Wednesday, 2 March 2016

Laporan dari Coaching Clinic bareng trio Lupus

| |


 laporan langsung dari stadion utama gembiraloka. :D
sektor 23

Minggu, 28 Februari 2016 kemarin menjadi hari istimewa bagiku. Kalau biasanya hari minggu libur kuliah, harus berjibaku dengan ibu-ibu yang rempong yang suka gosip sambil belanja sayur, membersihkan rumah dengan gaya emak-emak kucel karena belum mandi, tidak dengan minggu ini. Sebelum jam enam semua sudut rumah sudah rapi. Mandi dan pakai pewangi, hehehe...tumben sekali.
Jam 7.15 pagi sudah siap rapi, cuma mau ke bonbin. Ketemu sapi!
Iya, acara hari ini, coaching clinic bareng trio penggagas Lupus (bang Hilman, bang Boim dan Bang Gusur) diadakan di balai sapi kebun binatang gembiraloka yogyakarta. Jangan tanya kenapa harus di balai sapi acaranya, mungkin kompas sebagai panitia sedang mencari suasana berbeda.
Bagaimana aku bisa disini? Ini sebenarnya rahasia illahi. Karena beberapa minggu sebelumnya, lewat jejaring sosial tak sengaja kutemukan poster nulis lupus bareng. Iseng kutulis sebuah cerita, sambil mengingat-ingat karakter Lupus yang kubaca jauh bertahun-tahun sebelumnya. Nah, inilah karya tulis yang membawaku sampai ke coaching clinic.


Online Bullying

Lupus, sampai sekarang masih SMA. Jangan tanya kenapa dia ngga lulus. Itu pelanggaran. Anggap saja dia akan jadi anak SMA Merah Putih selamanya, ribet amat. Waks!
Tapi tenang, lupus yang sekarang tetap beda sama yang dulu. Lebih cakep, meski dia ga ngerasa cakep. Dan tentu saja, makin smart karena sudah boleh pegang smartphone sama mamanya. Meski itu berarti seminggu membuat Lulu hujan cemburu.
Tak apa, seminggu berikutnya Lulu sudah kembali ceria, malah ikut nebeng chat sama kakaknya. Haa
Sebenarnya Lupus malas ikutan hebring teman-teman sekelasnya yang pada rame dikelas tiap hari ngobrolin group. Tapi lama-lama keki juga tiap ditanya pin bbm atau nomor WA, masa dijawab ngga punya? Ngenes amat jadi anak jakarta. Apalagi kekasihnya si Poppie tiap hari temanya cuma nuntut Lupus beli smartphone, biar bebas chatting katanya. Duileee.... tiap hari ketemu masih kurang apa? Tapi atas nama cinta, lupus menurutinya. Jadilah ia meraba tabungan dan belajar berbagai aplikasi di dalamnya.
Lupus yang dasarnya emang smart ga butuh waktu lama buat memahami kinerja aplikasi hape barunya. Tiap hari jadi makin sibuklah ia dengan chat di group kelas dan banyak chat lain yang mampir di timeline-nya. Saking banyaknya, suatu hari ia suntuk dan pengen banget ketemu sama si Poppie, sang kekasih tercinta. Buat apa lagi kalau bukan buat curhat dan makan. Maka dikirimnya WA, “Oppie sayang.... jalan-jalan yuk... aku jemput sejam lagi ya?” sent.
Sedetik kemudian ia sudah sibuk memadu madan baju di depan kaca. Menyisir rambut atau lebih tepat mengacaknya biar kelihatan kece. Sementara hape didekatnya terus berbunyi, ah mungkin Poppie yang membalas dan tak sabar menantiku, pikirnya.
Sepuluh menit berselang, merasa sudah keren. Ia membuka chatroom. 35 pesan belum terbaca, semua dari group kelas. “Eh??”
Winda,”wooooooyyyyy....oppiee,,,.... udah dandan belom luh?? Mau dijemput Lupus tuh..”
Andro, “ciee cieeee,,....si poppie dikemanain cing?”
Maria, “Wewww...sejak kapan Lupus jadian sama sigendut oppie? Gosip baru nih???”
Dan yang paling bikin Lupus shock adalah komentar dari Oppie, teman baru mereka yang memang namanya mirip Poppie, tapi bodinya beda haluan. Si Oppie berat badannya dua kalinya Poppie bro!! Maka jangan heran kenapa dipanggil sigendut Oppie. Untungnya, dia tak marah. (emang kenyataan kali ya)
Oppie, “iya bentar Lupus sayang... ini aku udah mandi koq, lima menit lagi siap menunggumu di depan rumah. Jangan telat yaa...?” dan satu lagi, cewek gendut ini ge-ernya selangit, tapi mudah tersinggung. nahLoh??
Degg!! Baru nyadar....salah kamar woooyyy?
Lhah, si poppie belom tau dong mau dijemput? Gubrakk!! Padahal sudah keren begindang, masa ia batal kencan?
Lupus terdiam, sejenak. Duduk, fokus. Mencari alasan untuk menghentikan kekacauan sebelum besok pasti pembullyan berlanjut disekolah. Bukan lupus namanya kalau ngga smart cari alasan, dan lima menit kemudian,
“woooy,, sorry... hape gw dibajak Boy neh disebelahku. Tunggu bentar ya oppie.. boy yang mau jemput elu. Bukan gw. Ni gue mau capcuz ke redaksi setor tulisan.” Sent.
 Ia tak peduli bagaimana reaksi boy diujung sana, salah sendiri suka oppie tapi ga berani bilang, takut diledeki katanya. Ah, mungkin ini kesempatan baginya. Memang cinta selalu menemukan cara ya, meski kadang ngga disengaja.


*karya ini, dan langkahku sampai disini, menjadi pemicu semangat untuk nyatakan mimpi. Mungkin masih jauh dari sempurna. Tapi disitulah proses bermula. Hingga nanti jadi luar biasa. Just do it, be consist, and u will get the miracle.
#OneDay OnePost
#menulisSetiapHari
#SemangKa, semangat kakak J

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©