Dosen sudah selesai memberi penjelasan tentang materi
pertemuan kali ini.
“oke, sampai disini ada pertanyaan?”
Semua mahasiswa terdiam. Antara bingung mau bertanya apa,
atau ngga paham dengan materinya, entahlah.
“Baik, saya lanjutkan sedikit lagi,….” Kemudian semua
mahasiswa kembali focus dengan penjelasannya. Setelah itu, beberapa mahasiswa
bertanya. Terjadilah “dialog” dan transfer ilmu pengetahuan.
“Anak Indonesia, memang benar-benar “berbeda” ya”, kata pak
dosen selesai diskusi, sebelum menutup kelas.
“Kenapa, pak?” saya sedikit penasaran dengan tekanan pada
kata “berbeda” barusan.
“iya, kalau disini ditawarin ada pertanyaan? Tidak selalu
mendapat antusiasme dari audiens. Tapi, saya pernah “terpaksa” mengisi suatu
kajian di New York untuk anak-anak yang ikut kelas semacam TPA di Islamic
Center. Selesai saya memberi penjelasan,
dua puluh lima dari tigapuluh anak yang hadis saat itu mengangkat tangan
dan berani bertanya!. Iya, pertanyaannya beragam sih dari yang ringan, sepele,
ngga ada hubungannya sama materi sampai pertanyaan yang berat terkait materi.
Tapi satu poin penting yang saya garisbawahi. Bahwa mereka “tidak takut salah”
untuk bertanya. Sedangkan di Indonesia? Seringkali kita jumpai entah itu di
dalam kelas, atau bahkan di lingkungan keluarga yang dicemooh “halah, gitu aja
ditanyain..” atau, ketika ada yang bertanya diketawain..gitu ya?”
“Woww..”
Iya sih, iyakan? Atau hanya saya yang sering menemui hal
semacam ini?
Begitulah, salah satu kunci pendidikan di luar negeri adalah
cenderung membiarkan anak-anaknya kritis sejak dini. Mereka, para orang tua
merasa baik-baik saja meski anaknya banyak bertanya, tetap menjawab tanpa rasa
bosan meski diulang-ulang. Hal yang berbeda kita jumpai di Indonesia. Maka
akibatnya, generasi kita kurang kritis, harus diakui ya? Bisa dibuktikan di
sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan sekitar kita. Maka, tugas kita bersama,
para orang tua dan pendidik terutama. Untuk memupuk kembali rasa ingin tahu
anak-anak kita, generasi masa depan. Biarkan mereka bertanya, menyalurkan rasa
ingin tahu mereka. Agar kelak, mereka menjadi generasi kritis.
#ODOP
#BelajarMenulis
0 comments:
Post a Comment