Tuesday, 10 May 2016

Surat Buat Hasna 10

| |



Waktu, tak pernah peduli siapa kamu. Melaju tanpa peduli ada yang cemburu. Apalagi mengikat rindu. Tak peduli pada cinta yang sedang bersemi, atau kandas ditengah teriknya mentari. Waktu, terus berjalan dengan keegoisannya sendiri.


Begitu cepat berlalu, hari-hari kujalani dengan satu misi: belajar sepenuh hati. Dunia maya yang setia menemani, tak ubahnya partner sejati. Adakalanya hadir mereka yang memberi warna dengan setetes cinta, menawarkan pemuas dahaga akan dunia. Tapi seringkali aku mengabaikannya. Tugas, rutinitas, semua masih berjala seperti biasa. Soal kakak? Hampir saja aku lupa. Hingga suatu malam, ia menyapaku dengan salam. Lalu kujawab sekedarnya.

“Dek”

“Iya mas”

“Aku menikahainya, semata untuk memenuhi permintaan Bapak”

“Maksudnya mas?”

“Waktu itu, kakakku satu-satunya meninggal karena gagal ginjal. Ia meninggalkan istri dan anak yang masih bayi. Bapakku kasihan melihat mereka. Lalu memintaku menikahi kakak iparku. Aku tak mau dek, lalu memaksa bapak mengubah keputusannya. Sejak dulu memang aku sering berselisih pendapat dengan bapak. Apalagi kali ini, aku tak mau menuruti. Akhirnya bapak luluh. Dengan syarat, memintaku segera menikah. Kala itu, aku dekat dengan dua gadis. Salah satunya Finda. Entah kenapa, aku lebih memilih Finda. Pernikahan berlangsung begitu saja.”

“Iya, sampai aku aja ga dapet undangan.”

“Maaf..”

“Maaf juga, aku ga masuk hitungan ternyata ya. hee...becanda. Tapi menurutku itu bukan alasan sebenarnya apa mas pilih mbak Finda, bukan yang satunya?”

“Yang satunya masih kuliah dek. Kalem sih anaknya, ... tapi aku emang cinta sama Finda. Makanya aku pilih dia”

“Jujur, lebih cantik mana menurut mas?”

“Finda”

“Hemm..........”

“Kenapa dek?”

“Iya itu. Mas .... tau kan wanita dinikahi karena apa? Menurut Rasulullah SAW aja, panutan kita.”

“Kan ada haditsnya dek, yang wanita dinikahi karena empat perkara itu?”

“Iya. Harta, nasab, kecantikan, dan agamanya kan?”
 
“iya aku tau dek..”

“Terus, kenapa mas bilang nikahi dia karena cinta?”

“Emang salah?”

“Engga mas...”

“Berarti bener kan aku nikahnya karena cinta?”

“Engga juga...”

“Loh?”

“Gini mas... sekarang pikir. Dalam hadits tersebut kenapa Rasulullah ga bilang, wanita dinikah karena cinta? Kenapa cinta ga da dalam daftar pilihan sebab menikah?”

“Iya ya... kenapa dek?”

“Laahh, ditanya kok balik nanya?”

“Dek, jelasin...pasti punya jawabannya kan?”

“Umm.. gini mas, cinta itu cuma akibat dari keempat poin yang Rasulullah sebutkan itu, menurutku. Sekali lagi, ini menurutku loh ya..mas boleh setuju, boleh juga engga. Terserah. Jadi, keempat poin yang disebutkan tadi adalah inti dari prioritas seseorang. Kalau seseorang itu menjadikan agama sebagai hal paling penting dalam hidpnya, percaya deh, pilihannya juga akan sejalan. Cintanya akan ngikut, ia lebih suka liat cewek berkerudung meski tanpa make up dari pada cewek dengan pakaian minim bahan. Beda kalau prioritasnya harta, ia akan gampang terpesona sama gadis kaya. Soal kerudung atau lainnya ga jadi prioritas pertimbangan. Begitu juga orang yang prioritasnya nasab. Ia akan berbangga ria ketika berhasil PDKT sama anak pejebat, atau anak orang berpengaruh, misalnya bupati, atau anak kyai. Ga peduli anak bupati itu cuma bisa masak air. Nah yang gampang kita temui disekitar kita adalah orang yang prioritasnya kecantikan. Matanya bisa ga berkedip lihat manusia yang mirip boneka  jepang. Mungkin mas salah satunya? Hee,” tanganku hampir keriting mengetik banyak-banyak sambil menahan nafas.

“Cinta itu akibat? Seperti kata pepatah jawa, tresno jalaran soko kulino*. Gitu ya dek?”

*)Cinta itu tumbuh karena terbiasa

“Hahahha..iya kulinone mikirke opo*

*) Iya biasanya mikirin apa

“Berarti, aku nikahi Finda karena apa?”

“Jelas, menurutku, karena dia cantik”

“Ah engga juga. Coba kalau aku masih single. Mungkin aku pilih kamu dek”

“Halah gombal, apaan...aku mah jauuuh dari sosok gadis dambaan mas. Haha, ga usah ngegombal sama aku mas. Buktinya mas udah nikah sama mbak Finda, ga sama aku. :-P”

“Salah ya? Emang kok. Sayang aku udah nikah, ada anak pula. Mana mau kamu sama mas.”

Waduuh, gawat nih kalau diterusin. Hihi... padahal kan aku mau nanya soal sidang cerainya kemarin..

#Bersambung ke Surat Buat Hasna 11
#ODOP

2 comments:

Nindyah Widyastuti said...

Seru mba, dialognya.

Dewie dean said...

Kulino delok sing ayu #eh

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©