Gunungkidul
Destinasi pertama kita adalah Gunungkidul, tanah kelahiranku. Dulu daerah ini terkenal gersang, terisolir dari kemajuan zaman, terkenal dengan Pulung gantung, kekurangan air, dan tidak keren sama sekali.
Tapi beberapa tahun belakangan ini, Gunungkidul berhasil melalui tahap metamorfosis yang panjang sehingga menjelma sebagai kupu yang cantik. Lebih dari lima puluh tempat wisata dibuka, mulai dari pantai, goa, sungai bawah tanah, air terjun, gunung api purba, hingga taman hutan rakyat (Tahura) terluas di pulau Jawa ada di sini.
Tidak heran, pemerintah daerah harus selalu siap memperbaiki kondisi jalan jalur utama Jogja-Wonosari, agar pengunjung merasa nyaman melakukan perjalanan ke kabupaten sebelah selatan kota Jogja ini. Untung waktu kami lewat hari sudah malam, kemacetan akibat perbaikan jalan sisa longsor tidak seperti waktu siang hari.
Sampai di rumah, penginapan ala kadarnya sudah siap. Maaf ya, hanya ada rumah kosong tempat kalian mengadukan rasa lelah perjalanan. Tidak ada kasur empuk, bed cover, apalagi room service seperti di hotel bintang empat. Esoknya, sarapan juga tersedia apa adanya. Maklum, calon emak belum pintar masak. Masak sejadinya aja. Asal ada sayur, lauk dan sambal. Itu juga hasil inspeksi sepuluh menit di pasar Giwangan sambil nunggu jemputan malam sebelumnya. Duh ini buka aib sendiri. Huhuhu
Sabtu pagi, kalian kaum Adam susah sekali dibangunkan. Pasti capek banget ya? Duh maaf, jika perjalanan panjang ini terasa melelahkan. Tapi petualangan kita belum usai, kawan. Mobil yang harusnya sudah siap sejak pagi, sudah berangkat sebelum kalian bangun dan bersiap diri. Ada saudara yang harus diantar ke rumah sakit. Jadilah kita harus cari mobil sewaan yang ternyata seperti mencari jarum di tumpukan jerami di hari Sabtu pagi.
Sampai jam 11, mobil baru siap. Kita berangkat....! Akhirnya, kita ke pantai.
Indrayanti menjadi tujuan pertama. Dengan tiket masuk 10 ribu per orang, sebenarnya kita bisa menyusuri beberapa pantai sekaligus: Indrayanti, Kukup, Krakal, Sepanjang, Baron, Watu kodok, sekaligus. Tapi sayang, waktu kita tak banyak siang itu. Hanya dua pantai yang bisa kita kunjungi: Indrayanti dan Krakal. Lumayanlah, cukup mengobati rasa rindu akan bau laut dan ombak, kan? Satu hal yang penting, kita berhasil mengabadikan kenangan dalam bentuk file foto. Ah, ini kan tujuan utama kita kesana ya. Haha
Birunya laut, putihnya pasir, luasnya pemandangan, berhasil mengusir rasa enggan jepret sana sini di tengah terik mentari. Asli, panas banget kan? Tapi kenapa kita masih bertahan? Apalagi di pantai Krakal, kita harus mendaki bukit untuk mendapat view cantik dekat icon ikan dan luasnya lautan. Rasa lelah dan panas terbayar lunas dengan kesadaran betapa bumi ini luas, kita hanya makhluk kecil dengan kemampuan sangat terbatas.
Jujur, saat itu kalian lapar kan? Kenapa ngga ada yang ngajakin makan seafood sih? Eh aku udah nawari loh, tapi kalian diem-diem bae. Ya sudahlah, akhirnya cuma jajan es kelapa muda. Lalu kita harus pulang, bersiap berangkat ke Jogja. Karena belum sempat makan siang, aku membungkus nasi dan lauk untuk bekal makan di penginapan nanti. Dimakan rame-rame pasti asik, pikirku.
Jam 15.30 kita sudah siap berangkat lagi. Kepadatan lalulintas membuat kita harus menuju tempat pemesanan mug. Mereka tutup jam 17.00, semntara jam 16.30 kita masih belum sampai ringroad.
Melalui petunjuk google map, mobil melalui Papringan untuk menuju gawepin.com. Saat sedikit lagi sampai, ada tanda mobil tak boleh lewat. Kenapa lagi ini? Duh! Tapi kami nekat. Tau apa akibatnya?
7 comments:
Apa? Disuruh puter balik ya mba? Hehe
Makan seafood ke tempatku aja mbak saki 😁
selalu ada perasaan yg hilang kalo baca postingan kopdar teman2
Makin rindu T_T
Seru banget kayaknya...
Wwkkwkkw
mauuuuuuuuu
yuk kopdar yuk
Post a Comment