Jam dinding menunjuk angka dua belas tepat. Ini sudah
tengah malam dan tidak ada kabar apapun dari Sajid. Lelaki itu bak ditelan
bumi. Menghilang begitu saja sejak seminggu yang lalu. Jaani gelisah dibuatnya,
menunggu dan menunggu.
Sesekali ia melihat riwayat percakapan, belum ada
tanda-tanda lelaki itu membaca pesan, padahal sudah dikirim tiga hari yang
lalu. Pesan terakhir yang ada tanda sudah terbaca adalah lima hari yang lalu,
itupun tanpa balasan. Apa yang harus dilakukan? Jaani tidak mungkin ke rumah Sajid
di seberang pulau, itu sangat berisiko. Apalagi jika pergi sendiri. Tidak, Jaani
hanya akan menunggu lelaki itu datang lebih dulu, menemui orang tuanya, seperti
rencana mereka.
Maafkan aku Jaani, tapi aku tidak
bisa...
Jam 00.03, pesan itu masuk ke HP Jaani. Sang pemilik
sudah terlelap semenit sebelumnya.
Jam 4 pagi, Jaani membuka pesan itu. Apa maksudnya?
Ia tidak ingin membalas, panik, atau berprasangka.
Pesan itu ditinggalkannya begitu saja. Masih banyak hal lain yang harus dipikir
dan diselesaikan.
Tugas kuliah
Pekerjaan rumah
Bisnis
Termasuk juga naskah-naskah tulisan, sudah menanti
jemarinya menari di atas tombol-tombol huruf.
Jaani, gadis muda yang siap menikah, secara mental.
Sedangkan secara finansial, ia belum punya tabungan. Tapi bukankah pernikahan
anak gadis adalah tanggung jawab lelaki dan orang tua? Maka ia tidak begitu
memikirkan. Toh ia tidak menginginkan pesta mewah. Sedangkan Sajid adalah
lelaki yang beruntung bisa menunjukkan rasa cinta padanya, dan Jaani percaya
itu. Mereka terpisah laut dan darat karena tinggal di pulau berbeda. Namum
kecanggihan teknologi memperkenalkan
mereka. Jangan tanya bagaimana, yang jelas perkenalan dan cinta mereka nyata.
Meski belum pernah bertemu secara raga.
Jaani percaya, jika Sajid adalah jodohnya, maka selalu
ada cara. Sajid akan datang ke rumah, menemui orang tua dan meminangnya.
Sesederhana itu. Perkenalan mereka di dunia maya lebih dari cukup. Sudah banyak
hal prinsip yang saling dipertimbangkan, dan keduanya sama rela. Tunggu apa
lagi? mereka sadar benar, bahwa meski di dunia maya, setan tidak berhenti
menggodanya.
Malam kembali datang, saat Jaani bisa bersantai dengan
handphone kesayangan. Ya, sejauh ini status online sangat membantunya
berhubungan dengan Sajid.
Jaani, aku
harus menikah. Maafkan aku, tidak bisa menjadikanmu istriku, seperti
mimpi-mimpi kita. Aku mencintaimu, sungguh. Tapi tak ada yang bisa kulakukan
sekarang. Ini, sangat menyiksa.
Pesan itu datang lagi, dari Sajid. Jaani segera sadar.
Lelaki itu tak akan pernah datang, menemuinya, menemui orang tuanya,
pernikahan, dan semua rencana itu sekarang berhambur ke udara. Habis tanpa
sisa.
Entah apa yang terjadi di sana. Mungkin Sajid
dijodohkan, mungkin orang tuanya melarang, mungkin... Ah, entahlah. Yang
penting sekarang semua jelas, sejelas luka yang tersayat dihatinya, mengalirkan
dara segar. Darah bening bernama air mata.
Jaani tak ingin menangis, ia adalah gadis tegar. Ia
sudah siap dengan segala kemungkinan, bahkan yang terburuk sekalipun. Tapi
kenapa air mata bisa mengalir begitu saja? Tak terbendung, begitu deras.
Sederas hujan yang turun di luar, gemuruh yang sama dirasakannya jauh, di dalam
hati.
