Supeno, usianya masih sekitar tiga tahun. Anak pak Seno dan
bu Supi itu menangis tertahan, suaranya masih sesenggukan. Ibu dan bapaknya
menggeret lengan anak itu keras-keras. “Sudah, ayo pulang! Kamu itu masih kecil
ngga tau susahnya orang tua! Dibilangin ngga boleh ya ngga boleh! Ngga usah
cari alasan!” ibunya mengomel sepanjang gang sempit menuju kampung kumuh
diujung gang.
Sementara itu, didepan Mall G*ler** seorang ibu berpakaian
resmi seragam kantor juga menyeret anak perempuan kecil yang meronta dalam
genggaman lengannya. “Mama jahaatttttt!!!! Aku Cuma mau satu tas baru
mamaaaa…!! Mama jahaat..mama ngga saying Anggiii……huwaaaaaaaaaa…!”. Sang mama
tidak menjawab, hanya menyeret anaknya ke dalam mobil dan segera menyuruh
sopirnya tancap gas tanpa peduli tatapan orang disekitarnya.
Sekilas, pemandangan tersebut taka sing bagi kita. Tidak
ahanya di persimpangan jalan, bahkan mungkin di lingkungan keluarga atau
tetangga pernah kita lihat hal demikian. Dimana anak “terpaksa” mengikuti
keinginan orang tuanya, tanpa penjelasan, dan tanpa pernah tau “mengapa”.
Sederhana, tapi sungguh berarti banyak bagi masa depan
mereka. Anak perlu tahu alasan mengapa mereka dilarang atau diperintah
melakukan sesuatu. Anak perlu belajar untuk mengerti maksud pembelajaran itu
sejak dini. Karena sungguh, rasa penasaran sejatinya tak pernah mati.
Ketika anak dilarang melakukan sesuatu, hatinya pasti
bertanya kenapa?
Jika ia mendapat penjelasan logis yang bisa diterimanya,
maka otomatis dia akan mengerti dan menghindarinya lain kali. Namun jika
penjelasan itu tak cukup membuatnya mengerti, ia akan mencoba hal serupa lain
kali. Percayalah, rasa ingin tahu itu tak akan terhenti sampai ia benar-benar
tahu.
Sayang, kita sebagai orang tua kadang tak paham bagaimana
harus memberi penjelasan, lalu lebih memilih diam. Akibatnya? Anak tidak akan
terima. Ia akan tetap melakukan hal serupa, ketika tidak mendapat pengawasan
dari orang tua.
Seperti pada kasus diatas, Supeno dan Anggi. Keduanya
berasal dari latar belakang ekonomi yang berbeda. Namun mendapat perlakuan
yangs ama dari orang tuanya, penolakan untuk sebuah penjelasan. Orang tua
Supeno enggan menjelaskan bahwa mereka tidak bisa memenuhi keinginan anaknya
karena alsan ekonomi. Sementara orang tua Anggi memilih diam supaya anaknya
tidak perlu membeli tas baru karena mungkin tas yang ada masih bisa dipakai,
atau mungkin juga karena alasan lain. Entahlah. Yang ejalsa, mereka sama-sama
tidak mendapat penjelasan.
Maka dalam kasus ini, orang tua tidak bisa menyalahkan
anaknya, jika –misal- suatu hari anaknya kembali merengek, atau melakukan hal
lain supaya keinginanya bisa dituruti.
Sungguh, mereka bukan nakal. Tapi belum mengerti. Maka, pendidikan yang
baik adalah pendidikan yeng bisa membuat mereka memahami tujuan dan pelajaran
dari apa yang harus kita sampaikan.
#yukBelajar
#ODOP
0 comments:
Post a Comment