Sesuatu yang sudah menjadi rutinitas, mengajarkan kita untuk
menyelesaikannya lebih cepat. Awalnya selesai satu jam, setelah semakin sering
dilakukan pekerjaan itu bisa selesai dalam waktu lima puluh menit. Bisa jadi,
beberapa waktu kemudian bisa selesai dalam waktu empat puluh lima menit. Tapi
mungkin sulit untuk menyelesaikannya dalam dua puluh menit, segala sesuatu
punya batas maksimal dan minimal.
Jam sudah menunjukkan pukul 06.30 saat aku mulai menarik gas
motor. Jadwa kelas dimulai pukul 07.00. Tergantung dosennya juga sih, kalau
beliau datang pukul 07.15 maka otomatis kelas dimulai setelah beliau datang.
Jarak dari rumah ke kelas biasanya bisa kutempuh dalam waktu satu jam dengan
kecepatan sedang, atau paling cepat lima puluh menit sudh duduk manis di kelas.
Aku tak ingin tergesa. Motor kupacu denan kecepatan sedang,
sama sekali tidak memaksa. Biarlah terlambat, asal selamat. Daripada ngebut
tapi benjut? Tapi akan lebih baik sebenarnya, biar cepat asal selamat.
Iya pas jalanan sepi sih bisa diatas 80 KM/jam. Tapi
dijalanan dengan lalu lintas padat, aku memilih menikmati perjalanan. Menembus
pagi yang masih berselimut kabut tebal tak setiap hari kualami. Rasanya seperti
menembus awan. Jadi kubayangkan sedang terbang diawan, naik motor.
Saat masuk ringroad timur kota Yogyakarta, lalu lintas
semakin padat. Setelah perempatan JEC aku memilih masuk ke jalur mobil. Bukan
ingin melanggar peraturan (kebetulan memang dari perempatan itu sampai fly over
janti biasa tidak dijaga polisi), tapi memang jalur motor sudah padat.
Sementara aku harus cepat sampai ke kampus. Di jalur motor ada scoopy biru yang
dikendarai seorang gadis tampak sekali ia terburu-buru, memacu kecepatan
semaksimal mungkin. Liuk kanan kiri, berusaha menyalip semua motor didepannya.
Tubuhnya condong ke depan, persis gaya pembalap dengan erudung warna krem yang
berkibar-kibar dibawah helmnya. Sementara aku bisa melenggang bebas
menyesuaikan kecepatan mobil di sekitar. Scoopy itu kulampaui, hingga masuk ke
fly over. Lelu lintas semakin padat, kecepatan kuturunkan, beberapa detik
kemudian scoopy itu sudah mendahuluiku. Dengan gaya yang sama, mau kemana gadis
ini sebenarnya? Ah bukan urusanku, mungkin dia terburu kerena terlambat masuk
kelas, mungkin.
Belok kiri masuk jalan solo, kecepatanku tertahan beberapa kendaraan
yang ingin belok ke kanan. Scoopy itu masih tampak memburu waktu. Jauh melaju
di depanku. Tapi di putaran jalan, motor dan mobil dari arah timur dihentikan
oleh polisi jaga, memberi kesempatan kendaraan yang putar arah. Scoopy itu terhenti
paling depan. Setelah jalan dibuka, ia kembali melesat. Beberapa kali harus
menarik rem kuat-kuat untuk menghidari tabrakan dengan kendaraan di depan.
Hingga pertigaan kampus aku tak lagi melihatnya. Aku memilih belok kiri karena
lampu menyala merah, masuk kampus lewat gerbang selatan. Ternyata scoopy itu
masih di depanku, berbelok ke arah yang sama, masuk parkiran fakultas SAINTEK,
sedangkan aku memilih parkiran yang lebih dekat ke fakultas diujung jalan. Dengan
waktu yang hampir bersamaan.
Kawan, begitulah.Tergesa tidak menjamin kita sampai di
tujuan lebih cepat. Meski sebuah urusan harusnya disegerakan, kerjakan saja
sesuai kemampuan. Maksimalkan kesempatan. Tak perlu tergesa agar lebih lapang
menerima hasilnya.
Begitu juga dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin ada urusan
yang harus segera diselesaikan. Mungkin kita merasa terlambat jika tak berjalan
cepat. Sungguh, tergesa dan segera memang tipis bedanya. Tapi diantara keduanya
beda jauh akibatnya. Tergesa itu salah satu sifat syetan.
Ngomongin kehidupan sehari-hari, apa yang sering terlihat
beda antara segera dan tergesa?
Kalau setauku, diantaranya adalah nikah.
Haha...lagi-lagi, soal asmara.
Jika nikah terselenggara karena tergesa, akan ada masanya
kebosanan melanda. Tak jarang cerai jadi solusinya. Karena pernikahan berjalan
tanpa kesiapan akan masa depan, hanya menuruti kebutuhan semata. Akan beda,
sangat jauh bedanya jika nikah terselenggara karena segera. Persiapan seadanya
tak akan jadi masalah, karena misinya adalah menjaga kehormatan agama.
Jadi, mau pilih tergesa atau segera?
Saya terserah Allah saja, mana yang terbaik buat agama dan
masa depan saya. ;-)
#ODOP
#BudayakanMenulis
0 comments:
Post a Comment