Sumber: @BMKG |
Waktu berputar cepat. Tak terasa hari terus berganti, sementara
kaki telah menjelajah kesana kemari, di muka bumi. Hidup kita tak bisa lepas
dari pijakan tanah dan udara setiap hari, gratis. Alam memberi kita kehidupan
tanpa pamrih. Milyaran manusia hidup berdampingan tanpa satupun mengeluh
kekurangan udara untuk bernapas.
Namun seringkali, manusia merusak alam dengan
membabat habis tumbuhan hutan, berdalih lupa menanaminya kembali. Banyak lahan
disulap jadi hutan beton yang menjulang tinggi, Gedung perkantoran, sampai rapatnya
pemukiman. Hutan dan ladang berubah fungsi jadi lahan tambang, sawah berubah wajah jadi perumahan.
Jika sudah begini, kehidupan manusia mendominasi. Sampah sering
dibuang sembarangan, menumpuk di titi-titik tertentu. Pasar, selokan, sungai,
ah, apa manusia lupa, alam memiliki batas kesabaran? Lalu jika banjir datang,
manusia mengeluh panjang. Menyesal, namun tidak mengubah kebiasaan berlaku
lebih ramah pada alam. Lahan resapan air kian sempit. Suhu udara bumi turut
meningkat, para ahli mengatakan inilah efek rumah kaca. Kita terjebak dalam
ruang semesta bersama dengan sampah dan limbah yang tidak dikelola dengan baik
dan benar, sehingga suhu bumi mengalami peningkatan, mengakibatkan musim dan
cuaca tidak karuan.
Untuk itulah hari bumi diperingati. Tidak hanya di Indonesia,
tapi juga di seluruh dunia. Apa tujuannya? Sangat mudah ditebak. Hari bumi
diperingati untuk memperluas kesadaran kita bahwa semesta tak akan baik-baik
saja selama masih banyak menusia yang tidak peduli. Keseimbangan alam hanya
akan terjadi jika bumi ini dijaga dengan baik oleh sebagian besar penduduknya:
manusia. Apa artinya jika yang sadar untuk menjaga bumi ini hanya sebagian
kecil saja?
Hari bumi adalah upaya kita membangun kesadaran seluas mungkin,bahwa
sampah dan limbah sisa kegiatan manusia hidup, harus dikelola dengan cara yang
benar. Bahwa tumbuhan dan hutan harus dijaga kelestariannya. Jika kita
harus mengambil bahan dari tanaman dan
mengurangi pepohonan di hutan, pastikan menanam pohon untuk generasi
berikutnya, lebih banyak lebih baik, asal jangan lupa merawat setelah menanam. Kita
tidak mungkin asal tanam, lalu ditinggal begtu saja, kan?
Hari bumi juga mengingatkan kita untuk menggunakan air bersih
secara bijak, dan membuang sisanya ke jalur yang benar, tidak dibiarkan
menggenang dan menjadi sumber penyakit. Namun, upaya tersebut belum tentu cukup
jika kesadaran untuk hidup dengan pola yang baik dan benar hanya dimiliki
sebagian orang. Kita perlu mengajak pemerintah, instansi, Lembaga, perusahaan,
komunitas, untuk gencar melaksanakan pola hidup yang tidak merusak alam. Mencintai
alam adalah kewajiban, agar bumi tetap ramah membiarkan kita tinggal dan
melanjutkan keturunan.
0 comments:
Post a Comment