Saturday 29 February 2020

Kestimewaan Abu Bakar As Shiddiq

| |




Sosok Abu Bakar As Shiddiq memang istimewa sejak awal Islam tumbuh di tanah Arab. Beliau adalah sahabat terdekat Rasulullah, mertua, sekaligus khalifah pengganti selepas Rasulullah SAW meninggal dunia. Perjalanan hidup yang keras tidak membuat hatinya keras. Justru sebaliknya, Abu Bakar As Shiddiq adalah seorang yang lemah lembut di hadapan keluarga dan para sahabatnya. Beberapa kisah menarik tentang Abu Bakar dalam tulisan ini diambil dari dari buku berjudul Abu Bakar As Shiddiq yang ditulis oleh Muhammad Husein Haekal.

Tidak seorangpun mampu menyaingi kedudukan Abu Bakar As Shiddiq di sisi Rasulullah SAW. Apa saja yang telah Rasulullah dan Abu Bakar lakukan sehingga ikatan di antara mereka begitu kuat?

1. Abu Bakar adalah termasuk assabiquunal awwaluun
Di tengah kondisi masyarakat Qurays yang begitu tunduk menyembah berhala, mengagungkan latta dan uzza, mabuk-mabukan, dan kebiasaan buruk lainnya, adalah Abu Bakar yang memilih untuk meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan dan Muhammad adalah utusanNya. Beliau adalah muslim pertama dalam Islam. Sedangkan muslimah pertama adalah Khadijah.

Beberapa sumber berbeda pendapat, sampai berapa jauh eratnya persahabatan itu sebelum Muhammad menjadi Rasul. Di antara mereka ada yang menyebutkan bahwa persahabatan itu sudah begitu akrab sejak sebelum kerasulan, dan bahwa keakraban itu pula yang membuat Abu Bakr cepat-cepat menerima Islam.

Ada pula yang lain menyebutkan, bahwa akrabnya hubungan itu baru kemudian dan bahwa keakraban pertama itu tidak lebih hanya karena bertetangga dan adanya kecenderungan yang sama. Mereka yang mendukung pendapat ini barangkali karena kecenderungan Muhammad yang suka menyendiri dan selama bertahun-tahun sebelum kerasulannya menjauhi orang banyak. Setelah Allah mengangkatnya sebagai Rasul teringat ia pada Abu Bakr dan kecerdasan otaknya. Lalu diajaknya ia bicara dan diajaknya menganut ajaran tauhid. Tanpa ragu Abu Bakr pun menerima ajakan itu. Sejak itu terjadilah hubungan yang lebih akrab antara kedua orang itu. Kemudian keimanan Abu Bakr makin mendalam dan kepercayaannya kepada Muhammad dan risalahnya pun bertambah kuat. Seperti dikatakan oleh Aisyah: "Yang kuketahui kedua orangtuaku sudah memeluk agama ini, dan setiap kali lewat di depan rumah kami, Rasulullah selalu singgah ke tempat kami, pagi atau sore."

Sejak masuk Islam besar sekali hasratnya hendak membantu Nabi dalam berdakwah demi agama Allah dan membela kaum Muslimin. la lebih mencintai Rasulullah daripada dirinya sendiri, mendampinginya selalu dalam setiap peristiwa. Di samping itu, di samping iman yang begitu teguh akhlaknya pun sudah mendekati kesempurnaan, cintanya begitu besar kepada orang lain, paling dekat dan akrab kepada mereka.

Ketika Bilal, seorang budak yang secara fisik direndahkan oleh kaum Qurays, disiksa dengan keji, dijemur, ditindih batu hingga berhari-hari tanpa diberi makan oleh majikannya karena memeluk Islam, tak ada lagi kata yang bisa keluar dari lisan budak yang mulia itu kecuali, “Ahad,.. Ahad… Ahad.” Setelah mendengar perihal penyiksaan itu, Abu Bakar hadir untuk membeli Bilal. Harga yang harus dibayarnya melebihi harga budak pada umumnya, karena majikan Bilal ingin menguji keteguhan Abu Bakar. Namun begitulah, setelah dibeli, Bilal dibebaskan.

2. Rasulullah SAW memilih Abu Bakar dalam hijrah
Ujian bagi kaum muslimin di Makkah sudah tak terkira. Sebagian sahabat mulai hijrah terelah baiat aqobah kedua selesai, orang-orang dari suku Aus dan Kharaj di madinah siap menampung saudara mereka dari Mekkah. Pada saatnya, Rasulullah SAW pun berhijrah ke Madinah. Bukan istri, anak, kepunakan, sepupu, atau pamannya yang beliau pilih menjadi pendamping, tapi Abu Bakar. Sahabat terdekat sekaligus paling menyayangi beliau.

