laporan langsung dari stadion utama gembiraloka. :D
sektor 23
Minggu, 28 Februari 2016 kemarin menjadi hari istimewa
bagiku. Kalau biasanya hari minggu libur kuliah, harus berjibaku dengan ibu-ibu
yang rempong yang suka gosip sambil belanja sayur, membersihkan rumah dengan
gaya emak-emak kucel karena belum mandi, tidak dengan minggu ini. Sebelum jam
enam semua sudut rumah sudah rapi. Mandi dan pakai pewangi, hehehe...tumben
sekali.
Iya, acara hari ini, coaching clinic bareng trio penggagas
Lupus (bang Hilman, bang Boim dan Bang Gusur) diadakan di balai sapi kebun
binatang gembiraloka yogyakarta. Jangan tanya kenapa harus di balai sapi
acaranya, mungkin kompas sebagai panitia sedang mencari suasana berbeda.
Bagaimana aku bisa disini? Ini sebenarnya rahasia illahi.
Karena beberapa minggu sebelumnya, lewat jejaring sosial tak sengaja kutemukan
poster nulis lupus bareng. Iseng kutulis sebuah cerita, sambil mengingat-ingat
karakter Lupus yang kubaca jauh bertahun-tahun sebelumnya. Nah, inilah karya
tulis yang membawaku sampai ke coaching clinic.
Online Bullying
Lupus, sampai sekarang masih SMA. Jangan tanya kenapa dia
ngga lulus. Itu pelanggaran. Anggap saja dia akan jadi anak SMA Merah Putih
selamanya, ribet amat. Waks!
Tapi tenang, lupus yang sekarang tetap beda sama yang dulu.
Lebih cakep, meski dia ga ngerasa cakep. Dan tentu saja, makin smart karena
sudah boleh pegang smartphone sama mamanya. Meski itu berarti seminggu membuat
Lulu hujan cemburu.
Tak apa, seminggu berikutnya Lulu sudah kembali ceria, malah
ikut nebeng chat sama kakaknya. Haa
Sebenarnya Lupus malas ikutan hebring teman-teman sekelasnya
yang pada rame dikelas tiap hari ngobrolin group. Tapi lama-lama keki juga tiap
ditanya pin bbm atau nomor WA, masa dijawab ngga punya? Ngenes amat jadi anak
jakarta. Apalagi kekasihnya si Poppie tiap hari temanya cuma nuntut Lupus beli
smartphone, biar bebas chatting katanya. Duileee.... tiap hari ketemu masih
kurang apa? Tapi atas nama cinta, lupus menurutinya. Jadilah ia meraba tabungan
dan belajar berbagai aplikasi di dalamnya.
Lupus yang dasarnya emang smart ga butuh waktu lama buat
memahami kinerja aplikasi hape barunya. Tiap hari jadi makin sibuklah ia dengan
chat di group kelas dan banyak chat lain yang mampir di timeline-nya. Saking banyaknya, suatu hari ia suntuk dan pengen
banget ketemu sama si Poppie, sang kekasih tercinta. Buat apa lagi kalau bukan
buat curhat dan makan. Maka dikirimnya WA, “Oppie sayang.... jalan-jalan yuk...
aku jemput sejam lagi ya?” sent.
Sedetik kemudian ia sudah sibuk memadu madan baju di depan
kaca. Menyisir rambut atau lebih tepat mengacaknya biar kelihatan kece.
Sementara hape didekatnya terus berbunyi, ah mungkin Poppie yang membalas dan
tak sabar menantiku, pikirnya.
Sepuluh menit berselang, merasa sudah keren. Ia membuka
chatroom. 35 pesan belum terbaca, semua dari group kelas. “Eh??”
Winda,”wooooooyyyyy....oppiee,,,.... udah dandan belom luh??
Mau dijemput Lupus tuh..”
Andro, “ciee cieeee,,....si poppie dikemanain cing?”
Maria, “Wewww...sejak kapan Lupus jadian sama sigendut
oppie? Gosip baru nih???”
Dan yang paling bikin Lupus shock adalah komentar dari
Oppie, teman baru mereka yang memang namanya mirip Poppie, tapi bodinya beda
haluan. Si Oppie berat badannya dua kalinya Poppie bro!! Maka jangan heran
kenapa dipanggil sigendut Oppie. Untungnya, dia tak marah. (emang kenyataan
kali ya)
Oppie, “iya bentar Lupus sayang... ini aku udah mandi koq,
lima menit lagi siap menunggumu di depan rumah. Jangan telat yaa...?” dan satu
lagi, cewek gendut ini ge-ernya selangit, tapi mudah tersinggung. nahLoh??
Degg!! Baru nyadar....salah kamar woooyyy?
Lhah, si poppie belom tau dong mau dijemput? Gubrakk!!
Padahal sudah keren begindang, masa ia batal kencan?
Lupus terdiam, sejenak. Duduk, fokus. Mencari alasan untuk
menghentikan kekacauan sebelum besok pasti pembullyan berlanjut disekolah.
Bukan lupus namanya kalau ngga smart cari alasan, dan lima menit kemudian,
“woooy,, sorry... hape gw dibajak Boy neh disebelahku. Tunggu
bentar ya oppie.. boy yang mau jemput elu. Bukan gw. Ni gue mau capcuz ke
redaksi setor tulisan.” Sent.
Ia tak peduli
bagaimana reaksi boy diujung sana, salah sendiri suka oppie tapi ga berani
bilang, takut diledeki katanya. Ah, mungkin ini kesempatan baginya. Memang
cinta selalu menemukan cara ya, meski kadang ngga disengaja.
*karya ini, dan langkahku sampai disini, menjadi pemicu
semangat untuk nyatakan mimpi. Mungkin masih jauh dari sempurna. Tapi disitulah
proses bermula. Hingga nanti jadi luar biasa. Just do it, be consist, and u
will get the miracle.
#OneDay OnePost
#menulisSetiapHari
#SemangKa, semangat kakak J
0 comments:
Post a Comment