Awalnya, saya penasaran, kenapa orang Jogja (umumnya) memiliki karakter
kalem? Mereka terkenal dengan kepribadian lembut dan menyenangkan. Pantas,
wisatawan betah berlama-lama berbaur dengan masyarakat Jogja. Selain Jogja,
warga Solo juga terkenal memiliki kepribadian halus. Jarang sekali ada orang
Solo yang berkata suara atau intonasi keras. Bahkan ketika marah sekalipun,
nadanya tetap biasa saja. Bisa jadi orang yang tidak tahu, tidak sadar jika
sedang dimarahi. Jika diperhatikan, cita rasa masakan kedua daerah tersebut
cenderung manis, contohnya gudeg, tahu tempe bacem, geplak, bakpia, dan
sebagainya. Jauh dari kesan pedas dan asin. Walaupun, tetap ada masakan yang
gurih atau pedas.
Berbeda dengan masakan khas Jawa Timur, cenderung asin dan pedas. Karangmenanci,
rujak cingur, bakso Malang, berbagai olahan udang, dan sebagainya. Demikian, karakter
masyarakatnya cenderung keras. Jika anda ke Jawa Timur, semakin ke timur, logat
dan gaya bicaranya semakin “keras”. Tidak percaya? Coba saja. Soal baik, itu relative
sekali. Semua orang bisa jadi orang baik, begitu pula sebaliknya. Ini tentang
keras-lembutnya karakter, bukan tentang baik-buruk atau benar-salah.
Anda tahu cita rasa masakan padang? Cenderung berminyak, pedas, gurih,
seperti karakter masyarakatnya bukan? Jangan-jangan, masakan ibu di rumah juga
punya ciri khusus yang sesuai dengan karakter beliau? Hmm, mari coba amati.
Rasa penasaran saya mungkin mengada-ada. Tapi ternyata ada juga artikel
yang membahasnya hal serupa, bisa dicek di google. Bahkan ternyata, studi ini
sudah melalui penelitian dan kajian ilmiah. Mau tahu lebih lengkap? Berikut cuplikannya (maaf, sumbernya lupa di copas):
Suka makanan manis
Menurut Journal of Personality and Psychology, mereka yang menyukai
makanan manis cenderung punya karakter yang halus. Sering melahap permen,
puding, es krim, atau kue menunjukan bahwa mereka pribadi yang suka menolong,
mudah diajak berunding, serta menyenangkan meskipun sedikit keras kepala.
Suka makanan asin
Penyuka makanan asin atau gurih biasanya punya karakter yang santai.
Bagi mereka, hal-hal yang sifatnya rumit tidak ada dalam kamus hidupnya. Mereka
memegang prinsip “let it flow” dan lebih memilih menikmati masa sekarang dengan
berbagai kejutan yang muncul ketimbang dibuat sibuk dengan rencana masa depan.
Suka makanan pedas dan berbumbu
Orang-orang yang menyukai makanan pedas atau berbumbu terkenal
pemberani dan suka mengambil risiko. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa
anak-anak penyuka makanan pedas akan sangat menyukai kegiatan yang sifatnya
petualangan. Selain itu, mereka juga bisa fokus dan rutin mengerjakan tugas
demi memiliki masa depan yang baik.
Suka makanan pahit
City University of New York memaparkan hasil penelitian mereka tentang
keterkaitan karakter dan kesukaan dengan makanan pahit. Dari hasil penelitian
tersebut didapati bahwa orang-orang yang memunyai kebiasaan minum-minuman pahit
seperti kopi atau melahap makanan pahit seperti dark coklat, daun
pepaya dan sayur pare menandakan mereka punya ketegasan dalam mengambil
keputusan. Selain itu, mereka tidak pernah setengah-setengah ketika mengerjakan
tugas dan kewajibannya.
Suka makanan kombinasi manis dan asin
Jika kamu sama-sama menyukai makanan manis dan asin secara seimbang,
kamu tergolong orang yang tertutup atau introvert. Meskipun demikian, penyuka
makanan ini juga punya sisi positif. Selain daya kreativitasnya yang tinggi,
mereka cerdas dan selalu punya ide-ide menarik.
Sedangkan dalam Islam, Ibnul Qayyim berkata: "Seseorang akan
memiliki kemiripan karakter dan sifat dengan jenis makanan yang dikonsumsinya.
Sebagaimana hikmah Allah pada makhluk-Nya juga berlaku pada syariat dan
perintah-Nya. Oleh karena itu Allah mengharamkan segala perkara yang jelek atas
hamba-hamba-Nya. Sebab jika mereka mengkonsumsinya maka makanan yang jelek itu
akan menjadi bagian dari tubuh mereka. Akibatnya bagian-bagian tubuh mereka
akan mirip dengan jenis makanan tersebut. Jadi seseorang akan memiliki
kemiripan dengan makanan yang dikonsumsinya, bahkan makanan tersebut akan
menyatu dengan dirinya. Oleh sebab itu pula manusia lebih lurus tabiatnya
daripada tabiat hewan karena makanan yang dikonsumsi juga lebih bagus.
Mengkonsumsi darah dan daging hewan buas akan mewariskan sifat hewani dan
setani kepada orang yang memakannya. Dan salah satu keelokan syariat adalah
pengharaman jenis-jenis makanan tersebut. Kecuali jika terbenturan dengan
maslahat yang jelas, seperti dalam keadaan darurat. Oleh sebab itu pula, ketika
kaum Nasrani mengkonsumsi daging babi, maka terwarisi jugalah sifat keras
kepala dan keras hati pada mereka. Demikian pula orang yang mengkonsumsi daging
binatang buas dan anjing, maka iapun mewarisi kekuatan binatang-binatang itu.
Karena kekuatan setani adalah kekuatan yang telah bisa masuk kepada
binatang-binatang buas yang bertaring tersebut dan memang telah ditetapkan
baginya, maka syariatpun mengharamkannya. Demikian pula halnya unta, kekuatan
setani bisa masuk kepadanya, maka siapa saja yang memakan dagingnya diperintahkan
untuk berwudhu'. Dan begitu pula keledai, sifat-sifat keledai akan melekat pada
diri yang memakan dagingnya, maka Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam
melarang kita memakan daging keledai piaraan. Disebabkan darah merupakan tempat
mengalirnya setan maka Allah mengharamkannya. Barangsiapa yang memperhatikan
hikmah Allah Ta'ala pada makhluk-makhluk-Nya dan syariat-Nya dan membandingkan
antara keduanya, niscaya akan terbuka baginya ma'rifah asma Allah dan
sifat-sifat-Nya." (Silakan baca At-tibyaan fi Ahkamil Qur'an karangan
Ibnul Qayyim I/236.)
Bagaimanapun, makanan yang kita makan akan menjadi bagian dari tubuh
kita. Baik buruknya makanan akan mempengaruhi sikap tubuh kita. Maka, pilih
makanan yang baik, halal dan thoyyib agar tubuh kita mengonsumsi makanan yang
baik sebagai haknya, dan dapat menunaikan kewajiban bersikap baik kemudian.
0 comments:
Post a Comment