Hari senin
yang baik, mari kita berbagi tentang kebaikan dalam pernikahan. ini sekedar
hasil pengamatan, bukan hasil penelitian yang harus dipertanggungjawabkan.
Apa yang
dicari orang dari pernikahan? jawabannya pasti beragam. Sesuai dengan alasan
masing-masing mengambil keputusan dalam memilih pasangan. Ada yang ingin kaya,
karena calon pasangannya pengusaha atau keturunan orang kaya, misalnya. Ada yang
menginginkan kebesaran nama, karena calon pasangannya keturunan orang
terpandang, atau sudah terkenal duluan, bisa jadi. Atau, mungkin juga orang
menikah karena ingin meredam keinginan diri akan kesempurnaan fisik, karena
pasangannya cakep atau cantic, mungkin. Yang jelas, hampir semua orang menikah karena ingin mencari ketenangan
dalam diri.
Ketenangan itu
wujudnya sangat subjektif, tergantung pada masing-masing pribadi dan
orientasinya dalam hidup ini. Orang-orang yang suka dengan gelimang harta,
dijadikan merasa tenang dengan keberadaan harta di sekelilingnya. Orang-orang
dengan rasa ketertarikan terhadap bentuk fisik, dijadikan tenang jika berada dekat
dengan orang-orang cantik. Pun orang-orang yang suka menyandang nama, dijadikan
tenang ketika merasa terkenal, diakui, punya jabatan, dan sebagainya. Pengakuan
sosial dan rasa tenang dalam pribadi manusia bisa jadi sangat berkorelasi positif.
Sayang, tidak
semua pernikahan bertemu dengan ujung pencarian. Tidak semua harapan pernikahan
itu jadi nyata, kak. Itulah kenapa banyak terjadi pertengkaran,
ketidakmengertian, bahkan perceraian. Seseorang pernah bilang padaku, “Turunkanlah
level ekspektasimu terhadap pernikahan sampai titik paling rendah, supaya kamu
tidak kecewa dengan kenyataan dan kau bisa tetap merasa bahagia, apapun yang
terjadi dalam pernikahanmu nanti.”
Robbanaa maa kholaqta hadzaa bathilaa, ….
“Tidaklah
Tuhan kita menciptakan segala sesuatu itu sia-sia, ….”
Tak satupun tercipta
sia-sia. Itu janjiNya.
Kak, setelah
menikah nanti, aku tak ingin banyak berjanji. Supaya tak jadi beban hati. Supaya
tak banyak hal yang harus kutepati. Izinkan aku untuk berjanji untuk selalu berusaha
menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Izinkan dan bantu aku menjadi
satu-satunya istri yang kau cintai, ibu dari anak-anak yang kau kasihi. Bukan karena
materi, kecantikan atau nasab diri ini. Bukan, kak. Pilihlah aku karena Allah,
karena agama yang kau lihat berusaha selalu kujaga. Aku tak ingin berjanji tidak
akan pernah marah atau kesal padamu. Itu hampir mustahil meski sekarang serasa
tak mungkin terjadi. Aku juga tak ingin berjanji tidak akan membuat suamiku
kesal nanti. Toh bagaimanapun keras aku berusaha selalu membuatmu senang, kita
sama-sama manusia biasa yang tak luput dari fitrah sebagai manusia yang jauh
dari sempurna.
Semoga kita
bisa berusaha saling menguatkan, menasehati dalam kebaikan, dan tetap berpegang
kuat pada ajaran agama di setiap langkah yang kita lalui bersama.
Eh, apa ini
berarti aku berharap pada keputusanmu? Sepertinya aku harus minta maaf jika
membuatmu berpikir begitu. Aku tidak berhak dan aku tahu itu. Maaf, kak. Kalaupun
bukan aku yang harus jadi pilihan pendaming hidupmu, aku rela. Semoga dia yang
kau pilih memiliki kepribadian yang jauh lebh baik dariku. Begitu juga
denganku. Semoga Allah berkenan menghadirkan untukku seorang yang shalih, yang
bisa mengerti dan tak sulit dipahami. Yang dewasa dan mengerti arti diri.
Mari kita
saling mendoakan ya, kak.
1 comments:
Aamiin...Alloh tahu yang terbaik untuk kita
Post a Comment