Saturday, 26 March 2016

Surat Buat Hasna-2

| |



“Lalu apa yang hars kulakukan agar Hasna tak lupa? Aku ayahnya dek, setidaknya aku masih bisa berharap do’a darinya kan?”

Oh,... aku memutar otak untuk menjawabnya. Lama aku terdiam.

“Kak, aku tau caranya. Agar Hasna tak lupa sama ayahnya. Agar ia tetap bisa merasakan kehadiran kakak, agar ia tetap terhubung dengan ayahnya meski kakak sudah tak disini lagi” entah dari mana, jariku mengetik lancar sekali.

“Benarkah? Mana ada transportasi dari akhiirat kesini dek, ah kamu mengada-ada. Atau kamu mau menyuruhku bawa HP, agar nanti aku bis asms Hasna dari sana?”

Hahhaha...aku tergelak membacanya. Seolah kematian kami anggap mainan. Seolah antara hidup dan mati hanya terbatas tirai tipis. Aku meringis.

“Kenapa ngga kakak pikir, sekalian aja nanti kakak disana rekrut malaikat jadi asisten buat kakak. Jadi kalau perlu apa-apa tinggal minta sama malaikatnya?”

“Ngawur kamu!!” sejenak aku senang, ia tidak ngeri membayangkan kematian yang ada didepan. Semoga husnul khotimah kakak, doaku dalam hati.

“kak, kakak bisa tetap dampingi Hasna sampai dewasa, bahkan sampai kapanpun kakak mau...” aku kembali ke jalur serius.

“iya gimana caranya...jangan bercanda lagi ya?” ia muai mengancam. Aku hanya tersenyum membacanya.

“surat kak, ... kakak bisa menulis buat Hasna. Suatu ahri ia akan bisa membaca, ia akan merasakan kehadiran ayahnya meski tak ada disisinya. Surat itu akan banyak bercerita tentang perasaan kakak, harapan ayahnya. Nasehat, bahkan peringatan. Apapun yang kakak ingin sampaikan padanya...” aku mulai menjelaskan.

“Tapi, bagaimana caranya? Bisa saja surat itu hilang sebelum sampai di tangannya. Bisa saja surat itu tak akan pernah ia baca....” oh, please..jangan pesimis!! Aku tak mau melihatmu berjalan seolah “tanpa nyawa” begitu kakak...

“Hello kakak, ini abad 21. Apasih yang ngga mungkin? Kakak bisa kan nitip sama orang yang kakak percaya, agar suatu hari menyampaikan surat itu buat Hasna? Atau gini, kakak tulis saja semua suratnya. Akan ku ketik dan kirimkan buat Hasna nanti kalau sudah dewasa. Sesuai pesan kakak kapan surat itu harus tiba. Aku siap jadi pos yang baik tenang saja” aku menghiburnya.

Setelah itu, sang kakak lebih sibuk dari biasanya. Ia banyak berbagi waktu dengan siapapun disekitarnya. Ia banyak memberi, mengajar mengaji, apapun dilakukannya untuk bekal mati. Dan satu lagi, setiap malam ia buat satu, atau kadang dua surat sekaligus untuk Hasna. Ia banyak bercerita, memberi nasehat, dan mengutarakan harapan. 

Surat yang akan memperpanjang umurnya, yang akan mewakili kehadiran untuk anaknya. Disetiap sampul surat itu tertera tanggal penulisan, dan diusia berapa ia bayangkan Hasna membacanya, mungkin aku harus menyampaikan disetiap ulang tahunnya nanti. Dan satu lagi, disetiap sampul surat itu terukir indah: surat buat Hasna.

Selesai?


Tidak!!

Lhoh?
  


Tunggu cerita selanjutnya yaa di Surat Buat Hasna -3

#ODOP

1 comments:

Dewie dean said...

Hemmm merinding

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©