Wednesday 18 December 2019

Antara Kitab Firasat dan Kitab Primbon

| |



Menurut saya, judul buku ini cukup menarik ketika pertama kali melihatnya. Saya jadi teringat kata para penulis (karena bukan hanya seorang yang pernah mengatakannya), bahwa setiap tulisan, entah itu artikel, buku, novel, cerpen, atau puisi sekalipun, akan menemui pembaca dengan caranya sendiri. Saya tidak mengerti, apakah buku ini memilih saya sebagai pembacanya?

Sore itu seorang teman mengajak bertemu setelah ia menghadiri event halal expo 2019 di ICE BSD. Kami memang sudah cukup lama tidak bersua, meski ya, sekadar mengobrol ringan dan bertukar cerita. Dari event itulah dia membawa beberapa buku, dan saya pilih salah satu. Setelah minta izinnya, saya buka segel dan menikmati lembar demi lembar isinya, menghabiskan hingga halaman terakhir dalam dua jam berikutnya.

Tulisan ini tidak bertujuan mengulas isi buku secara detil. Karena berkaitan dengan tugas RCO di level 3 (atau 4?) adalah membaca buku terjemahan kemudian membuat perbandingan, entah dengan buku serupa di tanah air, atau membandingkan antara negara asal dengan tanah air tercinta. Saya memilih membandingkan buku ini dengan buku primbon, karena sekilas pernah membaca dan  tidasaya meskipikir,k kedua buku tersebut serupa meski saya tidak hapal detil isinya. Maka, mari kita bandingkan buku ini dengan apa yang umum beredar di Indonesia.  

Kitab firasat

Kitab ini membahas bagaimana firasat itu dapat dipelajari, nyata terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan merupakan ilmu, bukan sebuah karya imajinasi. Buku ini membahas fisik manusia dan hubungannya dengan karakter. Misal orang yang berhidung mancung kecil berarti dia orang yang ramah, sebaliknya jika hidung pesek (misalnya), maka ada kecenderungan untuk introvert.

Buku ini juga membahas tentang kesesuaian ciri fisik dengan karakter Daan perilaku sehari-hari manusia. Sebagian bisa jadi benar, tapi saya menemukan beberapa kalimat yang tertulis tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Mungkin karena faktor pembentuk kepribadian seseorang sangat banyak, tidak hanya dipengaruhi oleh ciri fisiknya.

Saya sempat berpikir bahwa kitab firasat adalah hasil angan-angan manusia pada zaman buku ini diterbitkan. Namun kenyataan itu terbantah dengan pernyataan penulis bahwa kitab firasat sangat tidak bergantung pada kehidupan alam ghoib. Bukan pula berisi khayalan atau angan-angan semata.

Kitab primbon

Kitab primbon mulai beredar di masyarakat jawa pada tahun 1900an. Sebagian disembunyikan di lemari terdalam agar tidak dibaca orang sembarangan, sebagian dibiarkan tergeletak begitu saja. Kitab yang menerangkan perbedaan neptu (hari dalam perhitungan kalender Jawa) juga kejadian-kejadian seperti bunyi tokek, mata kedutan, atau letak tahi lalat pun dibahas. Sampai penafsiran banyak hal dalam kehidupan manusia, tersedia diisini.

Persamaan dari kedua kitab tersebut adalah bahwa di kehiudan manusia yang serba ajaib dapat ditafsirkan berdasarkan kejadian sekitarnya. Memang tidak perlu dipungkiri, bahwa keunikan dalam kehidupan ini mengundang kita mendapat pengetahuan yag beragam berdasarkan pada keyakinan dan input pengetahaun yang diperoleh.

Ada pula orang-orang tertentu yang diberi keistimewaan memiliki ketajaman mata hati untuk mengetahui hal-hal yang ghoib bagi orang lain. Kita boleh saja tidak percaya pada salah satu atau keduaa buku tersebut. Satu hal yang pasti, jangan sampai menggadaikan iman demi keyakinan pada ilmu yang disebarluaskan oleh sesama manusia.

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©