Robbanaa
maa holaqta hadzaa baathilan
Tuesday 26 September 2017
Kita bisa merubahnya dengan tulisan
| at September 26, 2017 | 0 comments
Musik positif
itu ada karena adanya musik yang dianggap negatif. Konten positif itu ada
karena banyak konten dianggap negatif. Semua yang ada di dunia memang tercipta
berpasangan. Ada positif dan negative, baik dan buruk, benar dan salah, jauh
dan dekat, juga aku dan kamu. #eh
Sunday 24 September 2017
Apa Kabar ODOP 4?
| at September 24, 2017 | 1 comments
Pertanyaan itu
sering kami dapat dari teman-teman di ODOP 1-3, mereka banyak sekali yang “kepo”
soal adik angkatannya di komunitas ini. Mulai yang suka nanya, “Mbak, si A jadi
masuk ODOP 4? SI B? Si itu??” sampai, “Mbak, kita boleh ngga maen ke ODOP 4?” sampai,
“Nitip… ya di ODOP 4?” Lhah, emang barang
dititipin? Heheh. saking excited atau penasaran
dengan apa yang sedang terjadi di ODOP 4 saat ini.
Saturday 23 September 2017
Ikhlaslah
| at September 23, 2017 | 5 comments
Riak-riak kecil itu mungkin menyapa
Menggerogoti hati penuh tanya
Kenapa kulakukan? Jika akhirnya memendam kecewa
Kenapa kupilih sesuatu yang justru menyesakkan?
Thursday 21 September 2017
Tuesday 19 September 2017
Selamat Datang di ODOP Batch 4
| at September 19, 2017 | 10 comments
Hari ini Senin,
tanggal 18 September 2017, adalah hari pertama kehadiran adik angkatan anggota
komunitas One Day One Post Batch 4. Kami segenap panitia dan pengurus komunitas
mengucapkan selamat datang bagi seluruh anggota baru, kakak, mas, mbak, bunda,
bapak, adik, semuanya, silakan ambil posisi paling nyaman di “kos” ini ya.
Sunday 17 September 2017
Wednesday 13 September 2017
Agar Anak Makan Sayur
| at September 13, 2017 | 2 comments
Sayur adalah
salah satu bahan makanan yang menyehatkan tubuh. Apalagi untuk anak yang masih
dalam masa pertumbuhan, sayur adalah salah satu menu wajib sehari-hari. Kandungan
vitamin, mineral, dan zat-zat lain dalam sayur sangat dibutuhkan oleh tubuh. Namun
sayang, tidak semua anak mau dengan mudah makan sayur. Ada yang mengaku rasanya
aneh sehingga tidak suka, ada yang rela “meminggirkan” sepotong kecil daun
seledri ketika tampak di piring makannya.
Tuesday 12 September 2017
Monday 11 September 2017
Book Review: Sebelas Patriot
| at September 11, 2017 | 0 comments
Judul :
Sebelas Patriot
Penulis :
Andrea Hirata
Penerbit : Bentang
Tahun : 2011
Tebal :
112 Halaman
ISBN :
978-602-8811-52-1
Novel ini tidak
bercerita detail tentang perjuangan sebelas patriot seperti yang saya bayangkan
sebelumnya. Tidak juga menjelaskan rinci siapa sebelas patriot yang dimaksud
dan latar belakang cerita kehidupan mereka. Kisah tentang sebelas patriot
adalah kisah tentang: Ayah.
Penyembuh Alami
| at September 11, 2017 | 1 comments
Sampai sekarang
aku tak mengerti. Di usia yang tak bisa disebut belia, belum sekalipun aku
opname di Rumah Sakit. Bismillah, semoga ngga perlu ya. Apa ngga pernah sakit?
Friday 8 September 2017
Maunya Tidur
| at September 08, 2017 | 2 comments
22.03
Hari sudah malam. Lampu inspirasi masih menyala. Kupikir dia adalah salah satu makhluk ajaib di dunia. Bersayap dan bisa mendatangiku kapan saja, meski hanya di dunia maya.