Di goa tempat mereka bersembunyi, Abu Bakarlah yang paling cemas menghadapi para pengejar yang juga pemburu bayaran. Para petarung terbaik dikirim oleh beberapa kabilah di Makkah untuk menghentikan dan menggagalkan misi hijrah Rasulullah SAW dan Abu Bakar. Namun Rasulullah menenangkannya, “Laa tahzan, Innallaha ma’anaa.” Jangan khawatir Wahai Abu Bakar, sesungguhnya Allah bersama kita.

Di goa yang sempit itu pula, Abu Bakar menahan sakit akibat gigitan hewan liar saat jemarinya menutup lubang di dinding goa. Tidak sepatah kata pun beliau mengeluh. Sementara Rasulullah SAW tidur di pangkuannya. Abu Bakar khawatir, erangannya membuat Rasulullah terbangun. Namun rasa sakit itu kian menjadi, Abu Bakar tak dapat menahan air mata yang mengalir, lalu menetes di wajah Rasulullah SAW. Begitu beliau terbangun, dimohonkannya kesembuhan atas Abu Bakar kepada Allah, lalu luka tersebut sembuh.

Perjalanan hijrah itu tentu saja tidak mudah, karenanya Rasulullah memilih teman terbaik, sahabat paling tangguh, sekaligus saudara seiman paling bisa dipercaya. Abu Bakar adalah pilihan terbaik.

3. Abu Bakar adalah As Shiddiq
Ketika Rasulullah SAW kehilangan paman sekaligus istri tercinta di tahun yang sama, tidak seorangpun tahu betapa berduka hatinya. Hanya Allah dan sahabat terdekat beliau yang paham.

Hingga ketika Allah memberi beliau “hadiah” sekaligus perjalanan penuh risalah kenabian, yang kita kenal sebagai peristiwa “isra’ mi’raj”, Abu Bakar adalah orang pertama yang mempercayai peristiwa hampir mustahil dalam logika manusia tersebut.

Kepercayaan tanpa tapi, tanpa nanti. Saat semua orang meragukan cerita Rasulullah SAW tentang perjalanan semalam tersebut, Abu Bakar bertanya kepada mereka yang menganggap Rasulullah SAW gila, “Siapa yang mengatakan (tentang kisah perjalanan semalam) itu?”

Mereka menjawab, “Muhammad.” Maka Abu Bakar dengan santainya berkata, “Jika demikian (beliau yang bercerita), maka hal itu benar (terjadi).”

Beberapa hari kemudian, kepercayaan Abu Bakar didukung oleh kesaksian musafir yang Rasulullah SAW temui dalam perjalanan malam itu dari masjidil haram ke masjidil aqsa. Maka sejak peristiwa itu, Rasulullah SAW memberi gelar “As Shidiq” kepada Abu bakar.

4. Sahabat yang paling lembut hatinya, sekaligus paling kaya
Semasa kecil Abu Bakr hidup seperti umumnya anak-anak di Mekah. Lepas masa anak-anak ke masa usia remaja ia bekerja sebagai pedagang pakaian. Usahanya ini mendapat sukses. Dalam usia muda itu ia kawin dengan Qutailah bint Abdul Uzza. Dari perkawinan ini lahir Abdullah dan Asma'. Asma' inilah yang kemudian dijuluki Zatun-Nithaqain. Sesudah dengan Qutailah ia kawin lagi dengan Umm Rauman bint Amir bin Uwaimir. Dari perkawinan ini lahir pula Abdur-Rahman dan Aisyah. Kemudian di Medinah ia kawin dengan Habibah bint Kharijah, setelah itu dengan Asma' bint Umais yang melahirkan Muhammad. Sementara itu usaha dagangnya berkembang pesat dan dengan sendirinya ia memperoleh laba yang cukup besar.

Keberhasilannya dalam perdagangan itu mungkin saja disebabkan oleh pribadi dan wataknya. Berperawakan kurus, putih, dengan sepasang bahu yang kecil dan muka lancip dengan mata yang cekung disertai dahi yang agak menonjol dan urat-urat tangan yang tampak jelas — begitulah dilukiskan oleh putrinya, Aisyah Ummulmukminin.

Begitu damai perangainya, sangat lemah lembut dan sikapnya tenang sekali. Tak mudah ia terdorong oleh hawa nafsu. Dibawa oleh sikapnya yang selalu tenang, pandangannya yang jernih serta pikiran yang tajam, banyak kepercayaan dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang tidak diikutinya. Aisyah menyebutkan bahwa ia tak pernah minum minuman keras, di zaman jahiliah atau Islam, meskipun penduduk Mekah umumnya sudah begitu hanyut ke dalam khamar dan mabuk-mabukan. Ia seorang ahli genealogi — ahli silsilah — bicaranya sedap dan pandai bergaul. Seperti dilukiskan oleh Ibn Hisyam, penulis kitab Sirah:

"Abu Bakr adalah laki-laki yang akrab di kalangan masyarakatnya, disukai karena ia serba mudah. Ia dari keluarga Kuraisy yang paling dekat dan paling banyak mengetahui seluk-beluk kabilah itu, yang baik dan yang jahat. Ia seorang pedagang dengan perangai yang sudah cukup terkenal. Karena suatu masalah, pemuka-pemuka masyarakatnya sering datang menemuinya, mungkin karena pengetahuannya, karena perdagangannya atau mungkin juga karena cara bergaulnya yang enak."

