Membaca buku
berjudul “Mavi Marmara Menembus Gaza” yang ditulis oleh H.Ferry Nur, S.Si,
seorang relawan dalam misi kemanusiaan pembawa bantuan untuk rakyat Gaza pada
tahun 2010, yang saat itu juga menjabat sebagai Ketua Komite Indonesia untuk
Solidaritas Palestina (KISPA), rasanya seperti ikut berpetualang dalam
ketegangan yang nyata, mengikuti langkah demi langkah para relawan menembus
Gaza di tengah ketidakmungkinan saat itu.
Misi kemanusiaan Mavi Marmara adalah membawa
bantuan dari seluruh dunia untuk rakyat Gaza yang telah diblokade oleh Israel
sejak tiga tahun sebelumnya. Bantuan itu adalah simbol perhatian masyarakat
dunia yang peduli pada penderitaan rakyat Gaza selama blokade. Sekaligus
menunjukkan kepada Israel bahwa masih ada orang-orang yang mengecam tindakan
blokade mereka yang menahan masuknya bahan makanan, senjata, dan bantuan dari
luar untuk Gaza. Masih ada orang-orang yang tidak setuju dengan perilaku kejam
Israel menjajah Palestina.
Detik demi detik
keberangkatan, perjalanan, hingga penyerangan yang dilakukan oleh tantara
Israel terhadap seisi kapal diabadikan dalam goresan pena buku ini. Sakit,
sedih, bercampur marah mengetahui bahwa para relawan ditembaki secara brutal
oleh para tantara Israel tanpa alasan yang jelas. Sembilan relawan menjadi
korban dan meninggal di tempat saat penyerangan terjadi. Dua puluh tiga lainnya
mengalami luka berat, tiga puluh relawan lain mengalami luka ringan. Sisanya?
Dibawa ke penjara oleh para tentara, disiksa ketika tidak mau menuruti perintah
mereka, dan dirampas harta miliknya tanpa kompensasi apapun. Astaghfirullah,
padahal tak seorangpun bersenjata saat Israel menyerang. Semua orang tahu,
menyaksikan, bahkan media internasional mengawal keberangkatan Mavi Marmara.
Semua orang tahu seluruh relawan hanya membawa bantuan, tak seorangpun
bersenjata.
Buku ini adalah tinta
abadi sejarah, yang peristiwa demi peristiwa terjadi masih sangat dekat dengan
kehidupan kita sekarang. Saking dekatnya, seolah masih sangat mungkin peristiwa
perampokan terhadap Mavi Marmara terulang lagi. Ya, selama dunia diam saja
menghadapi Israel dan tetap bersikap seolah tak peduli terhadap penjajahan
mereka di bumi Palestina, maka masih sangat mungkin misi kemanusiaan lain harus
dikirim. Maha suci Allah, yang menjaga kekuatan hati rakyat Palestina
menghadapi kekejaman zionis tapa seorangpun bisa mencegahnya.
Kisah Mavi
Marmara menembus Gaza sangat heroik dan menegangkan. Terutama saat Mavi Marmara
diserang oleh tentara Israel di perairan internasional sehingga menjatuhkan
korban jiwa, termasuk kisah sebagian relawan yang dikirim ke penjara tanpa
alasan. Dibanding dengan buku sejarah yang saya pelajari zaman sekolah, buku ini
jauh lebih detail dan tidak membuat ngantuk, meski lelah karena membacanya di
sela kesibukan.
Sejujurnya, saya
belum pernah membaca buku yang membahas detail tentang sejarah palestina. Hanya
ada artikel majalah, potongan-potongan berita baik online maupun dari media cetak,
atau ceramah para ustadz dan ulama di berbagai forum tentang Palestina dan
segala peristiwa dan begitu banyak symbol agama yang harus dilindunginya. Potongan
cerita, ceramah, sub bab buku sejarah, atau teks artikel dalam forum berita
tersebut selama ini belum berhasil membangun utuh imajinasi tentang apa yang
terjadi di sana. Tapi buku ini, mampu menghadirkan serupa rekaman film dokumentar
peristiwa demi peristiwa mengharukan sekaligud membuat perih hati, menyaksikan adegan
demi adegan hingga misi selesai.
0 comments:
Post a Comment