Tuesday, 5 April 2016

Antara tergesa dan segera

| |




Sesuatu yang sudah menjadi rutinitas, mengajarkan kita untuk menyelesaikannya lebih cepat. Awalnya selesai satu jam, setelah semakin sering dilakukan pekerjaan itu bisa selesai dalam waktu lima puluh menit. Bisa jadi, beberapa waktu kemudian bisa selesai dalam waktu empat puluh lima menit. Tapi mungkin sulit untuk menyelesaikannya dalam dua puluh menit, segala sesuatu punya batas maksimal dan minimal.


Jam sudah menunjukkan pukul 06.30 saat aku mulai menarik gas motor. Jadwa kelas dimulai pukul 07.00. Tergantung dosennya juga sih, kalau beliau datang pukul 07.15 maka otomatis kelas dimulai setelah beliau datang. Jarak dari rumah ke kelas biasanya bisa kutempuh dalam waktu satu jam dengan kecepatan sedang, atau paling cepat lima puluh menit sudh duduk manis di kelas.

Aku tak ingin tergesa. Motor kupacu denan kecepatan sedang, sama sekali tidak memaksa. Biarlah terlambat, asal selamat. Daripada ngebut tapi benjut? Tapi akan lebih baik sebenarnya, biar cepat asal selamat.

Iya pas jalanan sepi sih bisa diatas 80 KM/jam. Tapi dijalanan dengan lalu lintas padat, aku memilih menikmati perjalanan. Menembus pagi yang masih berselimut kabut tebal tak setiap hari kualami. Rasanya seperti menembus awan. Jadi kubayangkan sedang terbang diawan, naik motor.

Saat masuk ringroad timur kota Yogyakarta, lalu lintas semakin padat. Setelah perempatan JEC aku memilih masuk ke jalur mobil. Bukan ingin melanggar peraturan (kebetulan memang dari perempatan itu sampai fly over janti biasa tidak dijaga polisi), tapi memang jalur motor sudah padat. Sementara aku harus cepat sampai ke kampus. Di jalur motor ada scoopy biru yang dikendarai seorang gadis tampak sekali ia terburu-buru, memacu kecepatan semaksimal mungkin. Liuk kanan kiri, berusaha menyalip semua motor didepannya. Tubuhnya condong ke depan, persis gaya pembalap dengan erudung warna krem yang berkibar-kibar dibawah helmnya. Sementara aku bisa melenggang bebas menyesuaikan kecepatan mobil di sekitar. Scoopy itu kulampaui, hingga masuk ke fly over. Lelu lintas semakin padat, kecepatan kuturunkan, beberapa detik kemudian scoopy itu sudah mendahuluiku. Dengan gaya yang sama, mau kemana gadis ini sebenarnya? Ah bukan urusanku, mungkin dia terburu kerena terlambat masuk kelas, mungkin.

Belok kiri masuk jalan solo, kecepatanku tertahan beberapa kendaraan yang ingin belok ke kanan. Scoopy itu masih tampak memburu waktu. Jauh melaju di depanku. Tapi di putaran jalan, motor dan mobil dari arah timur dihentikan oleh polisi jaga, memberi kesempatan kendaraan yang putar arah. Scoopy itu terhenti paling depan. Setelah jalan dibuka, ia kembali melesat. Beberapa kali harus menarik rem kuat-kuat untuk menghidari tabrakan dengan kendaraan di depan. Hingga pertigaan kampus aku tak lagi melihatnya. Aku memilih belok kiri karena lampu menyala merah, masuk kampus lewat gerbang selatan. Ternyata scoopy itu masih di depanku, berbelok ke arah yang sama, masuk parkiran fakultas SAINTEK, sedangkan aku memilih parkiran yang lebih dekat ke fakultas diujung jalan. Dengan waktu yang hampir bersamaan.

Kawan, begitulah.Tergesa tidak menjamin kita sampai di tujuan lebih cepat. Meski sebuah urusan harusnya disegerakan, kerjakan saja sesuai kemampuan. Maksimalkan kesempatan. Tak perlu tergesa agar lebih lapang menerima hasilnya.

Begitu juga dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin ada urusan yang harus segera diselesaikan. Mungkin kita merasa terlambat jika tak berjalan cepat. Sungguh, tergesa dan segera memang tipis bedanya. Tapi diantara keduanya beda jauh akibatnya. Tergesa itu salah satu sifat syetan.

Ngomongin kehidupan sehari-hari, apa yang sering terlihat beda antara segera dan tergesa?

Kalau setauku, diantaranya adalah nikah.

Haha...lagi-lagi, soal asmara.

Jika nikah terselenggara karena tergesa, akan ada masanya kebosanan melanda. Tak jarang cerai jadi solusinya. Karena pernikahan berjalan tanpa kesiapan akan masa depan, hanya menuruti kebutuhan semata. Akan beda, sangat jauh bedanya jika nikah terselenggara karena segera. Persiapan seadanya tak akan jadi masalah, karena misinya adalah menjaga kehormatan agama.

Jadi, mau pilih tergesa atau segera?

Saya terserah Allah saja, mana yang terbaik buat agama dan masa depan saya. ;-)

#ODOP
#BudayakanMenulis

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: CompartidĂ­simo
Images by: DeliciousScraps©