Cinta itu cahaya
sanubari
Kurniaan Tuhan, fitrah
insani..
Dan dimana terciptanya
cinta...
Disitu rindu bermula..
Cinta itu tiada
meminta
Tetapi memberi sepenuh
rela...
Rasa bahagia, biarpun
sengsara
Berkorban
segala-gala...
....
Lagu berjudul “kerana
cinta” yang dilantunkan Mestica mengawali pagiku. Menerobos ruang hati,
melambungkan mimpi. Mungkin karena aku masih sendiri.
Aku pulang ke kota
santri. Bukan dalam rangka liburan, hanya saja karena umi bilang kangen, dan
kebetulan ada waktu luang. Memang sudah tiga bulan ini aku meninggalkan rumah
ke perantauan untuk meneruskan studi. Kalau kemarin waktu aku masih dirumah umi
biasa bercerita apa saja, kapan saja. Sekarang, kalau kangen umi hanya bisa
kirim sms atau telepon. Itupun ngga semuanya bisa diceritakan. Kalau sekarang
umi bilang kangen, itu artinya “sangat kangen”. Jadi, aku harus pulang.
“Bisa seharian umi ga
ngapa-ngapain kalau ngobrol sama kamu terus. Ngga ada habisnya cerita....”
Begitu kata umi di telepon. Memang aku satu-satunya anak perempuan umi, jadi
anak sekaligus teman buat beliau. Karakter ayah bukan sosok yang biasa
menampung semua cerita, jadi wajar jika umi lebih merasa nyaman bersama anaknya
Umi sudah sibuk di
dapur, menyiapkan sarapan saat aku bangun. Maklum kalau liburan begini, umi
tidak akan membangunkanku. Mungkin karena beliau pikir kemarin masih capek
dijalan. Dan selesai shubuh, aku bebas meneruskan pengembaraan di pulau mimpi.
Ngga sengaja sih, tilawah sebentar tadi menghanyutkan pelupuk mata, suasana
pagi yang dingin menerobos lewat jendela meredupkan pandangan dan membuatku
nyaman. Bangun-bangun, jarum di jam dinding sudah menujuk pukul enam!
Aku terkesiap, melipat
mukena dan merapikan kamar. Menyalakan musik agar lebih bersemangat. Eh, malah
kebawa liriknya..
Masih malas beranjak keluar
kamar meski semua sudah rapi. Aku memilih duduk di depan meja rias dan
menyalakan mobile data. Semua pesan baru masuk beberapa menit kemudian. Tak ada
yang menarik.
Tapi saat membuka FB,
aku jadi teringat pada kakak. Sudah lama, sekitar seminggu yang lalu terakhir
dia balas chat. Yang kupikir dia marah karena tak balas beberapa kali kutanya
kabar, ternyata memang dia sedang sibuk.
Maaf dek, aku masih di Kalimantan ini. Mungkin beberapa
hari lagi pulang.
Hanya itu.
Mungkin sekarang dia
sudah pulang? Itu berarti, kami berada di kota yang sama. tapi masalahnya,
sekarang dia sedang offline. Lalu bagaimana aku bisa tahu? Nomornya saja aku
tak punya.
Eh, sebantar.
Nomor?
Ingatanku berputar.
Sepertinya dia pernah memberiku nomor HP-nya. Kucoba mencari, di contact list ngga ada. Berarti belum
kusimpan. Lalu? Tak kurang akal, mungkin masih ada di riwayat chat. Kucoba scroll up semua chatnya sejak beberapa
bulan lalu. Ketemu!
Hatiku melonjak
girang.
#ODOP
1 comments:
Adek tambah baper kebawa lirik lagu
Post a Comment