Tuesday, 1 November 2016

Menyemai kenangan 1

| |


Dokumentasi pribadi, saat menjadi panitia JamNas HW 2005 di Coban Rondo, Malang. Sekitar 2 tahun setelah perkenalan dalam cerita ini.


Jika kau ingin tahu lebih banyak tentang Pukan, baiklah. Akan kuceritakan. Meski itu berarti membuka kembali kotak kenangan dan menghamburkan isinya ke segala sisi. Memenuhi seluruh ruang di hati. Semua kenangan itu akan berhasil mengangkatku tinggi-tinggi, lalu menghempaskanku begitu saja ke lantai. Sakit, pasti! Meski hanya terasa dalam hati.

Tidak, atau seharusnya tidak begitu. Mengingatnya dalam masa-masa yang telah berlalu, akan membawaku ke sebuah lorong yang menghubungkan kehidupan nyata dengan negeri dimana aku bisa menjadi siapa saja. Kau tahu siapa yang berhasil membawaku kesana? Dia! Iya, si Pukan itu.

Dia memang selalu istimewa, entah mengapa. Karena cinta? Mungkin. Dan aku tak pernah ingin menyesali semua cerita yang tercipta, meski entah di ujung nanti akan jadi seperti apa, atau bahkan harus melepaskannya. Jika itu yang terbaik bagi semua, aku rela.

Mungkin kisah ini hampir usai. Atau masih terlalu panjang jika harus diceritakan? Entahlah, tak seorangpn mampu menebak masa depan, termasuk aku.

Toh, apapun yang terjadi aku tetap ingin kisah ini menjadi bagian perjalanan yang penuh dengan kebaikan. Tidak hanya untukku, tapi juga untuknya yang kini jauh di sana.

Ahmad Putra Kanjani. Biasa di panggil Putra. Adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Orang tuanya adalah pengusaha di desa mereka, pengelola kelompok tani ikan sekaligus distributor bibit ikan dan tanaman. Dia satu-satunya lelaki diantara keempat bersaudara. Dua kakak dan adiknya peremuan semua. Tapi aku tak suka memanggilnya begitu. Nama Kanjani yang dia miliki terlalu unik jika dilewatkan begitu saja.

“Apa itu, Putra Kanjani? Kamu anaknya Pak Kanjani?” Tanyaku penuh selidik saat ia memperkenalkan diri dalam organisasi yang sama sedang kuikuti.

“Bukan” Jawabnya masam. Ih, mengesalkan sekali. Diiringi gelak tawa teman-teman yang lain.

“Kenapa Sa, mau jadi menantunya Pak Kanjani? Huaahahahhahaha...” Boim ikut meledakkan tawa. Dia memang paling ramai sejak forum ini dimulai.

“Huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu..........” Terdengar suara koor di kelas, riuh.

“Lalu, Kanjani artinya apa?”  tanyaku tanpa peduli pada suara kawan laki-laki yang lebih mendominasi ruangan ini.

“Risa ngga penting ih pertanyaannya. Buruan ah, laper nih... ke kantin yuk?” Said yang sejak tadi diam ikut berseloroh. Aku mendelik ke arahnya. Plis deh, ini kan belum selesai?!

“Ampun Sa.. suwer beneran aku laper. Udahan dong, Putra buruan ditutup nih forum perkenalannya. Udah kenal semua kan, tinggal Risa si bawel? Cewek satu ini tinggal aja. Biar kenalan sama tembok!” Said mencibir ke arahku. Ingin sekali menjitaknya saat itu juga! Apa-apaan coba?

“Aku panggil Pukan aja ya? Boleh?” Aku pura-pura tak dengar apa kata Said barusan. Segaris senyum tampak diwajahnya, wajah yang berdiri sekitar tiga meter di depanku. Lalu sedetik kemudian mengeras lagi.

Pukan –yang baru saja didaulat senior menjadi ketua organisasi ini- menutup forum, tanpa menjawab pertanyaanku. Mengesalkan!

Kuamati wajah bulat bertubuh atletis itu dari sudut bangku, diam-diam, tentu saja. Ia tidak melihatku sama sekalil. Bahkan melirikpun tidak. Ia sudah asyik bergabung dengan kelompok cowok itu, melangkah keluar, menuju kantin.

Pukan, kata teman-teman memang begitu. Irit bicaranya, terutama kepada kaum hawa. Entah takut, atau memang begitu karakternya. Aneh.

Hufft, .. aku menarik nafas dalam. Tinggal sendirian di dalam kelas ini. Ah, mending aku pulang.

#OneDayOnePost
#Cerber

10 comments:

Sewa Guest House said...

wah wah wah padahal seingatq pukan sama said gak sekelas... he888 tp bgus ceritany.... tp said kok agak lamben za...

Lisa Lestari said...

Pukan ini jangan2 nyata ya de...kepo aku

Lisa Lestari said...

Pukan ini jangan2 nyata ya de...kepo aku

Sakif said...

Ehmmm...kelas satu emang ngga sekelas. Tapii....satu organisasi. Kelas dua mereka sekelas lohh..kelas 2~3, bareng sicantik pengagum Pukan yang akan hadir dalam cerita selanjutnya.
Dan kelas dalam latar cerita diatas bukan kelas belajar..tapi kelas pertemuan, agenda rapat HW.

Stay tune..makasih udah berkunjung.
^_^

Sakif said...

Iya mbak..wkwkwkkw

Sitampan Tampan said...

boleh tuhh ikut koornya.. hehehe

Dewie dean said...

Hhahah dih keganjenan ama pukan

Ciani Limaran said...

Aiiihhh kak saki, cinlok sama temen satu organisasi cieee...

Wiwid Nurwidayati said...

Never ending story of pukan

EstinaLa said...

so sweet, greget sama cerit kek gini wkwkwk

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©