Saya pernah membaca sebuah hadits, tentang suatu saat Rasulullah membandingkan Abu Bakar As Shiddiq dengan Utsman bin Affan yang terkenal dermawan. Sayang, teks hadits tersebut lupa saya baca di mana. Mohon maaf karena tidak dapat menyajikan teks aslinya. Intinya, saat itu para sahabat sedang mengumpulkan harta derma dari para sahabat untuk berangkat perang, ribuan dinar terkumpul. Para penyumbang dermawan tentulah kaya raya. Yang tak punya apapun tetap berusaha menyumbangkan apa yang mereka punya. Salah satunya adalah Utsman bin Affan, yang menyumbangkan setengah hartanya. Namun menurut Rasulullah, derma Abu bakar lebih baik karena telah menyerahkan seluruh hartanya. “Lalu apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu, wahai Abu Bakar?” Rasulullah bertanya.

“Allah dan RasulNya.” Jawab beliau mantap. Itu berarti tidak sepeserpun Abu Bakar tinggalkan untuk keluarganya. Biarlah rezeki untuk keluarga menjadi urusan Allah. Bukankah Allah yang menjamin urusan kita ketika kita mengurus agamaNya?

5. Rasulullah SAW menjadi menantu Abu Bakar As Shiddiq
Sebagai sahabat, Abu Bakar adalah yang terdekat. Hubungan itu semakin rapat karena Rasulullah SAW memilih Aisyah sebagai istrinya. Dalam setiap pernikahan, bukanlah Rasulullah SAW memilih dengan ego. Tapi karena Allah SWT menghendaki demikian. Pun Allah memilih bukan tanpa alasan. Selalu ada tujuan dan hikmah yang harus ditempuh dari setiap perjalanan Rasulullah.

Di kemudian hari kita memahami, bahwa Aisyah adalah salah satu yang meriwayatkan hadits paling banyak. Kecerdasan Aisyah adalah salah satu mutiara ilmu dalam perkembangan islam di masa yang akan datang.

Kepada Abu Bakar, akhlaq Rasulullah bukan hanya sebagai seorang sahabat, namun juga sebagai menantu. Ada banyak hadits yang menerangkan begitu santun dan menghormati Rasulullah SAW kepada Abu Bakar, begitu pula sebaliknya. Sungguh sebuah fenomena unik sekaligus indah.

6. Abu Bakar menggantikan Rasulullah SAW sebagai imam shalat
Disebutkan bahwa Aisyah pernah mengatakan: "Setelah sakit Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam semakin berat Bilal datang mengajak bersembayang: 'Suruh Abu Bakr memimpin salat!'

Kataku: Rasulullah, Abu Bakr cepat terharu dan mudah menangis. Kalau dia menggantikanmu suaranya tak akan terdengar. Bagaimana kalau perintahkan kepada Umar saja! Katanya: 'Suruh Abu Bakr memimpin sembahyang!' Lalu kataku kepada Hafsah: Beritahukanlah kepadanya bahwa Abu Bakr orang yang cepat terharu dan kalau dia menggantikanmu suaranya tak akan terdengar. Bagaimana kalau perintahkan kepada Umar saja! Usul itu disampaikan oleh Hafsah. Tetapi kata Nabi lagi: Kamu seperti perempuan-perempuan yang di sekeliling Yusuf. Suruhlah Abu Bakr memimpin sembahyang. Kemudian kata Hafsah kepada Aisyah: Usahaku tidak lebih baik dari yang kaulakukan."

Suatu hari, karena Abu Bakr tidak ada di tempat ketika oleh Bilal dipanggil hendak bersembahyang, maka Umar yang diminta mengimami salat. Suara Umar cukup lantang, sehingga ketika mengucapkan takbir di mesjid terdengar oleh Muhammad dari rumah Aisyah, maka katanya: "Mana Abu Bakr? Allah dan kaum Muslimin tidak menghendaki yang demikian."

Dengan itu orang menduga, bahwa Nabi menghendaki Abu Bakr sebagai penggantinya kelak, karena memimpin orang-orang salat merupakan tanda pertama untuk menggantikan kedudukan Rasulullah.

