mimpi tertinggi adalah novel. Ingin sekali rasanya menjadi penulis novel yang diterima penerbit mayor dan masyarakat luas semua kalangan. Percayalah, saat ini ada dua cerita yang sudah mengendap di draft file-ku. 

Pertama kisah tentang mix-marriage. Seorang teman telah menceritakan padaku suka duka membangun hubungan dengan foreigner  hingga akhirnya mereka menikah dan sekarang hendak memutuskan untuk bercerai. Menyimak ceritanya sungguh mengaduk perasaanku. Antara gregetan dan bangga melihatnya bertahan sejauh ini dan sekuat itu. Ah, ingin sekali menuliskannya dalam novel agar banyak yang bisa mengambil pelajaran dari kisahnya. 

Naskah kedua sebagian awal ceritanya sudah kutuangkan di blog ini, dalam “surat buat Hasna”. Perjalanan surat itu masih panjang untuk sampai ke tangan Hasna. Dan efeknya pada diri Hasna, ternyata tak sesuai dugaan pembaca. Keduanya inspirasi dari kisah nyata, meski bumbunya fiksi semua. Adalah yang ingin pre-order? Hehehe... mungkin bisa jadi semangatku untuk segera menyelesaikan naskah itu.

Sedangkan karya non fiksi yang ingin kutuliskan dalam bentuk buku dan jurnal (biar keren? eh bukan!! Biar bisa jadi referensi untuk generasi mendatang) adalah semua tentang ekonomi islam. iya sih, sesuai bidang yang kupelajari hingga saat ini. Keinginan ini adalah fragmen dari sebuah mimpi besar “membumikan ekonomi islam”. Masih banyak sekali pembahasan tentang ekonomi islam yang perlu dituangkan dalam laporan penelitian dan buku. Ekonomi islam yang hingga saat ini masih jauh lebih muda daripada ekonomi kapitalis, harus melakukan percepatan-percepatan agar setara dan segera menggantikan ekonomi kapitalis dari muka dunia. Percaya saja, pasti bisa! Urusan kapan, serahkan pada sang pemilik semesta.

Fiksi dan non fiksi, sama penting bagiku. Maka untuk memudahkan akses pembaca, tulisan tentang ekonomi islam kuposting di kompasiana. Sedangkan di blog ini, lebih banyak curahan hati. *eh, jangan baper lagi kali ini. Sekedar ungkapan dari apa yang terlintas saja, semoga memberi arti bagi pembaca.

Tapi, dibalik mimpi itu, kini aku masih berdiri diantara teman-teman penulis yang jelas jauh lebih keren dalam lingkaran One Day One Post Batch 2. Aku masih harus banyak belajar lagi dan lagi untuk bisa menghasilkan tulisan yang baik, apalagi untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu. Doakan aku bisa kawan, untuk dapat menyelesaikan studiku dengan hasil maksimal. Untuk menyelesaikan naskah itu sebaik mungkin secepatnya. Untuk membuat harta dan dunia mencintaiku seutuhnya meski aku tak ingin benar-benar jatuh cinta pada mereka. Untuk segera menikah dan mewujudkan keinginan orang tua memiliki menantu idaman. *eh, baper lagi. Hihihi... maafkan. Beginilah do’a para jomblo bahagia.

Sedangkan untuk menulis di surat kabar, majalah atau sejenisnya, kepikiran juga sih. Suatu hari kalau tulisanku sudah siap, insya Allah akan nampang juga disana. Doakanlah.. J

Sudah ya, inilah sekilas tentang mimpi kepenulisanku. Sampai jumpa pada mimpi-mimpi berikutnya..

#ODOP

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©