Kau tahu, kak? Hati wanita itu seperti kaca. Dibiarkan lama, ia kan berdebu dengan sendirinya. Kotor, bernoda, sama sekali tak sedap dipandang mata. Apalagi dijadikan sandaran diri? Kau tak bisa keras memaksa untuk membersihkannya, karena kaca itu bisa hancur berkeping, tanpa sisa.
Salah satu sisi kaca itu bernama rasa percaya. Pernikahan bisa dilaksanakan bukan hanya karena adanya cinta, tapi juga rasa percaya. Iya, percaya bahawa semua akan baik-baik saja, percaya bahwa pasangan bisa mendatangkan bahagia, juga percaya bahwa dengan menikah, akan lebih mudah menjaga ketentraman jiwa. Namun faktanya, ujian selalu berhasil menggoyahkan kepercayaan.
Mungkin kau juga tahu, bahwa setiap ujian hadir menyerang titik terlemah yang kita punya. Orang dengan titik lemah pada rupa, akan digoda dengan keindahan sosok dunia. Entah wanita atau berupa-rupa harta, bisa jadi pokok masalah yang menguji kesabaran dan mengurai air mata.
Jika titik terlemah itu berupa rasa memiliki, bisa jadi ujian itu datang pada besaran materi. Rasa cukup tak pernah hadir memuaskan diri, selalu ada yang dipandang kurang meski yang tersedia harusnya sangat disyukuri.
Setelah menikah nanti, kita akan dihadapkan pada pilihan-pilihan yang berkubang dalam kebimbangan. Salah mengambil keputusan, ada kepentingan yang harus dipertaruhkan. Siapkah engkau dengan setiap kemungkinan?
Dulu sekali, aku pernah berdo'a, agar diizinkan menikah ketika hati, jiwa dan raga ini benar-benar siap menghadapi setiap kemungkinan dalam pernikahan. Hari terus berganti, waktu berjalan dan berlalu. Semakin kucari kesiapan itu, semakin ia menjauh tanpa ragu. Bilakah kesiapan itu sesungguhnya hanya perasaan semu?
Mungkin memang kita tak pernah benar-benar siap. Seperti sekelompok rusa yang hendak berpindah savana, apakah mereka tahu panjang perjalanan sebelum sampai pada tujuan? Apa yang menghadang di depan dan menjadi halangan? Atau berap akawan yang harus menjadi korban ketika tiba-tiba datang serangan? Tidak, kak. Mereka tak pernah tahu.
Kupikir, kesiapan itu bukanlah cadangan solusi yang harus kita miliki sebelum sesuatu itu terjadi. Tapi lebih pada kemampuan kita menghadapi segala kemungkinan tanpa melakukan kesalahan.
Suatu hari setelah menikah, cinta yang diagung-agungkan menjadi landasan pernikahan itu bisa jadi menghilang, menyisakan rasa hampa yang tak bisa dimengerti. Tak ada rasa tertarik untuk saling mendekati, apalagi tatapan penuh rasa dari hati. Apa yang harus dilakukan ketika itu terjadi?
#OneDayOnePost
28 comments:
Hati wanita seperti kaca...
Yes that's right. Benar sekali mbak 😊
Analoginya mantap mbk Sakki
Keren mbaa tulisannya 😍
Mantaaap..."Apa yang harus dilakukan ketika itu terjadi? Jawabannya: menikah dulu dan jawaban akan datang"...Sukses ya...
keren tulisannya benar-benar mewakilkan perasaaan hati seorang wanitaa :D
Hee bersiaplah, kak. Bersiaplah menuai manisnya ibadah dalam pernikahan. I hope soon :)
Ciee nikah...
Kapan tuh..?
Kalo ditanya persiapan, aku rasa ndak ada orang yg bnar" pure siap. yg perlu dilakukan hnya perlu kberanian mngambil kputusan. Dan itu mungkin bisa jadi tolak ukur. Aku pernah diposisi spt itu dan itu dilematis sekali huhuhu
Kalau dibiarkan lama ia berdebu .. memang seperti itu agaknya..
Bilakah kesiapan itu sesungguhnya hanya perasaan semu?
pertanyaan ini menghujam tepat padaku mba sakki...
cocok nih buat yang belum nikah
Baper tingkat dewa. Kakak, baca ini ya
ikutan baper. heheh
ia ibarat kaca yang berdebu... #nyanyi
hehe, masih belajar pak.. matur nuwun sudah mampir
hihi... amatiran kak
Aamiin, semoga segera ya kang...
kakak terwakili? ^_^
Aaamiin... Insya Allah bunda..
Segera, insya Allah... Siap jadi EO, pak ketua? hehe
Betul, siap nikah itu seperti keniscayaan. Antara ada dan tiada. wkwwkkw
iya kak, perlu vacuum cleaner biar bersih agaknya. hehe
aduh kak, maaf aku tak bermaksud menghujam...
Nah, yang nulis kan belum nikah #eh
Kakak sudah baca, sepertinya ngga baper. senyum doang hihi
nah, nah..maaf kak saya ngga tanggung jawab :-P
Aku masih kecil 🙈
Menikah (Menikmati kisah) berdua 💜
Post a Comment