Friday 8 February 2019

Resensi Jalan Cinta Para Pejuang

| |



Judul                     : Jalan Cinta Para Pejuang
Penulis                 : Salim A. Fillah
Penerbit              : Pro U Media
Tahun Terbit      : 2008
Ukuran                 : 344 hlm; 14 x 20 cm
Harga                    : Lupa, < 60.000 sepertinya pas diskon


Cinta, adalah satu kata yang tiada habis kalimat membahasnya, tiada sempurna puisi mengejewantahkannya, juga tidak selesai para pujangga menerangkannya dalam karya. Kita mungkin akrab dengan kisah cinta Laila-majnun, Romeo-juliet, hingga kisah romansa para artis ibukota. Kita mungkin maklum mendapati cinta yang mendayu, mengikis habis rasa hingga melahirkan puisi sebagai representasi isi jiwa.

Tapi buku ini berbeda, penulis ingin mengabadikan sisi lain cinta, dimana ia hidup, bersahabat, bermanfaat, kuat. Buku ini membahas cinta yang gempita, yang menggema, yang membebaskan. Tentang cinta yang suci, segar, menggugah, yang mengubah. Inilah jalan cinta para pejuang.

Buku ini terdiri dari tiga langkah, dan langkah ketiga dibagi menjadi empat tapak. Di langkah pertama, Dari Dulu Beginilah CInta. Dimana pembaca diajak menelusuri akar sesat pikir dalam cinta yang menyengsarakan jiwa. Di langkah kedua, Dunia Kita Hari Ini, insya Allah kita kelanai bingkai jalan cinta. Ada gambaran tentang dunia yang berubah dengan cepat, dan kita di jalan cinta para pejuang harus terampil mengendarainya. Langkah ketiga; Jalan CInta Para Pejuang adalah inti pembicaraan buku ini, yang mengetengahkan empat matra cinta. Dimensi intelektual dipaparkan dalam Visi. Dimensi emosional diuraikan dalam Gairah. Dimensi spiritual dibicarakan dalam Nurani, dan akhirnya dimensi fisik dalam Disiplin. Hal. 9

Percayalah, membaca buku ini tidak harus berurutan mulai halaman pertama hingga terakhir. Pembaca bisa dengan bebas memulai petualangannya dari bagian tengah, bahkan akhir dari buku ini, insya Allah tanpa perlu khawatir kehilangan hikmah yang dibawa dalam setiap penggalan bab-nya.

Dari buku ini, saya belajar tentang definisi cinta sejati, yang ternyata bukan sekedar ungkapan sehidup semati, tapi sehidup sesurga. Alangkah indah jika cinta kita tak berhenti di dunia, tapi berlanjut hingga surgaNya. Saya belajar bahwa cinta bukan sekedar ungkapan sayang, sentuhan, bahkan pelukan. Karena tatapan mata -adakalanya- cukup menentramkan. Satu hal yang paling penting, tapak pertama adanya cinta bukanlah ungkapan cinta itu sendiri. Bukan lagi deklarasi “I love you”, atau “Aku sayang kamu”, lalu sah sebagai sepasang kekasih, bukan. Tapak cinta pertama dimulai dari: komitmen. Tanpa komitmen, ikatan yang menggetarkan arsy, cinta hanyalah seperi uap yang bisa menghilang kapan saja.

Baik, tidak elok jika saya menjabarkan isi buku ini dengan penafsiran sendiri. Mungkin benar, tidak ada karya yang sempurna, kecuali Al Qur’an yang merupakan kalam Sang pemilik semesta. Tapi buku ini, dengan ketidaksempurnaannya, cukup mampu memberi bekal kepada pembaca bagaimana mengidentifikasi dan menyikapi rasa cinta, sebagai fitrah manusia. Membaca buku ini menuntut saya untuk belajar lebih, dan lebih banyak hal lagi. Sungguh, buku ini tidak mengobati dahaga akan ilmu. Justru bertindak seperti air laut, yang jika diminum akan semakin membuat haus. Maka berhati-hatilah, dan bersiaplah untuk meniti jalan cinta para pejuang.


#resensi

14 comments:

Isnania said...

Bahasa pujangga banget nih mbak Kifa.
Keren deh pokoknya👍😍
Jadi, saya harus baca apa nggak ya, hehe...
Takut haus ntar🙈

Rahayu Hestiningsih said...

Bang salim tulisannya emang selalu menyentuh dan dalam

Alif Kiky Listiyati said...

Wah, bukunya kang Salim pasti keren

MS Wijaya said...

Kapan" aku minjem ya

Betty Irwanti Joko said...

Ustadz Salim is Ustadz Muda yang wow.

denik said...

Wah, jadi penasaran. Masukkan list daftar buku yang mesti dibaca nih. Terima kasih resensinya Mba. Menarik.

Sasmitha A. Lia said...

bahasan tentang cinta memang tak lekang waktu ya..

rismariesttt said...

Kereeen aku juga jadi jatuh cinta banget sama tulisan2 Ustadz Salim A Fillah setelah baca buku ini. Keingetan waktu itu baca tahun 2017 atau tahun 2018 kalo gak salah. Banyak kata2 quitable nya juga, dan pastinya sisi islaminya dapet banget. Juara deh pokoknya

Ivieth Mutia said...

Cinta ya...

Yeti Nuryeti said...

Suka bgt dgn ungkapan ini mbak Kifa : Cinta sejati bukan hanya sekedar ungkapan sehidup semati tapi sehidup sesurga

Coretan Penaku said...

Keren resensinya mbak, jadi pengen baca bukunya, apalagi aku belum pernah baca bukunya Ust. Salim A Fillah.

Juni_Riyanti said...

Buku yang keren, cinta yang dibahas dari sisi lain.

Istana Dee said...

Otewe beli dong, hahaha

Anonymous said...

Wiiih...
Keren bukunya. Otw masukin list ke daftar buku yang wajib dibeli ini.. :)
#Ake (maaf g bisa komen pake akun blog aku, karena g ngerti ngatur di hp yang muncul email lama bukan email yang buat blog)

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©