Mereka bertanya tentang kenangan, aku bercerita tentang kehilangan. Hidup memang tak selalu berjalan sesuai harapan. Karena di setiap detik yang berjalan, ada kehendak Allah yang harus jadi panduan.
Hikmahnya, mungkin tak bisa kita pahami saat ini. Tapi semoga tetap memberi arti suatu saat nanti. Iya, nanti, saat semua angan menjadi pasti. Saat ketetapanNya menjawab tanya dari dasar hati.
Usai sudah aku dengan masa lalu. Tak ada lagi sisa sesal. Tak ada lagi air mata, bahkan pengandaian yang pasti sia-sia. Aku siap dengan masa depan dan apa yang akan terjadi kemudian.
Cukup, 2018 telah berlalu, menjadi massa lalu yang menghilang bersama waktu. Sementara aku, masih disini mencoba nyatakan mimpi.
Ada banyak hal terjadi di 2018, menjadi titik balik sekaligus mulai kehidupan dan rutinitas yang melemparkan diri semakin jauh dari jangkauan masa lalu.
Wisuda adik adalah pertanda bahwa dia sudah cukup dewasa. Sudah tiba waktu untuk hidup semakin mandiri. Sekaligus pengingat bahwa diri semakin dekat dengan mati. Ah, waktu tak akan pernah bisa diputar kembali bukan?
Tapi bukan itu yang paling berbekas dari kenangan di 2018. Karena sesungguhnya perjalanan hati semakin diuji di penghujungnya, baik secara materi maupun perisai diri. Nenek sakit, dan kondisinya semakin turun hingga Allah memanggilnya dalam usia 82 tahun.
Ada banyak hal yang harus pergi bersamanya ke alam keabadian. Aku tak lagi punya nenek, tak lagi ada nenek yang kupamiti setiap kali harus pergi. Tak ada lagi omelan syahdu pemicu semangat di pagi hari. Tak ada lagi bisik mesra pertanda beliau ingin dimengerti.
Ah, nenek. Kami ikhlas engkau harus pergi. Bagaimanapun, kami akan menyusulnya nanti. Saat itu tiba, semoga kita dikumpulkan dalam kehidupan yang jauh lebih baik lagi.
5 comments:
waaah anaknya mamah sudah pada wisuda
momen bahagia sekali Kak
Selamat jalan nenek. Semoga mendapatkan tempat terbaik disana.
Ikhlas adalah bekal terbaik yang bisa kita berikan.
turut berduka mbak Saki
Post a Comment