Thursday, 7 April 2016

Teman dan Taman

| |



Taman2...hari ini cuman 1 mata kuliah, invest?” kak Zuma chat di group kelas.

“Hri in gk ad kuliyh mbak or mas”. Si Unyu menjawab beberapa menit kemudian.

“Yg benar ne...” kak Zuma lagi.

“Ya....” Unyu meyakinkan

“Tks infox” kak Zuma

“In siapa sih...??? Kok rasa.a asing bngt....hehe” si Unyu heran. Akupun heran, apa mungkin nomor kak Zuma belum disimpan di HP Unyu?

“E max air laut ko asing... he..he” kak Zuma.
Sampai disini, aku mengerutkan dahi, memutar otak mencoba menerjemahkan ketidakjelasan.

***

“Itu kak Zuma Unyuuuuu.....................” disertai emo ketawa ngakak,  Mei menimpali.

“Iya kah..?? kok.a nama.a ga jelas gt” Unyu baru sadar, menambah emo ketawa ngakak juga.

“Adilajasmine.....???” Unyu mengeja nama yang muncul di belakang nomr kak Zuma, mengikutinya dengan emoji tidur. Pertanda dia kesal tak tahu itu tadi nomor siapa.

“He..he” yang punya nomor cuma menjawab gitu, kubayangkan ia mengetik sambil senyum-senyum disana.

Oh please, pagi-pagi aku mengerutkan dahi membaca chat itu. lalu senyum sendiri. Sejenak tak mengerti, kenapa bisa melenceng jauh sekali bahasanya?

Apa semua orang dari Indonesia bagian timur begitu? Ah, tak mungkin semua. Kalau sebagian, mungkin iya. Mereka tidak terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Di ranah bahasa komunikasi, mungkin kita masih bisa paham maksud ucapannya meski sambil menyerutkan dahi.

Taman, harusnya ditulis teman. Mana ada taman ikut kuliah? Ohhh...my,,.. #gaUsahDibayangin

Kulyah harusnya dibaca kuliah (kulyah ngga ada di KBBI), tapi lumayanlah.... lumayan salah.

Tks = thanks, terima kasih. Singkatan yang tidak mematuhi aturan akronim. Termasuk juga yang= yg, gak = gk, kasian amat huruf vokal banyak sekali di korupsi :-D

E max, harusnya dibaca emang.... (apa hubungannya??) harusnya di baca e-mak kan.. tau emak? Oh maak.... salah apa engkau sampai dianggap asing?

Air laut asing??? Ohh... asin maksudnyaa... #Tepokjidat

Rasa.a = rasanya, nama.a = namanya....
oh...huruf-ny di reduksi tanpa permisi.

Begitulah, ala bisa karena biasa. Sesuatu yang tidak bisa dilakukan bukan karena benar-benar tidak bisa awalnya. Tapi karena tidak dibiasakan.

Tidak selamanya kita bisa menggunakan bahasa lisan untuk komunikasi. Bahkan di era digital seperti sekarang ini, kita dituntut untuk banyak berkomunikasi dengan tulisan.

Telepon mahal euy...haha.

Buka itu maksudnya. Bahasa tulisan memang sudah menjadi semacam kebutuhan pokok manusia modern. Kalaupun menggunakan bahasa dan singkatan “aneh” karena sudah kenal dan bisa saling memahami bahasa “keakraban”, sebenarnya tak masalah. Tapi jika kebiasaan itu terbawa sampai ke forum resmi, jelas bahaya.

Bayangkan saja, di dalam tesis atau skripsi ada kalimat “kary Tulis in kupersmbhkn untuk yang tr<3, swmi, is3, dan anak3q.......................”

Atau jadi pembawa acara seminar nasional, lalu dengan lantang memanggil pembicara yang notebene pejabat tinggi negara, “baik, taman-taman yang berbahagia.. mari kita sambut kita punya nama... Bapak Prof. Dok. Handayana. Es.Pe.es.i yang terhormat. Kepada beliau, kami persilahkan”
 *kata berwarna merah dibaca apa adanya

Apa kata dunia??

#Notes: sungguh, capek rasanya ngetik huruf dari modifikasi kata-kata dan singkatan aneh itu.
#Ayo gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
#SaveBahasa
#ODOP

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©