“Baru mendarat
di kasur ini.” Katanya
“Sama, aku abis
ngojek. Pulang mandi terus naik ke kamar” Jawabku.
“Tapi jaga
kesehatan, ya.” Katanya saat tahu aku mandi malam. Kata orang, ngga baik mandi
malam-malam kan, ya?
“Iya kakak… Ga
enak mau tidur. Tadi abis olahraga di toko, terus antar karyawan pulang. Kasihan
ngga ad ayang jemput.” Kalau boleh jujur, versi aslinya lebih detail. Olahraga di Toko, kamu pasti tahu maksudku. Iya, kamu yang sedang membaca tulisanku.
“Kalau gitu,
saatnya ke kasur.” Aku hanya tersenyum dalam hati. Karena sesungguhnya aku
sudah duduk manis di atas kasur.
“Ayo bobo”,
Ujarnya lagi.
“Yuk.” Jawabku
singkat, yang tak terbalas lagi. Iyalah, mau balas apa?
Sesungguhnya hati
ini ingin segera tidur, melepas segala lelah dan menikmati malam penuh bintang.
Tapi apalah daya, dalam kepala masih berputar beberapa rencana: menyelesaikan
bacaan, lapor RCO, membalas pesan-pesan yang masuk, termasuk menanggapi orang konsultasi
dan pertanyaan para pendaftar ODOP 4. Jadi, mana bisa langsung tidu? Inilah
yang terjadi sebelumnya:
19.45
Adik sudah kuantar tidur. Dia sudah mau tidur sendiri, tidak banyak protes, meski sempat "terpaksa" ku-talaqqi mengaji untuk menagih janji sore tadi. Kuputuskan pergi ke Toko karena kebetulan neneknya sudah di sini. Gerbang toko
menyambutku dengan tumpukan karton berisi barang supply, baru datang tadi sore. Beginilah
suasana toko ketika ada barang datang. Apalagi jika yang datang adalah
barang-barang berskala besar seperti diapers, kapas, Charm, Laurier, dkk. Alamat,
samping toko yang digunakan menampung barang datang bakal penuh.
Aku menarik
napas sejenak, memilih masuk memeriksa suasana. Beberapa karyawan sedang
mengisi display, yang lain melayani pembeli dan berjaga di meja kasir. Semua berjalan
sebagaimana mestinya. Sebenarnya aku sendiri sudah cukup lelah, seharian
berjibaku di dapur, menemani adik bermain dan belajar, juga menyortir barang di
toko siang tadi. Tapi demi melihat tumpukan barang, mana bisa diam dan bersikap
cuek?
Segera kuteliti
barang mana yang bsia di display atau masuk gudang untuk stok. Kami hampir selesai saat toko sudah harus tutup. Setelah menyelesaikan semua barang yang perlu di
display dan memindahkan stok ke Gudang belakang, kami masih harus berhitung
dengan kas. Menghitung penerimaan, pengeluaran, dan mempersiapkan modal untuk
besok. Beberapa kali sempat keliru menulis angka, efek kantuk yang tertahan.
21. 05
“Mbak, bisa
minta tolong antar aku pulang?” Ujar salah satu karyawan, dia tidak bawa sepeda
motor tadi, mungkin dipakai ortunya. Akhirnya kuantar juga, ke kecamatan sebelah. Sampai rumah lagi, sudah pukul 21.45. Lalu aku
mandi dan gosok gigi persiapan tidur.
Maaf ya kak, ngga sesuai sama jawaban tadi. Batinku
ingin sekali minta maaf langsung pada sang inspirator karena tidak konsisten dengan jawaban sendiri. Tapi apalah daya, belum sekalipun kami bertatap muka. Jadi minta maaf cukup
lewat tulisan saja. Eh, perasaan saja. Kan orangnya sudah tidur…. Hehe
Sungguh, jika
bisa aku meminta waktu, ingin kujadikan hari ini lebih dari 24 jam. Biar lebih
banyak yang bisa kulakukan, lebih luas manfaat yang kutinggalkan, dan semakin
banyak ilmu yang kudapatkan. Tapi apalah daya, aku hanya manusia biasa yang
serba terbatas, sampai tenggelam dalam obrolan online.
