Tuesday, 17 May 2016

Surat Buat Hasna 15

| |





Aku memilih duduk dibawah pohon beringin dekat shelter busway paling utara di jalan Malioboro. Berharap teduh dan angin segar disini, untuk melepas peluh. Sekaligus, akan mudah mengenali prang yang baru pertama kali akan kutemui. Lima menit menunggu, busway datang dan menurunkan penumpang. Aku mengamati wajah yang turun satu persatu. Membandingkan dengan foto yang ada di profil WA, berharap tak akan sulit mengenalinya. Meski aku tak begitu yakin, foto profil dengan aslinya, apakah selalu sama?


Aku senyum-senyum sendiri memikirkannya. Bagaimana jika, ia tak setampan di foto, karena hasil editan kamera? Masihkah aku bisa mengenalinya diam-diam? Memang sengaja tak kuberitahu dimana aku menunggu. Hanya kukatakan bahwa aku sudah sampai, silahkan turun di shelter pertama malioboro. Dijawabnya dengan icon senyum, seperti biasa.

Satu-persatu penumpang turun, lelaki, perempuan, anak-anak, bule, tapi tak tampak satupun orang asing yang celingukan mencariku. Kemana dia? Mungkin di bus berikutnya?

“Assalamu’alaikum, Risaki?” Suara dibelakang kepala mengagetkanku. Aku reflek menoleh kebelakang. Seorang lelaki tinggi, rambut lurus agak berdiri, mengenakan kaos panjang warna coklat tua dan celana panjang krem, menyandang tas ransel warna hitam, berdiri dengan segaris senyum menyapaku.

Aku mengernyitkan dahi, berusaha mencerna siapa yang menyapaku disini. Tunggu, kulihat lagi foto di HP yang kugenggam sejak tadi, aku melongo. Masih tak mengerti bagamana ia menemukanku padahal sejak tadi aku menunggunya disini.

“Wa-wa’alaikumsalam,.. mas Syamsi? Iya bukan?” Aku langsung berdiri, menangkupkan kedua tangan didepan dada. Rasanya tak pantas mengajaknya bersalaman, kan?

Ia membalas tangkupan tanganku dengan sikap yang sama.

“Kok, bisa tau aku disini?” Aku tak bisa menyembunyikan rasa heran. Tak salah, kan?

“Hemm, kamu aja yang ngga nyadar saya sudah disini lima belas menit yang lalu.” Jawabnya enteng.

Hahh? Jadi?

Oh My... aku terlambat! Hufft. Malunyaa.... aku hanya bisa menggerutu dalam hati. Menyesal kenapa tadi pakai acara ketinggalan jam tangan di meja kamar, lupa ambil sarung tangan dilemari, sehingga harus bolak balik sebelum berangkat. Dan akhirnya, telat!

“Yaudah, mas Syam mau cari apa? Yang jualan ada disepanjang jalan ini sampai ujung selatan sana.” Aku berusaha jadi guide yang baik untuknya, menghapus rasa bersalah karena sudah terlembat menyambutnya. Sekaligus menutup rasa malu untuk sekedar bertanya, bagaimana Syamsi tidak salah mengenalinya? Ah, bukankah lelaki selalu punya cara rahasia?

“Umm, oke, kita lihat nanti bisa dapet apa aja. Yuk jalan?” aku mengangguk.

Syamsi kubiarkan berjalan beberapa langkah didepan. Memang, ia bukan satu-satunya teman lelaki yang kupunya. Tapi berjalan dengannya untuk pertama kali, bukan alasan yang baik untuk saling berdekatan, bukan? Iya, aku sungkan! Duh, siapalah aku jika melangkah seiring dengannya? Orang pasti menganggapku upik abu yang sedang berjalan dengan sang pangeran. Daripada begitu, aku memilih untuk menjaga langkah dibelakangnya.

Tak banyak bicara, karena ia sudah banyak bercerita di chatroom sebelumnya. Aku juga bingung harus bicara tentang apa. Biarkan diam saja yang bersuara, mengatasi rasa canggung yang mungkin sama dirasakannya.

“Sa,... Risa... sini....” Tetiba Syamsi memanggilku. Ia berhenti didepan penjual kaos. Mata bulat nan teduh itu memandangku. Sejenak aku mengernyitkan dahi. Lalu melangkah ragu mendekatinya.

“Kenapa, ada apa?”


#Bersambung ke Surat Buat Hasna 16
#ODOP

19 comments:

Suparto Parto said...

Sejuta rasanya . ..

Lisa Lestari said...

Sejuta kenangan di Malioboro...kangennya

Lisa Lestari said...

Sejuta kenangan di Malioboro...kangennya

Wiwid Nurwidayati said...

Malioboro
Selalu ada kenangan disana

denik said...

Wah...mau dibelikan itu...hehe

Sakif said...

iya, nano nano ya pak.. hehe

Sakif said...

Cieh yang punya kenangan di Malioboro, kapan ke sana lagi..heheh

Sakif said...

wah, mau mau...hehe

Sakif said...

kota kenangan ceritanya mba..hehe

Nychken Gilang said...

Yogya kota penuh rindu. Duh baper

Sang Mahadewa said...

Jadi pingin ke Yogya lagi ..

Na said...

Ayo mba Sakifah..harus tanggung jawab krn pembaca setianya jd rindu pengen ke Yogya nih.
Berikutnya hrs menceritakan laporannya selama jd guide yaa.
#ngarep 😀😀😀

RahimDani said...

Jadi kangen juga sma jogja... (^_^)

Sasmitha A. Lia said...

aku ketinggalan banyak keknya... Kakak yg gagal ginjal kemaren kemana mbak kifa??😯

Sakif said...

ayolah ke jjogja..yuk yuk

Sakif said...

datanglah ngobatin kangen *_*

Sakif said...

tenang mba Lia.... he will be back soon, ini pengalihan isu #modus
wkwkkwkwkw

Sakif said...

siapppp

Dewie dean said...

Hahah jadi ingat sok2 janjian di bus stop depan taman pintar...dan sok2 paling awal datngnya eh trnyata yg di janjiin uda di situ duduk manis

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©