Sementara masih dalam sakitnya itu suatu hari Muhammad keluar ke tengah-tengah kaum Muslimin di mesjid, dan antara lain ia berkata: "Seorang hamba oleh Allah disuruh memilih tinggal di dunia ini atau di sisi-Nya, maka ia memilih berada di sisi Allah." Kemudian diam.

Abu Bakr segera mengerti, bahwa yang dimaksud oleh Nabi dirinya. Ia tak dapat menahan air mata dan ia menangis, seraya katanya:

"Kami akan menebus Tuan dengan jiwa kami dan anak-anak kami." Setelah itu Muhammad minta semua pintu mesjid ditutup kecuali pintu yang ke tempat Abu Bakr. Kemudian katanya sambil menunjuk kepada Abu Bakr: "Aku belum tahu ada orang yang lebih bermurah hati dalam bersahabat dengan aku seperti dia. Kalau ada dari hamba Allah yang akan kuambil sebagai khalil (teman) maka Abu Bakr-lah khalil-ku. Tetapi persahabatan dan persaudaraan ini dalam iman, sampai tiba saatnya Allah mempertemukan kita di sisi-Nya."

Pada hari ketika ajal Nabi tiba ia keluar waktu subuh ke mesjid sambil bertopang kepada Ali bin Abi Talib dan Fadl bin al-Abbas. Abu Bakr waktu itu sedang mengimami orang-orang bersembahyang. Ketika kaum Muslimin melihat kehadiran Nabi, mereka bergembira luar biasa.

Tetapi Nabi memberi isyarat supaya mereka meneruskan salat. Abu Bakr merasa bahwa mereka berlaku demikian karena ada Rasulullah. Abu Bakr surut dari tempatnya. Tetapi Nabi memberi isyarat agar diteruskan. Lalu Rasulullah duduk di sebelah Abu Bakr, salat sambil duduk.

7. Abu Bakar adalah sahabat paling logis dan tegas saat Rasulullah meninggal
Ketika mendapati Rasulullah SAW meninggal, Abu Bakar tetap bersikap tenang. Berbeda dengan Umar yang berapi-api menolak fakta meninggalnya Rasulullah. Abu Bakar membacakan salah satu ayat:

"Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya pun telah berlalu rasul-rasul. Apabila dia mati atau terbunuh kamu akan berbalik belakang? Barang siapa berbalik belakang samasekali tak akan merugikan Allah tetapi Allah akan memberi pahala kepada orang-orang yang bersyukur." (Qur'an, 3. 144).

8. Abu Bakar adalah kandidat terkuat sebagai khalifah
Siapa sosok paling dekat dan mampu menggantikan posisi kepemimpinan setelah Rasulullah SAW wafat? Tidak ada pilihan yang lebih baik dari Abu Bakar. Meskipun kaum Anshar berusaha meyakinkan kaum muslimin, bahwa merekalah yang lebih berhak menduduki posisi khalifah, hingga terjadi keributan di Bani Saqif, pada akhirnya mereka membaiat Abu Bakar sebagai khalifah. Karena bagaimanapun, tak ada kandidat lain yang lebih layak untuk posisi tersebut. Abu Bakar dengan segala keistimewaannya, menjadi khalifah pertama dalam sejarah Islam.

9. Tanpa ketegasan Abu Bakar, mungkin Islam tak sampai pada hari ini
Masalah terbesar yang dihadapi umat islam sepeninggal Rasulullah SAW adalah banyaknya orang-orang yang ingin murtad dan menolak membayar zakat. Mereka menganggap bahwa pembayaran zakat adalah seperti pembayaran upeti kepada penguasa. Mereka tidak lagi menganggap zakat sebagai bagian dari syariat yang harus ditunaikan oleh setiap muslim.

Abu Bakar bersikap tegas untuk memerangi mereka. Peristiwa ini dikenal sebagai perang Riddah. Mereka yang menentang Allah dan RasulNya, harus ditumpas hingga akar. Toleransi kepada mereka hanya akan melemahkan kekuatan islam. Khalid bin Walid adalah panglima yang paling banyak memimpin pasukan selama kepemimpinan Abu Bakar. Melalui tangannya peraturan tentang zakat ditegakkan. Ekspedisi terus dilakukan, hingga islam menyebar meluas dan berlayar bersama para pedagang ke banyak penjuru dunia.

10. Perluasan wilayah Islam di tangan visioner Sang Khalifah pertama
Kelembutan hati Abu Bakar mampu melembutkan hati-hati yang sedianya ingin berpaling setelah Rasulullah SAW meninggal. Ketegasan Abu Bakar mampu mengembalikan keyakinan dan kekuatan muslim untuk terus menegakkan agama Allah. Hasilnya? Yamammah, Yaman, hingga Oman tunduk dalam kekuasaan Islam. 

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©