Thursday, 25 February 2016

Cinta Karena Allah

| |

Cinta, bahasan yang tak jarang membuat pipi bersemu merah.. dan dada terasa berdegup kencang. Bahasan yang sering membuat menusia lupa, kepada siapa harusnya merealisasikannya. Dan kali ini, ana hanya sekedar ingin mengajak sobat muda semua bermuhasabah, membahas kepada siapa dan bagaimana harusnya cinta mengejewantah.

Mungkin diantara kita pernah mendapat pertanyaan : siapa yang paling engkau cintai?
Tentu jawabannya beragam: diri sendiri? Orang tua, keluarga? Seseorang yang sangat istimewa? Ah, tetap saja… sepertinya jawaban yang paling indah adalah : Aku mencintai Allah dan RasulNya, lebih dari segalanya, dan aku mencintai yang lain hanya karena Allah semata.
Ya, Allah dan RasulNya yang utama.
Ada yang keberatan??
Atau, ada pilihan lain??
Sepertinya memang itulah jawaban paling tepat. Mencintai Allah dan RasulNya, lebih dari segalanya. Tak ada seorangpun yang lebih berhak mendapatkan cinta kita selain mereka. Karena jika ada, betapa keterlaluannya kita?? Menomor sekiankan Allah dan RasulNya… padahal terlalu banyak bukti cinta Allah dan RasulNya untuk kita. Maka ni’mat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan? Astaghfirullah…
Semoga kita tak termasuk hamba yang kufur ni’mat.
Maaf sobat, jika bahasan tentang cinta kali ini tak berhasil meronakan pipi dan membuat dada berdebar. . .
Karena bahasan ini sebenarnya tak kan cukup dibahas dalam satu artikel, maka jika nanti ada yang kurang atau perlu ditanyakan, silahkan mengirim pesan.
Ana hanya berharap kali ini kita setuju, untuk bersama-sama mengutamakan cinta kepada Allah dan RasulNya. Karena ana juga berharap kita bisa sepakat, bahwa sobat muda muslim adalah generasi muslim yang tidak cengeng dan sedang berproses untuk terus memperbaiki diri, menjadi hamba illahi yang sejati.
Mari kita renungkan sebuah ayat:
Katakanlah: “Jika bapak-bapak , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan Nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA”. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (Q.S. At Taubah: 24)
Dalam rangkaian ayat tersebut tersirat makna, betapa indah Allah mengungkapkan kecemburuanNya. Allah tak rela jika kita mengutamakan duniawi melebihi Allah dan RasulNya. Itulah cinta. Tentang ketidakrelaan. Tentang kasih sayang. Tentang prioritas. Ah, soal cinta mungkin sobat muda lebih paham dari ana.:-)
Dan bagaimana merealisasikannya?
Mencintai Allah dan RasulNya memang bukan perkara mudah, tapi sepertinya juga tidak terlalu sulit. Buktinya, para salafus shalih bisa. Maka tak ada alasan bagi kita untu berkata tidak bisa.
Para salafus shalih, mereka generasi awal pemeluk ajaran ini. Rela meninggalkan harta benda, limpahan kasih keluarga, bahkan status kebangsawanan demi satu muara : Allah dan RasulNya.
Kita bisa membaca lebih banyak kisah tentang mereka di kitab-kitab shirah sahabat&shahabiyah, salah satu kata kuncinya adalah keikhlasan. Untuk menerima sepenuh hati aturan yang Allah&RasulNya gariskan. Sudahkah kita??
Sobat muda muslim yang kucintai karena Allah,
Mengutamakan untuk mencintai Allah&RasulNya bukan berarti kita tak boleh ada perasaan lebih pada keluarga, sahabat, atau mungkin benda-benda berharga. Karena fitrah kita adalah manusia, yang memang begini adanya. Tapi janganlah kecintaan kita terhadap harta, orangtua, atau siapapun dia, melebihi cinta kita kepada Allah&RasulNya. Atau Allah akan mendatangkan keputusanNya.
Tentu kita tak lupa tentang kisah yang menceritakan masa akhir kehidupan Rasulullah SAW, beliau terus menyebut-nyebut ummati…. Ummati… ummati,….ketika sakaratul maut menjelang, Karena rasa cinta dan kekhawatiran beliau kepada kita semua, ummatnya, jika beliau tiada. Meski beliau tahu, Allah telah menjanjikan banyak kemudahan bagi ummatnya.
Kasih kita kepada keluarga, atau sahabat tercinta, tak seharusnya melalaikan kita dari mengingat Allah. Dimanapun dan kapanpun. Karena beberapa alasan, diantaranya:
1. Allah dan RasulNya lebih mencintai kita daripada mereka, terlalu banyak bukti yang tak pantas kita nafikan untuk itu.
2. Allah dan RasulNya_lah yang menyelamatkan kehidupan kita di dunia ini, ketika kita menaati peraturan yang telah digariskan. Sedangkan keluarga, atau kerabat lainnya tidak lebih tau dari Allah dan RasulNya tentang segala yang terbaik untuk kehidupan kita.
3. Allah yang memberi kita kehidupan, dan pada akhirnya, hanya kepada Allah dan RasulNya kita kembali, mempertanggungjawabkan segala amal yang telah kita pilih sendiri dalam menjalani kehidupan ini. Kita tak perlu mempertanggungjawabkan kehidupan kita pada selain Allah, bukan?
4. Fabi ayyi alaa i rabbikumaa tukadzibaan, maka ni’mat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?(Q.S.55:13)
Sahabatku yang disayang Allah,
Mencintai karena Allah berarti kita menyandarkan sepenuhnya rasa cinta itu kepada ketetapan Allah, berarti kita mencintai dengan cara yang ditetapkan Allah, dan hanya untuk mencari ridha Allah. Jika apa yang kita cintai menjadikan kita menjauh dari Allah, maka sesungguhnya Allah telah jelas menunjukkan kepada kita, bagaimana harusnya kita memilih untuk mengambil setiap langkah dalam kehidupan kita. Atau kita harus menunggu sampai Allah mendatangkan keputusanNya??
Ya, itu berarti kita sepenuhnya tunduk pada aturan Allah dalam menjalani rasa cinta itu sobat muda…. Jika Allah melarang kita untuk mendekati zina, maka tak sepantasnya kita mendekatinya, dengan cara apapun. Jika Allah dan RasulNya menetapkan nikah sebagai salah satu sunnahNya, maka sepantasnya kita mengikutinya. Tentu mengikuti sunnah tanpa harus melanggar aturanNya, bukan?
ya, itulah pilihan ketika kita sedang berproses menjadi hamba yang bertaqwa.
Ada banyak cara yang bisa kita pilih untuk melakukan sesuatu, dan mari kita coba bagaimana Allah menunjukkan kepada kita, bagaimana harusnya memilih:
• •
“dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertaqwa.” (Q.S. Al An’am: 153)
Sobat, jika tidak mulai sekarang kita mulai untuk terus berusaha menaati Allah dan Rasul Nya, lalu kapan lagi? Kita tak pernah tau dimana batas umur kita. Entah masih lama, satu tahun lagi, satu bulan lagi, atau, satu hari lagi Allah menetapkannya? Setidaknya dengan terus berusaha untuk istiqomah, jalinan cinta kita dengan Allah akan semakin terasa indahnya.
Wallahu a’lamu bi as shawaab

1 comments:

Dewie dean said...

Renungan tengah mlm

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©