![]() |
Dokumentasi pribadi, saat menjadi panitia JamNas HW 2005 di Coban Rondo, Malang. Sekitar 2 tahun setelah perkenalan dalam cerita ini. |
Jika kau ingin tahu lebih banyak tentang Pukan, baiklah. Akan
kuceritakan. Meski itu berarti membuka kembali kotak kenangan dan menghamburkan
isinya ke segala sisi. Memenuhi seluruh ruang di hati. Semua kenangan itu akan
berhasil mengangkatku tinggi-tinggi, lalu menghempaskanku begitu saja ke
lantai. Sakit, pasti! Meski hanya terasa dalam hati.
Tidak, atau seharusnya tidak begitu. Mengingatnya dalam masa-masa
yang telah berlalu, akan membawaku ke sebuah lorong yang menghubungkan
kehidupan nyata dengan negeri dimana aku bisa menjadi siapa saja. Kau tahu
siapa yang berhasil membawaku kesana? Dia! Iya, si Pukan itu.
Dia memang selalu istimewa, entah mengapa. Karena cinta? Mungkin. Dan
aku tak pernah ingin menyesali semua cerita yang tercipta, meski entah di ujung
nanti akan jadi seperti apa, atau bahkan harus melepaskannya. Jika itu yang
terbaik bagi semua, aku rela.
Mungkin kisah ini hampir usai. Atau masih terlalu panjang jika
harus diceritakan? Entahlah, tak seorangpn mampu menebak masa depan, termasuk
aku.
Toh, apapun yang terjadi aku tetap ingin kisah ini menjadi bagian
perjalanan yang penuh dengan kebaikan. Tidak hanya untukku, tapi juga untuknya
yang kini jauh di sana.
Ahmad Putra Kanjani. Biasa di panggil Putra. Adalah anak ketiga
dari empat bersaudara. Orang tuanya adalah pengusaha di desa mereka, pengelola
kelompok tani ikan sekaligus distributor bibit ikan dan tanaman. Dia satu-satunya
lelaki diantara keempat bersaudara. Dua kakak dan adiknya peremuan semua. Tapi aku
tak suka memanggilnya begitu. Nama Kanjani yang dia miliki terlalu unik jika
dilewatkan begitu saja.
“Apa itu, Putra Kanjani? Kamu anaknya Pak Kanjani?” Tanyaku penuh
selidik saat ia memperkenalkan diri dalam organisasi yang sama sedang kuikuti.
“Bukan” Jawabnya masam. Ih, mengesalkan sekali. Diiringi gelak tawa
teman-teman yang lain.
“Kenapa Sa, mau jadi menantunya Pak Kanjani? Huaahahahhahaha...”
Boim ikut meledakkan tawa. Dia memang paling ramai sejak forum ini dimulai.
“Huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu..........” Terdengar suara koor di kelas,
riuh.
“Lalu, Kanjani artinya apa?” tanyaku tanpa peduli pada suara kawan
laki-laki yang lebih mendominasi ruangan ini.
“Risa ngga penting ih pertanyaannya. Buruan ah, laper nih... ke
kantin yuk?” Said yang sejak tadi diam ikut berseloroh. Aku mendelik ke
arahnya. Plis deh, ini kan belum
selesai?!
“Ampun Sa.. suwer beneran aku laper. Udahan dong, Putra buruan
ditutup nih forum perkenalannya. Udah kenal semua kan, tinggal Risa si bawel? Cewek
satu ini tinggal aja. Biar kenalan sama tembok!” Said mencibir ke arahku. Ingin
sekali menjitaknya saat itu juga! Apa-apaan coba?
“Aku panggil Pukan aja ya? Boleh?” Aku pura-pura tak dengar apa
kata Said barusan. Segaris senyum tampak diwajahnya, wajah yang berdiri sekitar
tiga meter di depanku. Lalu sedetik kemudian mengeras lagi.
Pukan –yang baru saja didaulat senior menjadi ketua organisasi ini-
menutup forum, tanpa menjawab pertanyaanku. Mengesalkan!
Kuamati wajah bulat bertubuh atletis itu dari sudut bangku,
diam-diam, tentu saja. Ia tidak melihatku sama sekalil. Bahkan melirikpun tidak.
Ia sudah asyik bergabung dengan kelompok cowok itu, melangkah keluar, menuju
kantin.
Pukan, kata teman-teman memang begitu. Irit bicaranya, terutama kepada
kaum hawa. Entah takut, atau memang begitu karakternya. Aneh.
Hufft, .. aku menarik nafas dalam. Tinggal sendirian di dalam kelas
ini. Ah, mending aku pulang.
#OneDayOnePost
#Cerber
10 comments:
wah wah wah padahal seingatq pukan sama said gak sekelas... he888 tp bgus ceritany.... tp said kok agak lamben za...
Pukan ini jangan2 nyata ya de...kepo aku
Pukan ini jangan2 nyata ya de...kepo aku
Ehmmm...kelas satu emang ngga sekelas. Tapii....satu organisasi. Kelas dua mereka sekelas lohh..kelas 2~3, bareng sicantik pengagum Pukan yang akan hadir dalam cerita selanjutnya.
Dan kelas dalam latar cerita diatas bukan kelas belajar..tapi kelas pertemuan, agenda rapat HW.
Stay tune..makasih udah berkunjung.
^_^
Iya mbak..wkwkwkkw
boleh tuhh ikut koornya.. hehehe
Hhahah dih keganjenan ama pukan
Aiiihhh kak saki, cinlok sama temen satu organisasi cieee...
Never ending story of pukan
so sweet, greget sama cerit kek gini wkwkwk
Post a Comment