Sunday, 21 January 2018

Pergi (1)

| |


“Pean ngga pengen ketemu aku, ya?” Pertanyaan itu akhirnya meluncur juga, meski hanya lewat udara. Ya, kami tidak benar-benar berjumpa. Hanya akun sosial media yang aktif menunjukkan dia sedang dimana dan bagaimana.
Beberapa waktu, aku menunggu. Tentu saja, menunggu jawaban dari pertanyaan itu. Sekian kali kubuka-tutup aplikasi yang sudah kupercaya mengirimkan satu tanya. Namun hanya warna biru menunjukkan ia sudah dibaca. Selebihnya? Tak ada jawaban yang kunanti sekian lama.

Tiba-tiba aku ingin tertawa. Ya, tertawa!

Ha ha ha ha ha

Sudah.

Lucu? Engga. Gemuruh dalam dada inilah jawabannya. Rasa berkecamuk dalam hati menuntunku untuk menertawakan peristiwa yang janggal di mata: pesan yang terbaca namun tak terbalas, padahal jelas pesan itu berisi tanya yang membutuhkan jawaban segera.

Empat jam berlalu dari waktuku menunggu. Nihil. Ah sudahlah. Terbukti sudah bahwa ia tak berkenan memberi jawaban sekarang. Biarlah pergi sejauh yang dia bisa. Aku tak akan pernah mengejarnya. Meski hatiku pernah merasa rindu tak terkira. Tapi untuk apa? Sungguh, aku tak ingin menyiram luka dengan air garam yang menebas perih tak terkira.


Padahal aku berharap dia menjawab, “Kalau kau butuh aku, pasti aku datang.” Sahabat yang baik harusnya begitu, kan? Bukan diam membayang kelam. Bukan acuh tak tersentuh. 

\

3 comments:

Agil Uin said...

Hish... dicuekin...
Gak enak rasanya. Huhu

Bari said...

Koreksi diri kenapa dicuekin hhhh

Rene Usshy said...

Sakit, tapi tak berdarah huhuhu

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©