Monday, 23 April 2018

Mencintai atau dicintai?

| |

Designed by canva

Mencintai adalah kata kerja aktif. Berarti perbuatan yang dilakukan dengan sadar oleh seseorang untuk cinta, sayang kepada orang lain. Ya, mencintai tidak dapat menjadi kata kerja yang berdiri sendiri. Karena kata “mencintai” adalah kata kerja transitif, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek. Kebalikan dari kata kerja transitif adalah kata kerja intransitif, yaitu kata kerja yang tidak membutuhkan objek. Seperti kata jatuh, pergi, berjalan, dsb.

Kata “cinta” menjadi aktif ketika diberi imbuhan me-i, dan menjadi pasif jika diberi imbuhan di-i. dalam kehidupan sehari-hari, kita bertemu dengan banyak sekali peristiwa yang melibatkan kata “cinta”. Urusan dengan pekerjaan, keluarga, teman, bahkan pasangan. Seolah cinta ini melingkupi seluruh kehidupan kita tanpa kecuali.

Kita bisa mencintai orang lain, benda, kenangan, cita-cita, masa depan, juga kenyataan. Kita bisa dicintai oleh orang lain, tapi kita tidak bisa menunggu dicintai oleh benda, kenangan, cita-cita, atau kenyataan. Ya, bagaimana mungkin benda mati bisa membalas cinta?

Nah, soal mencintai-dicintai oleh orang lain inilah, seringkali menjadi hal yang pelik. Anda pernah jatuh cinta? Atau memutuskan untuk mencintai orang lain? Pasti pernah, ya. Cinta paling nyata adalah antara orang tua dengan anak, kakak dengan adik, sahabat dengan sahabat lain. Ini adalah cinta yang fitrah karena hubungan darah atau keakraban. Lain cerita dengan cinta antar pasangan, mencintai atau dicintai bisa terjadi tanpa rencana, atau penuh rekayasa. Anda termasuk yang mana?

Jatuh cinta menurut sebagian orang adalah anugerah yang datang tak dijemput, pulang tak diantar. Tidak ada satupun teori yang berhasil menjelaskan secaja gamblang tentang fenomena jatuh cinta. Orang jawa bilang, witing tresno jalaran soko kulino. Datangnya cinta adalah akibat dari kebiasaan. Ya, biasa dekat, berbagi cerita, saling mengerti, kemudian tumbuhlan cinta diantara dua insan yang berbeda segalanya. Namun teori ini dihancurkan oleh kaum yang percaya pada cinta pandangan pertama. Bagaimana mungkin bisa jatuh cinta tanpa terbiasa apapun sebelumnya, bahkan pada pandangan pertama?

Meskipun penganut kepercayaan adanya cinta pandangan pertama tidak sebanyak pengikut paham witing tresno jalaran soko kulino, kata mencintai dan dicintai itu tetap saja pelik, terutama bagi para jomblowan dan jomblowati. Saya pernah bertanya kepada beberapa orang, mana yang lebih baik antara mencintai atau dicintai? Di kesempatan yang lain saya mengamati prilaku banyak orang, tentang bagaimana konsekwensi mencintai dan dicintai dalam kehidupan sehari-hari.

Jomblowan (sebutan untuk single laki-laki), ketika mencintai, akan berusaha memberikan semua yang terbaik untuk orang yang dicintainya. Dia siap menerima risiko dicuekin, jadi pelampiasan ketika orang yang dicintainya sedang PMS, merajuk, bahkan siap jadi tukang ojek kemanapun asal orang yang dicintai senang hati, meskipun diri sendiri sedang lelah tak terperi. (O, sabar sekali?)

Beda cerita ketika jomblowan dalam posisi dicintai, ego manusiawi akan menuntunnya untuk menguji, sejauh mana orang yang mencintainya itu benar-benar mencintai. Jomblowan punya cara masing-masing untuk menguji cinta, bisa jadi dengan materi, kesetiaan, atau sekedar perhatian.

Apakah jomblowati juga demikian?

Sepaham saya, jomblowati cenderung tertutup dan menjaga diri. Meski sebagian ada yang memilih untuk berani menyatakan perasaan dalam hati ketika mencintai, sebagian besar masih menahan diri untuk tidak menampakkan isi hati. Kenapa? Malu! Dalam kamus pergaulan, masih lekat dalam benak masyarakat luas bahwa perempuan itu tidak pantas menyatakan cinta terlebih dahulu. Apakah kemudian berarti perempuan tidak berhak mencintai?

Tunggu, menurut hasil pengamatan abal-abal ala saya, ketika perempuan dalam posisi dicintai, akan lebih aman, dia tidak harus mengerahkan seluruh tenaga dan pikiran untuk membuktikan cinta, agar dibalas dengan perhatian atau cinta yang sepadan. Ah, urusannya jadi rumit jika perempuan memutuskan untuk mencintai, namun tidak menerima balasan.

Jadi?

Bagi laki-laki, sebaiknya memilih untuk mencintai terlebih dahulu sebelum berharap dicintai oleh orang yang mengisi hati. Hal ini akan mendorongnya untuk berjuang, melakukan banyak hal, sekaligus menjaga orang yang dicintainya sepenuh hati.

Sedangkan bagi perempuan, lebih baik dicintai terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk mencintai. Hal ini akan menghindarkan diri dari sakit hati, kecewa tak terperi, juga potensi merusak diri sendiri ketika harapan tidak sejalan dengan kenyataan yang harus dihadapi. Mungkin tulisan ini hanya sekedar pikiran yang melintas, sekilas. Namun patut direnungkan lagi kebenarannya.

Anda boleh jadi tidak setuju dengan pendapat saya. Silakan memiliki pandangan dan pendapat sendiri soal mencintai atau dicintai. Nanti kalau sudah ada argument yang cukup logis, boleh dibagi dalam bentuk tulisan pula, ya? Saya tunggu komentar atau argumen anda.

2 comments:

Siti Aisyah said...

Aku pernah mencintai lebih dulu, Alhamdulilah dia jga merasakan hal yg sama. He

Asmara Na La said...

Aku blm pernah jatuh cinta pd pandangan pertama 😁

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©