Friday, 16 June 2017

Tips Menghadapi Dosen

| |

Pasal pertama, dosen selalu benar
Pasal kedua, jika dosen salah kembali ke pasal pertama

Masih ada kan, type dosen seperti itu? Hayo, ngaku yang pernah ketemu?

Aku sih, iya. Yah, walaupun tidak semua dosen yang memiliki karakter seperti itu tidak semua mau mengakuinya. Tidak masalah, para pencari ilmu memang harus sabar dan patuh kepada guru, biar ilmunya berkah. Kira-kira begitu.

Jika kita membantah, bisa jadi bukan ilmu yang kita dapat. Tapi amarah, masih untung jika tidak mendapat sumpah serapah. Aku pernah, dianggap tidak sopan mengirim pesan. Padahal setiap pesan yang kukirim sudah menggunakan salam, permohonan maaf, dan kalimat positif. Tidak ada konten negatif apalagi menyinggung SARA. Tapi bapak dosen bilang bahasa pesanku terlalu “memaksa” beliau untuk menyediakan waktu untukku. Lalu aku jadi bingung, apakah sama bertanya dengan memaksa?

Dalam kasus yang lain, temanku yang sedang bimbingan tesis tiba-tiba tidak dilayani oleh pembimbingnya. Padahal sebelumnya baik-baik saja. Hanya ada beberapa diskusi terkait penelitian yang diusulkan oleh pembimbing dan dibantahnya dengan argumen (jangan bayangkan dibantah sambil marah, ini dibantah baik-baik, tahu kan etika akademik?). Nah, ternyata sang dosen pembimbing menganggap binaannya ini tidak mau menuruti nasehatnya, terpaksa mahasiswa itu akhirnya minta ganti pembimbing.

Lain lagi cerita pengujiku, yang ketika kutanya kapan bisa kutemui lagi (untuk bimbingan revisi), beliau berpesan jika kirim SMS, jangan tanya kapan saya ada waktu di kampus (Loh?). Bagi beliau, lebih baik bilang saja mau ke kampus jam berapa, nanti kalau beliau ngga bisa baru di balas. Kalau ngga di balas? Berarti beliau bisa ditemui.

Ternyata, bukan hanya desa, daerah, bahkan negara yang menuntut kita menyesuaikan diri dengan adat setempat. Berinteraksi dengan orang lainpun, kita harus menyesuaikan diri dengan pribadinya. Nah, menghadapi dosen dengan type spesial begini memang harus menggunakan trik khusus. Kita tidak bisa sembarangan agar tidak masuk blacklist mahasiswa yang dianggap “kurang ajar”.

Pertama, pastikan dosen yang kita hadapi orang yang seperti apa. Supelkah? Kakukah? Keraskah? Atau murah senyum dan suka berbagi? Ini akan memudahkan kita nanti untuk menyesuaikan sikap. Orang yang kaku tidak bisa dihadapi sambil bercanda. Bisa dikira kita menyepelekannya. Orang sensitif (baca: jutek) perlu kita bawakan mahasiswa ganteng (jika beliau perempuan) atau mahasiswi cantik (jika beliau laki-laki), bukan untuk menggoda. Hanya supaya tidak mendapat ujian “dijutekin”. Tahu kan, sakitnya di mana? Haha

Kedua, bersikaplah sesopan mungkin terhadap dosen manapun. Itu akan menunjukkan level pergaulan kita di mata beliau. Biasanya, para dosen itu jauh lebih respek terhadap kutu buku ketimbang mahasiswa yang hobi memancing keributan.

Ketiga, jika dianggap salah, akui saja dan minta maaf. Tidak perlu membantah apalagi berargumen macam-macam. Ingat pasal satu dan dua masih berlaku.

Sukses selalu buat para pejuang titel di masa depan. Hehehe

1 comments:

Unknown said...

Iya sama. Waktu kuliyah terus harus hadapi ibu pembimbing yang super cerewet. Bilangnya salah tapi gak pernah nampain betulnya gimana. Akhirnya skripsi salah-salah Dan jadi trauma juga krna gara2 itu hampir gak selesai kul 😅

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©