Marah? Jelas.
Kecewa? Pasti.
Tapi untuk Apa? Sajid tak akan pernah datang. Hidup
harus berlanjut jika tak ingin hal lain yang lebih besar jadi korban.
Jaani, aku
tidak bisa mencintainya seperti aku mencintai dirimu. Sekarang aku hanya bisa
tenggelam dalam pekerjaan. Kutinggalkan istri di rumah, biar dia yang menjaga
ibu. Aku tak sanggup, entahlah.
Seminggu kemudian, pesan itu datang lagi, dari Sajid. Jaani
hanya menahan sendu. Sudah tak ada lagi sisa air mata. Meski masih terasa sesak
di dada mengingat semuanya, mimpi-mimpi mereka. Ah... Kenapa semua terasa
begitu berat?
Sajid bukan siapa-siapa, ia hanya pernah mampir dalam
hidupnya, mewarnai dengan bunga-bunga, dan ia bahagia. Tapi cintanya? Tentu tak
sebanding dengan cinta Tuhannya. Allah pasti punya rencana lain. Jaani tak
mengerti, kenapa rencana pernikahan Sajid begitu mendadak, tanpa menjelaskan
apa pun sebelumnya.
Pesan-pesan berikutnya dari Sajid, hanya emoticon
lambang kesedihan, penuh air mata. Lelaki itu tidak cukup berani menjelaskan
langsung, meski hanya lewat telepon! Jaani memilih diam.
Marah, sedih, kecewa semua berbaur. Namun satu hal, Jaani
menyadari cinta Tuhannya. Pasti ada hikmah dibalik semua ini. Jika tidak bisa
dimengerti sekarang, mungkin nanti. Jika tidak saat ini, suatu saat pelajaran
itu akan terbuka sendiri. Ia tak ingin menyesali apa yang sudah terjadi.
Tidak ada lagi air mata.
Nafas berat dihembuskannya pelan-pelan.
Butuh keberanian untuk melepaskan. Sekuat ketika ia
menginginkan.
Bukankah hakikat mencintai adalah melepaskan sepenuh
hati?
Ia mengerti kini. Mencintai Sajid bukan sebuah
kesalahan, itu hanya bagian dari perjalanan yang harus ditempuhnya. Ia tak akan
membenci, bahkan merutuki ketetapan Illahi, biarlah yang harus terjadi, terjadilah.
Dari sudut hatinya yang masih mencintai, Jaani bisa
mengerti betapa sedih Sajid saat ini. Lelaki itu, mungkin memang tak punya
pilihan. Sekuat-kuatnya ia, pasti tak akan bisa melawan kehendak orang tua.
Memang begitu seharusnya seorang lelaki. Bukankah ia masih milik ibunya? Apapun
yang dia inginkan, wanita itulah yang paling berhak diutamakan. Apa yang bisa Jaani
lakukan untuk membantu Sajid?
Setidaknya, ia tidak bisa membiarkan Sajid terus
menyesali keputusan itu. Ia juga tak akan memaksa Sajid untuk datang, itu tak
akan baik untuk semua orang. Biarkan semua belajar merelakan, menyerahkan
setiap keputusan pada jalan masing-masing.
Kau tak perlu memaksakan diri untuk mencintainya, Sajid. Kau hanya perlu
memperlakukannya seperti engkau memperlakukanku. Bahkan lebih baik lagi. Anggap
dia adalah aku. Biarkan cinta hadir di saat yang tepat, diantara kalian. Aku
sudah siap dengan masa depan, apapun yang akan terjadi nanti. Biarkan aku
merelakan semua ini, tanpa harus menyesal atas apa yang sudah kita lalui.
Terkirim. Pesan terakhir Jaani untuk Sajid.
5 comments:
Itu tipo atau bukan kak saki, yang gsajids??
hihi,, udah dibenerin. efek replace tadi. ngga teliti lagi *tepokjidat
Makasih bang ian.. ^_^
Kasian jani
Puk... Puk... Jodoh dunia akhirat, namamu rahasiaaa... Tp kau ada di mass depanku..
#KangAbayModeOn
Sedih
Post a Comment