Seringkali, kita
terjebak pada rutinitas, kewajiban, dan kegiatan-kegiatan yang tiba-tiba
menjadi sangat penting dan harus segera diselesaikan. Tiba-tiba, saat sadar
kita kehilangan kesempatan untuk melakukan sesuatu.
Harusnya tadi tidak begini, tapi kenapa jadi
begini?
Huft, saya
sendiri sejujurnya sering terjebak,
akhirnya sedih sendiri ketika masih banyak rencana yang belum terselesaikan. Rasanya
ingin sekali minta tambahan waktu. Tapi apa ya bisa? Mau minta sama siapa?
Tidak, itu tidak
mungkin. Sesibuk apapun manusia di dunia ini, apapun jabatan dan posisinya, tak
peduli kaya atau miskin, sedang tinggal di negara maju atau berkembang, bahkan tak
peduli jomblo atau punya pasangan #eh, semuanya punya waktu yangs ama: 24 jam
sehari, 7 hari seminggu, tak lebih dan tak kurang.
Kita tidak bisa
membuka mesin waktu dan kembali ke masa lalu untuk mengubah sesuatu yang tak
ingin terjadi begitu. Takdir, adalah jawaban atas ketidakpuasan proses
penerimaan kenyataan. Kalau sudah takdir, mau apa? Lalu kita hanya bisa diam
seribu bahasa.
Tidak, ini bukan
berarti kita tak berdaya. Sesungguhnya akal yang kita miliki sebagai anugerah
dalam hidup ini memiliki daya luar biasa agar kita bisa memanfaatkan kesempatan
yang ada. Dua puluh empat jam sehari, harus kita manfaatkan benar agar tak
sia-sia.
Coba kta teliti ulang,
jangan-jangan kita yang belum memaksimalkan kesempatan, sehingga dengan mudah
minta tambahan waktu? Jangan-jangan kita yang terlalu terlena dengan keadaan
sehingga lupa bahwa yang berlalu adalah terlalu banyak menunggu?
Jangan-jangan…
Ya, kita lebih
tahu tentang diri sendiri. Tulisan ini adalah peringatan diri, untuk mengoreksi
kembali tentang apa yang sudah dilalui. Mulai dari awal kita membuka mata, jam
berapa? Lalu apa yang kita lakukan pertama kali seusai jiwa kembali dalam raga?
Kemudian kegiatan demi kegiatan yang kita lakukan. Apakah semuanya sudah penuh
dengan manfaat? Atau hanya sebagian kecil saja? Cukup efektifkah waktu yang
kita gunakan?
Kalau ada
tenggang waktu antara satu kegiatan dengankegiatan berikutnya, manfaatkan
sebaik mungkin untuk melakukan hal lain, membaca misalnya. Atau menulis status?
Ini bisa jadi penting, terutama bagi pebisnis online. Semakin banyak kita
pikirkan hal-hal yang harus dilakukan, semakin mudah meneliti mana kegiatan
yang harus diprioritaskan.
Jika waktu
senggang masih tak bisa ditemukan diantara kegiatan yang harus kita selesaikan
maka, mungkin sudah saatnya mengganti pekerjaan dengan rutinitas yang lebih
ramah. Eh tapi ini pasti tidak mudah. Yah, kembali ke maklumat sebelumnya,
bahwa ini hanya soal prioritas.
Lalu bagaimana
orang lain bisa sukses? Ada pengusaha yang mempu mengelola lebih dari 5
perusahaan. Ada pula yang mampu mengelola ribuan orang dalam satu komando. Sedangkan
kita? Jangankan mengelola ribuan orang, mengelola ego sendiri saja kadang masih
tertatih.
Padahal jika
kita baca atau saksikan dari penuturan mereka tentang kegiatan sehari-harinya,
akan terungkap fakta bahwa mereka juga
manusia biasa. Butuh makan, minum, bahkan buang air. Tapi kenapa mereka
bisa sukses, sedangkan kita?
Diantara mereka,
ada yang lebih suka mengurangi waktu tidur untuk melakukan hal-hal lain yang
maih ingin diprioritaskan. Ada pula yang begitu teliti dan sungguh-sungguh
dalam melakukan setiap hal, menghitung dan membaca, misalnya. Ada yang menghabiskan
jatah gagal jauh lebih cepat dengan mencoba apapun, sedangkan yang lain memilih
bersantai ria.
Ya, semua itu
kembali ke prioritas masing-masing. Jadi, kalau mau mengelola waktu dengan baik
dan memaksimalkan produktifitas diri, maksimalkan saja setiap kesempatan yang
ada.
Yuk, kita
sama-sama terus belajar dan memperbaiki diri.
1 comments:
yuk yuk
Post a Comment