Hei, kamu yang disitu!
Janganlah berlagak tak tahu. Sekian kata ditulis dalam sindiran,
kenapa kau abaikan?
Jangan diam saja, tulisan itu butuh balasanmu!
Coba kau perhatikan. Tulisan
itu semua tentang sikapmu, tidakkah kau merasa begitu?
Lalu tengoklah setiap kalimat, itu berarti sindiran!
Sadar dong...plis deh!!
Ehhmm,, siapa?
Aku?
Oh, emang iya tulisan itu untukku? Jadi pede ih!
Kalaupun iya, kenapa?
Ah, biar saja.
Setiap hati kan bebas merasa. Dan aku merasa bebas saja.
Aku?
Bisa saja percaya, tapi jelas dengan alasan.
Begitu juga ketika harus mengabaikan, berarti memang ada yang perlu
di abaikan.
Bukankah kadang diam membawa secarik pesan?
Iya, ketika diam lebih baik dari pada sekalimat tanggapan, maka itu
wajib jadi pilihan.
Ketika lebih baik menjelaskan, maka tak ada yang salah dengan
perasaan.
Dewasalah!
Kita bukan anak kecil lagi yang bisa merasa begini begitu lalu
berharap orang lain mengerti tanpa penjelasanmu.
Kau ingin merajuk?
Jelas, percuma jika kau tuju padaku!
Tidak, aku tidak sedang bersikap keras, lalu membedakanmu dengan yang lain.
Justru karena aku menilai dengan standar yang sama, itulah hasil
kesimpulannya, harus di abaikan.
Kenapa?
Karena perhatian balasan tak akan cukup membuatmu mengerti.
Atau kau ingin yang lebih jelas lagi?
Cukup ceritakan saja siapa dirimu di alam nyata dan dunia maya,
tanpa beda.
Tanpa topeng, atau kamuflase semata.
Kau tak perlu pura-pura merasa bahagia atau suka diatas derita
Kau tak perlu bersembunyi di balik riuhnya suasana.
Kau tak perlu menutupi
kekurangan atau menunjukkan kelebihan agar di terima.
Tidak.
Kau hanya perlu menjadi dirimu.
Menjawab pertanyaan atas dasar kejujuran
Menunjukkan kebenaran tanpa tipuan perasaan
Dan tentu saja
Menjalin persahabatan tanpa goresan prasangka.
Gunakan saja logika.
Mana bisa orang percaya jika masih ada yang terasa tersembunyi?
Lalu berharap tak seorangpun mengabaikan pesanmu?
Siapa?
Aku?
#rapel
#OneDayOnePost
2 comments:
Dahsyat...aku merinding, mba. 👍👍👍
Merinding
Post a Comment