Monday, 23 April 2018

Hari Bumi: 22 April

| |

Sumber: @BMKG

Waktu berputar cepat. Tak terasa hari terus berganti, sementara kaki telah menjelajah kesana kemari, di muka bumi. Hidup kita tak bisa lepas dari pijakan tanah dan udara setiap hari, gratis. Alam memberi kita kehidupan tanpa pamrih. Milyaran manusia hidup berdampingan tanpa satupun mengeluh kekurangan udara untuk bernapas.
Namun seringkali, manusia merusak alam dengan membabat habis tumbuhan hutan, berdalih lupa menanaminya kembali. Banyak lahan disulap jadi hutan beton yang menjulang tinggi, Gedung perkantoran, sampai rapatnya pemukiman. Hutan dan ladang berubah fungsi jadi lahan tambang,  sawah berubah wajah jadi perumahan.

Jika sudah begini, kehidupan manusia mendominasi. Sampah sering dibuang sembarangan, menumpuk di titi-titik tertentu. Pasar, selokan, sungai, ah, apa manusia lupa, alam memiliki batas kesabaran? Lalu jika banjir datang, manusia mengeluh panjang. Menyesal, namun tidak mengubah kebiasaan berlaku lebih ramah pada alam. Lahan resapan air kian sempit. Suhu udara bumi turut meningkat, para ahli mengatakan inilah efek rumah kaca. Kita terjebak dalam ruang semesta bersama dengan sampah dan limbah yang tidak dikelola dengan baik dan benar, sehingga suhu bumi mengalami peningkatan, mengakibatkan musim dan cuaca tidak karuan.

Untuk itulah hari bumi diperingati. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Apa tujuannya? Sangat mudah ditebak. Hari bumi diperingati untuk memperluas kesadaran kita bahwa semesta tak akan baik-baik saja selama masih banyak menusia yang tidak peduli. Keseimbangan alam hanya akan terjadi jika bumi ini dijaga dengan baik oleh sebagian besar penduduknya: manusia. Apa artinya jika yang sadar untuk menjaga bumi ini hanya sebagian kecil saja?

Hari bumi adalah upaya kita membangun kesadaran seluas mungkin,bahwa sampah dan limbah sisa kegiatan manusia hidup, harus dikelola dengan cara yang benar. Bahwa tumbuhan dan hutan harus dijaga kelestariannya. Jika kita harus  mengambil bahan dari tanaman dan mengurangi pepohonan di hutan, pastikan menanam pohon untuk generasi berikutnya, lebih banyak lebih baik, asal jangan lupa merawat setelah menanam. Kita tidak mungkin asal tanam, lalu ditinggal begtu saja, kan?


Hari bumi juga mengingatkan kita untuk menggunakan air bersih secara bijak, dan membuang sisanya ke jalur yang benar, tidak dibiarkan menggenang dan menjadi sumber penyakit. Namun, upaya tersebut belum tentu cukup jika kesadaran untuk hidup dengan pola yang baik dan benar hanya dimiliki sebagian orang. Kita perlu mengajak pemerintah, instansi, Lembaga, perusahaan, komunitas, untuk gencar melaksanakan pola hidup yang tidak merusak alam. Mencintai alam adalah kewajiban, agar bumi tetap ramah membiarkan kita tinggal dan melanjutkan keturunan.


0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©