Monday, 6 June 2016

Cerita di ramadhan pertama 1437 H

| |




Mata dan tubuhku mesih lelah saat alarm berbunyi pukul 3 pagi. Tertulis jelas di layar: Puasa?

Eh, perasaan aku ngga ngedit alarm kemaren. Kok dia tau kalau hari ini pertama Ramadhan? Pikirku iseng.

Iyaiyalah, hariini kan senin. Jauh sebelumnya dia sudah diatur buat bangunin sahur tiap senin sama kamis. Heaa...pengen banget tidur #Lagi.

Tapiii... kalau tidur lagi nanti susah bangunnya..

Iseng kubuka WA. Siap atau ada yang berhasil membuka mata. 115 pesan belum terbaca. Ah biasa. Paling anak ODOP :-D
Scroll down..

Aku mau nikah. Sebelahnya angka dua menandai dua pesan belum terbaca. Mau tak mau, aku membuka mata. Begini pesan lengkapnya:
Sakifah
Aku mau nikah.

Jreennngg....!
Oh, kakak..he..kakak rikaz. Alias kakak temuan. Beberapa waktu yang lalu sempat dengar kabar beliau mau menikah, memang. Tapi aku tak menyangka itu benar. Mengingat beberapa tahun yang lalu..aku tahu putrinya sudah dua. Meski memang ada masalah rumah tangga. Duh, kenapa aku harus tahu waktu itu?
Ahsudahlah abaikan. Ini kejutan. Dia menikah, berarti ada banyak cerita terlewat sebelumnya.

Sudah, biarkan. Meski sejujurnya aku penasaran, tapi tenanglah, tak ada dialog lanjutan. Ia tak menjawab saat kutanya mau menikah dengan siapa dan kabar lainnya. Sudah, aku tak suka memaksa. Biarkan saja. Setidaknya berita itu berhasil memaksa mataku terjaga.
Karena imsak masih jauh, kuputuskan ambil wudhu dan shalat saja, males makan sebenarnya. Tapi selesai shalat, pakde mau telur goreng untuk sahur. Yasudah, sekalian akhirnya makan juga. Selesai shubuh, aku memilih tilawah sebelum mengeksekusi tugas yang deadline hari ini. Tak peduli meski semalam belum selesai dan laptop ikut tertidur dipangkuan saat aku terlelap. Untung nih aku ngga banyak gerak. Kalau aja ngga sadar terlempar...ntah bagaimana nasibnya.

Baik, sudah mulai terang. Puasa mulai terasa aromanya. Hee... tubuh berusaha menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru rupanya. Ngga ngantuk? Sejujurnya iya. Tapi hatiku menolak menurutinya. Baik, saatnya ke dapur dan bersih-bersih. Setelah itu tentu saja tugas masih menanti.

Nah.. saat itulah aku baru sadar. Anting di telinga kananku tak berada ditempatnya. Aku mengingat-ingat. Kemarin memang sempat lepas dan sudah kupasang. Lalu berangkat rapat, pulangnya....perasaan masih ada. Tapi sekarang...kemana?

Aku ingat, beberapa tahun yang lalu pernah kejadian sperti ini. Anting hilang salah satu. Setelah dipikir2.. ahsudahlah, ikhlaskan saja. Semoga segera dapat gantinya. Meski kepikiran juga..kira-kira hilang dimana.
Itu anting yang kubeli dengan jerih payahku sendiri. Kalau harus hilang....yah bagaimana lagi. Ah yang satu dilepas sekalian lah, daripada galau kepikiran yang hilang?
Sudah,, ikhlaskan..ikhlaskan.
Eh, tetiba pakde teriak dari belakang. “Deek...ini punyamu bukan?” aku penasaran, ap ayang kutinggalkan dibelakang? Antingku!
Allah kariim, ngga jadi hilang,
Alhamdulillah.

Tugas berlanjut, dan alhamdulillah, selesai juga. Tapi masya Allah, ngantuknyaaa...mau berangkat lebih awal sebelum jadwal jaga di resto taman pringsewu. Gimana ngumpulin tugas ini?

He...akhirnya wa temen nitip kumpulin tugas. Dia mau...ngeprint sekalian loh...sama absenin di TU kampus... aku bilang nanti kalau turun kubayar hutang. Eh dia bilang ngga usah. Nah Loh? Maaf ngerepotin mas Fakhri.. dan terima kasih sudah banyak membantuku harii ni.
Saatnya terlelap sejenak, lalu bersiap. Akhirnyaa....cuzz..

Sampai dikota, mendung semakin gelap.
Allah...hujannya nanti saja dong kalau aku sudah sampai pringsewu?
Rupanya kehendak langit berkata lain. Mau tak mau, aku keluarkan mantol dan memakainya. Hujan semakin deras turun. Jalanan mulai tergenang air. Berbanjir ria..kupecah jalanan kota jogja., ramai kendaraan memaksa macet harus terjadi. Tapi jarak pandang semakin turun. Aku terpaksa menepi. Alamat, terlambat sampai di tempat.
Ujung lengan jaket basah sudah, juga rok bagian bawah. Apalagi sepatu? Ah sudah pasti itu.

Dingin? Banget!! Dan masih sejam lagi menuju berbuka. Aku sabar aja.
Pengunjung resto pun sepiii...iyalah hujannya turun lagi, deras pula. Beberpa pengunjung mulai datang, aku tak ada tenaga untuk aktif presentasi. Lagian mana mungkin aku menyapa pengunjung dengan telanjang kaki begini?

Akhirnya tunggu counter sajalah.


Eh, tiba-tiba seorang cowok dan “mungkin” pasanganya..menyapa.

“Mbak, saya mau donasi. Bisa disini?”
“Oh tentu saja mas, boleh minta nama, no.hp, email..dan alamat rumah?”
“Kalau ngga usah ditulis gimana mbak?”

“Iya ngga papa sih, tapi nanti kami perlu masukkan dataminimal nomor HP untuk notifikasi bahwa donasi anda sudah masuk sistem kami. Bagaimana?”
“Oh, yaudah ngga apa mbak ditulis aja.” Dia menyebutkan nama dan identitas.
Tanpa harus di presentasi, masnya sadar donasi. Coba semua pengunjung begini?
Heuu...ngarang asli.dan jam 8 malam, jadwalku jaga selesai. Tapi.......belum shalat isya’ dan tarawih malam ini
Baiklah,,,,  
Sampai jumpa pada cerita lain ya

2 comments:

Ainayya Ayska said...

Itu ceritamu, mana ceritaku? Hihihi

Duuh, belom nulis nih,

Fika AJ said...

Ceritaku buat Ramadhan ini belum ada. :D

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©