Surat
Buat Hasna pada Ultah ke 18,
Dear Hasna, apakah kau sudah mengenal kata cinta?
Dengarkan aku, ayahmu. Cinta adalah logika sempurna. Ia adalah kata kerja yang
berarti memberi tanpa meminta kembali.
Jika kau temui pemuda yang mengerti tujuan cintanya
kepada sang pencipta semata, lalu ia memintamu menikahinya, maka terimalah.
Tapi jika tidak, jangan bermain-main dengan kata
cinta, karena ayah tak mau kamu menderita karenanya.
Setuju ya?
Salam sayang,
Ayah
Lumayan
singkat. Tapi sungguh, kenapa pesan itu lebih terasa buatku saat ini? Oh my
Allah, tuntunlah langkahku, please...
Aku
memejamkan mata sejenak. Lalu membuka surat berikutnya.
Surat
Buat Hasna pada Ultah ke 20
Dear Hasna.
Ayah yakin kamu sudah jadi gadis cantik sekarang.
Apakah kau suka menghamburkan uang buat kosmetik layaknya gadis zaman sekarang?
Ah semoga tidak. Ayah ingin anak gadis ayah tumbuh sederhana. Percayalah,
kecantikanmu memancar dari dalam dirimu. Bukan dari kosmetik yang kau pakai
sehari-hari.
Jangan tiru bunda, atau teman sebaya, ya? Ayah
mengawasimu dari dunia yang berbeda. Kamu memang mudah terpengaruh teman. Tapi
percayalah, selalu ada teman yang baik. Dekatlah dengan mereka. Jangan salah
memilih teman. Oke?
Salam sayang ayah buat Hasna
Surat
Buat Hasna pada uLtah ke 21
Dear Hasna,
Kata orang usia 21 tahun adalah masa peralihan dari
remaja menuju dewasa. Apakah kau sudah siap dengan segala kenyataan dunia, nak?
Ayah selalu mengawasimu dari sini. Antara khawatir,
takut, juga bangga. Ayah khawatir dan takut kamu melalaikan Allah. Ayah mohon,
jangan biarkan itu terjadi ya?
Ayah bangga karena kau tak lupa mendoakan ayah. Kau
tahu, ayah selalu menanti do’a-doa’mu. Hanya do’a anak shalihah yang akan
sampai pada kami, orang tua yang sudah tiada di dunia, nak. Maka jangan lelah
doakan ayah. Agar kita selalu merasa dekat meski hanya dalam hati.
Love you as always
Ayah
Ah,
satu lagi!!
Surat Buat Hasna Dewasa.
Dewasa?
Nak, kau harus membaca kisah para wanita shalihah
zaman Rasulullah. Betapa tangguh mereka menghadapi kerasnya dunia. Ayah ingin
Hasna setegar meeka, terutama bunda Khadijah, Aisyah, Asiyah, Maryam dan
Fatimah. Mereka para pemimpin muslimah nak. Belajarlah dari mereka.
Setelah ini mungkin tak ada lagi surat dari ayah.
Semoga kau mengerti, bukan karena ayah tak mau, tapi ayah pikir, saat kau
dewasa sudah tidak membutuhkan surat. Biar kau tumbuh bebas, tapi semoga tak
lupa aturan agama yang harus kau jaga.
Jangan lalai, ya? Hasna, menikahlah karena Allah.
Biarkan disini ayah ridha untukmu. Pilihlah yang terbaik dari hidupmu, cukup
karena Allah saja. Jangan karena yang lain ya.
Biarkan pemuda sholeh memilihmu bukan karena
kecantikanmu yang berpoles kosmetik, bukan karena ia tahu kau anak ayah, bukan
pula karena harta yang kau punya. Menikahlah dengan pemuda, yang memilihmu
karena Allah.
Salam sayang ayah untukmu selalu Hasna...
Menikah?
Aku
curiga, sebenarnya ini surat buat Hasna atau nasehat untukku?
Kakak
mengkhawatrikan masa depan anak gadisnya, ayah yang luar biasa.
Lalu
sepucuk surat untukku, tanpa judul. Aku bimbang ingin membuka, tiba-tiba HP-ku
berbunyi tanda pesan masuk.
Mbak
Finda!
“Mbak Risa, Rahman kritis. Mohon do’anya.”
Allahu
rabb... inikah maksud kata kakak “tak lama lagi”?? aku merinding.
Segera
kubereskan semua, bersiap. Lalu berangkat ke Rumah Sakit. Sampai disana, mbak
Finda menunggu dengan cemas. Kakak masih tak sadarkan diri, mendapat perawatan
intensif dari tim medis.
Aku
bingung harus berkata apa. Hanya saling diam, hingga kupikir percuma. Aku
memilih pulang saja.
Sampai
saat aku harus kembali ke jogja, tak bisa lagi kutemui kakak, berbincang
layaknya waktu itu. Benarkah itu pertemuan terakhirku? Nelangsa rasanya.
Melihat orang baik yang kukenal berpamitan. Solah tak butuh lagi kehidupan
dunia. Sedang aku, kadang masih terpesona dunia yang fana.
Dan
dua hari setelah aku di jogja, mbak Finda kembali mengabarkan kalau kakak sudah
pergi selamanya. Aku sempat bertanya bagaimana kondisi terakhirnya. Mbak Finda
cerita bahwa kondisinya sangat baik saat ia pergi. Bahkan tak ada yang
menyangka. Dokterpun sudah mengizinkannya pulang jika kondisinya bertahan
seperti itu sehari kemudian. Tapi malam, saat ia berpamit tidur, esoknya tak
bangun lagi. Allah menjemputya dengan cara yang indah, tanpa tampak kesakitan
sama sekali.
Ah,
kakak.. Allah senang menyambutmu disana? Semoga kau bahagia, khusnul khotimah
yang kau pinta benar-benar jadi nyata.
Surat-surat
buat Hasna kusimpan rapi dirumah. Hanya surat untukku yang belum terbuka,
kubawa ke jogja.
Penasaran
apa isinya?
Baiklah...
Kakak
cuma bilang....
Dek, maafkan aku telah menyayangimu dan izinkan aku
selalu menyayangimu. Semoga kita ketemu lagi di kehidupan berikutnya.
Rahman.
Mas
Syamsi?
Ah
iya, aku hampir saja lupa. Belum ada kabar darinya sejak kukirim tabel
perbandingan itu. Apakah ia kecewa, terluka, atau semacamnya?
Kenapa
aku tiba-tiba takut menyakitinya?
Salahkah
apa yang kusampaikan padanya?
Oh,
ragu menyelimuti kalbu. Berkali-kali layar hp kulihat, berharap satu nama
muncul dari sana. Tapi alpa.
Kemana
dia?
#OneDayOnePost
#SatuEpisodeLagi di Surat Buat Hasna 28
2 comments:
Jadi nggak sabar tunggu kisah akhirnya
Iya sama dengan mb lisa
Penasaran mb kifa
Post a Comment