Designed by canva |
Mencintai adalah
kata kerja aktif. Berarti perbuatan yang dilakukan dengan sadar oleh seseorang
untuk cinta, sayang kepada orang lain. Ya, mencintai tidak dapat menjadi kata
kerja yang berdiri sendiri. Karena kata “mencintai” adalah kata kerja
transitif, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek. Kebalikan dari kata kerja
transitif adalah kata kerja intransitif, yaitu kata kerja yang tidak
membutuhkan objek. Seperti kata jatuh, pergi, berjalan, dsb.
Kata “cinta”
menjadi aktif ketika diberi imbuhan me-i, dan menjadi pasif jika diberi imbuhan
di-i. dalam kehidupan sehari-hari, kita bertemu dengan banyak sekali peristiwa
yang melibatkan kata “cinta”. Urusan dengan pekerjaan, keluarga, teman, bahkan
pasangan. Seolah cinta ini melingkupi seluruh kehidupan kita tanpa kecuali.
Kita bisa
mencintai orang lain, benda, kenangan, cita-cita, masa depan, juga kenyataan.
Kita bisa dicintai oleh orang lain, tapi kita tidak bisa menunggu dicintai oleh
benda, kenangan, cita-cita, atau kenyataan. Ya, bagaimana mungkin benda mati
bisa membalas cinta?
Nah, soal
mencintai-dicintai oleh orang lain inilah, seringkali menjadi hal yang pelik.
Anda pernah jatuh cinta? Atau memutuskan untuk mencintai orang lain? Pasti
pernah, ya. Cinta paling nyata adalah antara orang tua dengan anak, kakak
dengan adik, sahabat dengan sahabat lain. Ini adalah cinta yang fitrah karena
hubungan darah atau keakraban. Lain cerita dengan cinta antar pasangan, mencintai
atau dicintai bisa terjadi tanpa rencana, atau penuh rekayasa. Anda termasuk
yang mana?
Jatuh cinta
menurut sebagian orang adalah anugerah yang datang tak dijemput, pulang tak
diantar. Tidak ada satupun teori yang berhasil menjelaskan secaja gamblang
tentang fenomena jatuh cinta. Orang jawa bilang, witing tresno jalaran soko kulino. Datangnya cinta adalah akibat
dari kebiasaan. Ya, biasa dekat, berbagi cerita, saling mengerti, kemudian
tumbuhlan cinta diantara dua insan yang berbeda segalanya. Namun teori ini
dihancurkan oleh kaum yang percaya pada cinta pandangan pertama. Bagaimana
mungkin bisa jatuh cinta tanpa terbiasa apapun sebelumnya, bahkan pada
pandangan pertama?
Meskipun
penganut kepercayaan adanya cinta pandangan pertama tidak sebanyak pengikut
paham witing tresno jalaran soko kulino, kata
mencintai dan dicintai itu tetap saja pelik, terutama bagi para jomblowan dan
jomblowati. Saya pernah bertanya kepada beberapa orang, mana yang lebih baik
antara mencintai atau dicintai? Di kesempatan yang lain saya mengamati prilaku
banyak orang, tentang bagaimana konsekwensi mencintai dan dicintai dalam
kehidupan sehari-hari.
Jomblowan
(sebutan untuk single laki-laki), ketika mencintai, akan berusaha memberikan
semua yang terbaik untuk orang yang dicintainya. Dia siap menerima risiko
dicuekin, jadi pelampiasan ketika orang yang dicintainya sedang PMS, merajuk,
bahkan siap jadi tukang ojek kemanapun asal orang yang dicintai senang hati,
meskipun diri sendiri sedang lelah tak terperi. (O, sabar sekali?)
Beda cerita
ketika jomblowan dalam posisi dicintai, ego manusiawi akan menuntunnya untuk
menguji, sejauh mana orang yang mencintainya itu benar-benar mencintai.
Jomblowan punya cara masing-masing untuk menguji cinta, bisa jadi dengan
materi, kesetiaan, atau sekedar perhatian.
Apakah
jomblowati juga demikian?
Sepaham saya, jomblowati
cenderung tertutup dan menjaga diri. Meski sebagian ada yang memilih untuk
berani menyatakan perasaan dalam hati ketika mencintai, sebagian besar masih
menahan diri untuk tidak menampakkan isi hati. Kenapa? Malu! Dalam kamus
pergaulan, masih lekat dalam benak masyarakat luas bahwa perempuan itu tidak
pantas menyatakan cinta terlebih dahulu. Apakah kemudian berarti perempuan
tidak berhak mencintai?
Tunggu, menurut
hasil pengamatan abal-abal ala saya, ketika perempuan dalam posisi dicintai,
akan lebih aman, dia tidak harus mengerahkan seluruh tenaga dan pikiran untuk
membuktikan cinta, agar dibalas dengan perhatian atau cinta yang sepadan. Ah,
urusannya jadi rumit jika perempuan memutuskan untuk mencintai, namun tidak
menerima balasan.
Jadi?
Bagi laki-laki,
sebaiknya memilih untuk mencintai terlebih dahulu sebelum berharap dicintai
oleh orang yang mengisi hati. Hal ini akan mendorongnya untuk berjuang,
melakukan banyak hal, sekaligus menjaga orang yang dicintainya sepenuh hati.
Sedangkan bagi
perempuan, lebih baik dicintai terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk
mencintai. Hal ini akan menghindarkan diri dari sakit hati, kecewa tak terperi,
juga potensi merusak diri sendiri ketika harapan tidak sejalan dengan kenyataan
yang harus dihadapi. Mungkin tulisan ini hanya sekedar pikiran yang melintas,
sekilas. Namun patut direnungkan lagi kebenarannya.
Anda boleh jadi tidak setuju dengan pendapat saya. Silakan memiliki pandangan dan pendapat sendiri soal mencintai atau dicintai. Nanti kalau sudah ada argument yang cukup logis, boleh dibagi dalam bentuk tulisan pula, ya? Saya tunggu komentar atau argumen anda.
Anda boleh jadi tidak setuju dengan pendapat saya. Silakan memiliki pandangan dan pendapat sendiri soal mencintai atau dicintai. Nanti kalau sudah ada argument yang cukup logis, boleh dibagi dalam bentuk tulisan pula, ya? Saya tunggu komentar atau argumen anda.
2 comments:
Aku pernah mencintai lebih dulu, Alhamdulilah dia jga merasakan hal yg sama. He
Aku blm pernah jatuh cinta pd pandangan pertama 😁
Post a Comment