Sudah, cukup. Lewat
tengah malam rupanya sekarang, pertanda hari baru sudah dimulai lagi. Saatnya matikan
pelita dalam kamar dan beranjak tidur (lagi). Semoga esok tak terlambat bangun
dan menunaikan kewajiban yang menanti.
Beberapa kali aku berpikir, tanggung jawab begini saja rasanya sudah berat sekali. Bagaimana dengan orang-orang sukses di luar sana, tentu kesuksesannya harus dibayar mahal pula dengan segenap usaha. Apa yang mereka lakukan jika lelah?
Apalagi jika sudah menjadi seorang ibu, hampir tak ada waktu untuk dirinya sendiri. semua tercurah untuk sang buah hati, termasuk jam istirahat. Ketika anak sakit, orang tua terutama ibunya hampir tak punya waktu untuk memejamkan mata. Ah, bayi, sesungguhnya engkau egois sekali!
Lalu, berkaca pada diriku sendiri. Apakah semua yag sudah kulakukan cukup menjadi alasan untuk merasa lelah? Atau ini hanya sugesti diri sendiri yang membatasi?
Tengah malam, lewat beberapa menit sekarang. Mata masih cukup kuat terbuka. Tapi raga sudah ingin menuntut haknya. Rasanya belum "sreg" mau tidur, maka kuambil wudhu di teras lantai atas. Kupasrahkan segenap jiwa, raga dan semua kepingan harap padaNya. Usai merangkai barisan do'a, rasa kantuk kembali hadir dan kusambut dengan bahagia.
Beberapa kali aku berpikir, tanggung jawab begini saja rasanya sudah berat sekali. Bagaimana dengan orang-orang sukses di luar sana, tentu kesuksesannya harus dibayar mahal pula dengan segenap usaha. Apa yang mereka lakukan jika lelah?
Apalagi jika sudah menjadi seorang ibu, hampir tak ada waktu untuk dirinya sendiri. semua tercurah untuk sang buah hati, termasuk jam istirahat. Ketika anak sakit, orang tua terutama ibunya hampir tak punya waktu untuk memejamkan mata. Ah, bayi, sesungguhnya engkau egois sekali!
Lalu, berkaca pada diriku sendiri. Apakah semua yag sudah kulakukan cukup menjadi alasan untuk merasa lelah? Atau ini hanya sugesti diri sendiri yang membatasi?
Tengah malam, lewat beberapa menit sekarang. Mata masih cukup kuat terbuka. Tapi raga sudah ingin menuntut haknya. Rasanya belum "sreg" mau tidur, maka kuambil wudhu di teras lantai atas. Kupasrahkan segenap jiwa, raga dan semua kepingan harap padaNya. Usai merangkai barisan do'a, rasa kantuk kembali hadir dan kusambut dengan bahagia.
Tuesday 5 September 2017
Tips Menghadapi Anak Merajuk
| at September 05, 2017 | 0 comments
Seringkali,
perasaan anak-anak tidak stabil. Tiba-tiba senang, tiba-tiba ngambek, menangis,
atau merajuk. Bermain Bersama anak-anak yang sedang bahagia memang
menyenangkan. Beda rasanya dengan menghadapi anak yang sedang merajuk. Diberi ini,
menolak, ditawari yang lain, malah diam, atau menangis tak karuan. Seolah orang
dewasa disekitarnya dituntut untuk bisa membaca pikiran dan isi hatinya. Tapi jika
diperhatikan, setiap hal yang dirasakan oleh anak pasti memiliki sebab. Entah sebab
itu logis atau tidak bagi orang dewasa, bagi anak-anak sebab itu patut
dipertahankan sehinga mereka rela merajuk atau menangis tiba-tiba.
Subscribe to:
Posts (Atom)