“Taman2...hari ini cuman 1 mata kuliah, invest?” kak Zuma chat di group
kelas.
“Hri in gk
ad kuliyh mbak or mas”. Si Unyu menjawab beberapa menit kemudian.
“Yg benar ne...” kak Zuma
lagi.
“Ya....” Unyu meyakinkan
“Tks infox” kak Zuma
“In siapa sih...??? Kok
rasa.a asing bngt....hehe” si Unyu heran. Akupun heran, apa mungkin nomor
kak Zuma belum disimpan di HP Unyu?
“E max air laut ko asing...
he..he” kak Zuma.
Sampai disini, aku
mengerutkan dahi, memutar otak mencoba menerjemahkan ketidakjelasan.
***
“Itu kak Zuma
Unyuuuuu.....................” disertai emo ketawa ngakak, Mei menimpali.
“Iya kah..?? kok.a nama.a
ga jelas gt” Unyu baru sadar, menambah emo ketawa ngakak juga.
“Adilajasmine.....???” Unyu
mengeja nama yang muncul di belakang nomr kak Zuma, mengikutinya dengan emoji
tidur. Pertanda dia kesal tak tahu itu tadi nomor siapa.
“He..he” yang punya nomor
cuma menjawab gitu, kubayangkan ia mengetik sambil senyum-senyum disana.
Oh please, pagi-pagi aku
mengerutkan dahi membaca chat itu. lalu senyum sendiri. Sejenak tak mengerti, kenapa bisa melenceng
jauh sekali bahasanya?
Apa semua orang dari Indonesia bagian timur begitu? Ah,
tak mungkin semua. Kalau sebagian, mungkin iya. Mereka tidak terbiasa
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Di ranah bahasa komunikasi,
mungkin kita masih bisa paham maksud ucapannya meski sambil menyerutkan dahi.
Taman, harusnya ditulis
teman. Mana ada taman ikut kuliah? Ohhh...my,,.. #gaUsahDibayangin
Kulyah harusnya dibaca
kuliah (kulyah ngga ada di KBBI), tapi lumayanlah.... lumayan salah.
Tks = thanks, terima kasih.
Singkatan yang tidak mematuhi aturan akronim. Termasuk juga yang= yg, gak = gk,
kasian amat huruf vokal banyak sekali di korupsi :-D
E max, harusnya dibaca
emang.... (apa hubungannya??) harusnya di baca e-mak kan.. tau emak? Oh maak....
salah apa engkau sampai dianggap asing?
Air laut asing??? Ohh...
asin maksudnyaa... #Tepokjidat
Rasa.a = rasanya, nama.a =
namanya....
oh...huruf-ny di reduksi
tanpa permisi.
Begitulah, ala bisa karena
biasa. Sesuatu yang tidak bisa dilakukan bukan karena benar-benar tidak bisa
awalnya. Tapi karena tidak dibiasakan.
Tidak selamanya kita bisa
menggunakan bahasa lisan untuk komunikasi. Bahkan di era digital seperti
sekarang ini, kita dituntut untuk banyak berkomunikasi dengan tulisan.
Telepon mahal euy...haha.
Buka itu maksudnya. Bahasa tulisan
memang sudah menjadi semacam kebutuhan pokok manusia modern. Kalaupun menggunakan
bahasa dan singkatan “aneh” karena sudah kenal dan bisa saling memahami bahasa “keakraban”,
sebenarnya tak masalah. Tapi jika kebiasaan itu terbawa sampai ke forum resmi,
jelas bahaya.
Bayangkan saja, di dalam
tesis atau skripsi ada kalimat “kary Tulis in kupersmbhkn untuk yang tr<3,
swmi, is3, dan anak3q.......................”
Atau jadi pembawa acara
seminar nasional, lalu dengan lantang memanggil pembicara yang notebene pejabat
tinggi negara, “baik, taman-taman yang berbahagia.. mari kita sambut kita punya
nama... Bapak Prof. Dok. Handayana. Es.Pe.es.i yang terhormat. Kepada beliau, kami persilahkan”
*kata berwarna merah dibaca apa adanya
Apa kata dunia??
#Notes: sungguh, capek
rasanya ngetik huruf dari modifikasi kata-kata dan singkatan aneh itu.
#Ayo gunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar
#SaveBahasa
#ODOP
0 comments:
Post a Comment