Kupikir awalnya, perbedaan type penelitian ini hanya
terletak pada metode penelitian. Kalian mungkin sudah tahu bahwa penelitian
kuantitatif identik dengan permainan angka, sedangkan penelitian kualitatif lebih
dikenal sebagai penelitian dengan serangkaian permainan huruf. Ya, karena yang
dibahas dalam penelitian kualitatif biasanya adalah studi sosial, politik,
sehingga memunculkan banyak teori. Sedangkan penelitian kuantitatif harus
berjibaku dengan data-data yang kebanyakan hanya bisa diolah ketika berwujud
angka.
Tapi ternyata, perbedaan kedua penelitan tersebut
juga berimbas pada perbedaan sistematka penulisan. Aku beruntung, medapat dosen
pembimbing yang –meskipun sangat sibuk- tapi juga sangat fokus ketika sudah
memberi bimbingan tesis.
Mungkin juga ini berkat do’a teman-teman semua
(terima kasih atas setiap support kalian, semoga Allah memberi balasan yang
jauh lebih baik), kemarin aku berhasil menemui beliau dan “menagih” hasil
koreksi tesis. Ehm, tepatnya baru draft mentah, sih. Tapi itu juga sudah hasil semedi
berbulan-bulan loh, penuh perjuangan menyelesaikannya. Karena aku harus melalui
berbagai halang rintang termasuk sulitnya otodidak olah data. But it’s worth enough. Usaha tak
mengkhianati hasil, aku percaya itu.
Kembali ke menu, eh pembahasan utama. Pak dosen
pembimbing dua memberiku penjelasan singkat namun cukup detail.
“Kamu tahu, perbedaan kerangka berpikir penelitian
kuantitatif dan kualitatif?” Beliau bertanya dengan nada datar, namun tegas.
Sempat berpikir untuk “sok tahu”, atau sebaiknya mengaku?
“Apa, pak?” Tanyaku balik sambil nyengir. Kalau mau
diomeli, silahkan bapak. Batinku sudah cukup siap menghadapinya. Untung, bapak
hanya memandangku sejurus lalu melanjutkan penjelasan.
“Ini kenapa setelah rumusan masalah ngga langsung
tujuan dan manfaat penelitian, malah hipotesis?”
Aku kaget, “Memang di panduan yang kemarin, begitu
pak?”
“Hmm, wajar kalau pakai pendekatan kualitaif
begitu.”
“Salah, ya pak?” Aku masih belum paham maksud beiau.
“Kalau penelitian kualitatif, wajar kamu berangkat
dari hipotesa. Karena konsep atau kerangka penelitiannya induktif. Jadi berawal
dari fenomena, kejadian, fakta, data, lalu dirumuskan sampai ketemu teori.
Kebalikannya jika penelitian kuantitatif, kamu harus berangkat dari teori. Jadi
hasilnya nanti menunjukkan sesuai atau tidaknya penelitian itu dengan teori
yang muncul sebelumnya. Itulah kenapa harus muncul kajian pustaka dari
penelitian-penelitian sebelumnya baik yang mendukung atau yang menolak teori
yang ada.”
“Oh...”
“Paham?”
“Insya Allah, pak.” Lalu beliau melanjutkan dengan detail beberapa hal yang harus kupahami untuk membangun teori dalam sebuah penelitian.
“Sementara, kubur mimpimu untuk lulus cepat-cepat.
Ini bukan sekedar soal lulus atau tidak. Kamu ngga perlu tiru mereka yang “asal
lulus” atau “asal meluluskan”. Setelah lulus, kamu harus siap jadi dosen, terjun
di lapangan. Apa jadinya kalau penelitianmu dibangun dengan sistematika yang berantakan
dan teori yang rapuh?”
“Baik, bapak.”
“Tidak masalah kalau kamu bisa menyelesaikan sebelum
waktunya. saya akan Acc. Tapi kalau belum bisa, ngga usah maksa.”
“Iya, pak. Terima kasih.”
Rasanya, masih butuh banyak do’a dan ridhaNya untuk
menyelesaikan semua ini.
Bismillahi tawakkaltu ‘alallaah, berharap yang
terbaik saja. Semoga bisa selesai bulan ini, seperti rencana sebelumnya. Kalau
tidak? Allah pasti punya rencana yang lebih baik di depan sana. Percaya saja.
Ok
1 comments:
Semoga lancar dan kelar dengan hasil terbaik ya..
Post a Comment