Tuesday, 26 September 2017

Kita bisa merubahnya dengan tulisan

| |


Musik positif itu ada karena adanya musik yang dianggap negatif. Konten positif itu ada karena banyak konten dianggap negatif. Semua yang ada di dunia memang tercipta berpasangan. Ada positif dan negative, baik dan buruk, benar dan salah, jauh dan dekat, juga aku dan kamu. #eh


Maaf, ngga usah baper. “Kamu” nya belum tau siapa. Hehe

Ngga usah kelamaan baper. Karena banyak hal penting lain yang butuh kontribusi kita di dunia nyata #mendadakserius. Okelah, kalau baper bisa jadi sumber penghasilan dan kehidupan yang layak, silakan. Tapi kalau ngga, lebih baik kita fokus mewujudkan cita-cita, tujuan, salah satunya menjadi penulis. Iya kan?

Percayalah, untuk menjadi penulis tak akan semudah membalik telapak tangan. Kecuali anda punya kekuatan menulis seribu halaman per hari dan menerbitkannya setelah sekali baca. Faktanya, kita sering bingung sendiri mau nulis apa atau harus bagaimana menuliskannya ketika menemukan ide.

Coba Tarik nafas dalam, hembuskan pelan-pelan. Lewat hidung ya? Hehe

Ketika kita mengalami peristiwa sehari-hari, melakukan banyak aktifitas, bukankah sering menemukan hal-hal “janggal”? yah, bisa jadi berita yang beredar di TV atau media, ulah orang-orang di sekitar kita, bahkan kesalahan kita sendiri yang mungkin seharusnya bisa dihindari.

Semua itu adalah sumber tulisan. Saya pernah mendengar bahwa “setiap tulisan itu berawal dari kegelisahan”, entah siapa yang pertama mengatakan atau menuliskannya, maaf tidak ingat. Sepertinya benar, kegelisahan membuat ide kita mengalir bebas, memicu kita menuliskannya sampai tuntas. Nah, kalau kehabisan ide untuk menulis, coba teliti kembali, apa yang membuat kita gelisah hari ini?

Misal, di televisi banyak sekali beredar berita tentang narkoba yang dengan mudah masuk ke lingkungan anak-anak sehingga banyak dari mereka yang menjadi korban. Kita bisa menelaah ulang  apa yang kita tahu tentang berita itu. Narkoba? Bahayanya? Siapa pihak yang harus bertanggung jawab/ dan sebagainya, dan seterusnya. Selanjutnya, otomatis akan tersusun dalam benak kita sebuah kesan tentang masalah tersebut. Nah, tinggal dituang dalam bentuk tulisan. Apakah kesan kita baik atau sebaliknya, akan tampak sendiri nanti dari hasil tulisan itu.

Semakin banyak peristiwa yang kita alami, semakin bayak bahan yang bisa kita jadikan tulisan. Semakin banyak kita merasa perlu menulis, semakin pula kita merasa dituntut untuk belajar banyak hal, lagi dan lagi. Karena satu peristiwa saja, seringkali butuh banyak dukungan data dan wawasan untuk mewujudkannya menjadi sebuah tulisan.

Tentang korupsi di negeri ini, tentang tetangga sebelah yang pantas jadi tauladan, tentang tugas mata kuliah, ilmu yang baru kita dapat, semua itu layak dibagi kepada siapa saja, lewat tulisan. Mungkin kita juga gelisah dengan keadaan, misal tentang situasi negeri ini, isu PKI, dominasi ekonomi oleh warga asing, keprihatinan sosial, dan masih banyak lagi. Mungkin kita ingin berperan aktif dalam memperbaiki keadaan tersebut. Ingin melihat generasi muda Indonesia aktif berkarya, tidak sibuk pacaran di usia belia, ingin orang-orang di sekitar kita mau ikut serta membudayakan hal-hal baik seperti membuang sampah pada tempatnya, dan masih banyak lagi. Banyak sekali ide yang bisa kita gali agar menjadi tulisan.

Percaya atau tidak, tulisan punya kekuatan untuk merubah sesuatu. Entah itu orang, masyarakat, bahkan bangsa dis ebuah negara. Tulisan memiliki kekuatan untuk menggerakkan. Kita membaca novel thriller, cenderung terengaruh untuk merasa penasaran, ingin terus dan terus membaca. Kita membaca petualangan, bisa jadi ikut merasa menggebu-gebu dan ingin melakukan hal yang sama. Maka sungguh, tulisan juga bisa membuat sesuatu yang baik menjadi buruk. Dalam kasus perselingkuhan misalnya, tidak sedikit yang diawali dengan “chat” (notabene adalah tulisan), kejahatan, bisa dipelajari lewat tulisan. Paham komunis, radikal, sampai pembantaian masal itu bisa terjadi karena tulisan, yang mempengaruhi pola pikir seseorang atau beberapa orang sebelum akhirnya gelap mata.

Pun, tulisan bisa menjadikan yang buruk menjadi baik. Penjahat bisa taubat karena tulisan, seorang pemarah bisa melembut karena tulisan. Bahkan kita sendiri, bisa insaf dari kesalahan, salah satunya mungkin karena tulisan.

Betapa tulisan bisa menggerakkan, maka teruslah menulis. Tulislah segala tentang kebaikan, agar perubahan ke arah yang baik menjadi jalan kita dan para pembaca memperbaiki diri pula.

Biar, jika masih ada tulisan yang buruk, menyesatkan, bahkan melenakan, biar saja. Memang sunnatullah, dunia begini adanya. Kita hanya perlu memastikan apa yang kita tulis dan lakukan, bukan apa yang orang lain tulis dan lakukan. Maka jika ada tulisan yang buruk atau negatif, pastikan itu bukan tulisan kita.

Soal tulisan sendiri yang mungkin rasanya belum "sebaik" tulisan orang lain, kita harus tetap percaya diri, sambil terus belajar. Nanti tulisan-tulisan sederhana itu akan membaik dengan sendirinya. Percaya? Buktikan saja.


Selamat Ng-OneDayOnePost, semoga hanya tulisan baik yang lahir dari jemari kita.

#OneDayOnePost

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©