Kak, tahukah kau bahwa keyakinan akan jodoh itu tak pernah
benar-benar berujung? Orang bilang, kalau sudah menikah, mengucapkan akad, berarti
itulah jodoh. Lalu kenapa, beberapa waktu kemudian tak sedikit yang memutuskan
untuk cerai?
Jangankan kita, yang belum tahu jodoh itu berupa siapa dan
akan ketemu di mana. Mereka, para orang tua yang sudah bertahun-tahun menjalani
kehidupan rumah tanggapun masih serig bertanya-tanya, “benarkah ia jodohku?
Tapi kenapa begini dan begitu?” Lalu perasaan ragu itu mengantar pada angan
semu, mengikis rasa percaya dan akhirnya, engkau bisa menebak bahwa akhir dari
setiap cerita tak lagi sama.
Lalu untuk apa sebenarnya kita masih memupuk diri dalam
ragu?
Apa yang bisa meyakinkan hati kita untuk segera saling
bertemu dan memastikan rencana-rencana dalam kisah nyata?
Aku percaya, jodoh itu bukan untuk terus ditanyakan atau
diminta. Jodoh adalah representasi kasih sayangNya dalam wujud manusia. Siapa yang
bisa membuat kita nyaman, yakin melangkah ke masa depan, dan saling mendukung
untuk menguatkan iman, itulah yang pantas dipertahankan. Kita tak perlu peduli
pada berapa lama jodoh akan bertahan. Yang perlu kita lakukan hanyalah
mengambil keputusan sepenuh keyakinan, lalu melangkah dengan terus memohon
ridha, dari orang tua dan keluarga.
Kalau seandainya nanti setelh menikah terdapat hal-hal yang
tak sesuai dengan keinginan, tahukah engkau kak? Kata ‘seandainya’ itu adalah
celah syetan melancarkan godaan. Sudahlah. Tak aada yang perlu kita takutkan. Karena
sesungguhnya yang perlu kita khawatirkan adalah diri dan hati kita sendiri, jika
jauh dari kasih sayangNya. Saat kita menjauh dariNya, saat itulah hati dan
pikiran kita tak bisa berjalan dengan baik.
Kita tak bisa memastikan bahwa setelah menikah nanti, akan
selalu merasa bahwa dunia bersam apasangan adalah segalanya. Bahkan ya,
pertanyaan sepele apakah pasangan itu benar jodoh kita, bisa jadi mengganggu
banyak hal.
Lalu, jodoh kita sebenarnya siapa?
#OneDayOnePost
1 comments:
Bolehkah meminta dg sekelumit harap?
Post a Comment