Wednesday, 24 August 2016

HaCan.. (1)

| |



Lupus melangkah santai menyusuri lorong sekolah sambil mengunyah permen karet. Lalu duduk di taman dekat gerbang. Hari masih pagi ketika cowok berjambul itu memarkir vixion advance merah kesayangannya, bel masuk masih setengah jam lagi. Dia berangkat sekolah pagi-pagi biar ngga ketinggalan menyapa siswa baru yang katanya bakal jadi primadona paling fenomenal di sekolah, akan datang hari ini.

Sudah seminggu, kasak kusuk akan hadirnya siswa baru santer dibicarakan para siswa cowok, terutama jomblowan pencari mangsa. Kaum cewek pun ngga ketinggalan, mendadak mereka suka sekali bolak balik ke toilet, terutama geng cerribella yang terdiri dari Chaca, Erin, dan Bella. Mereka adalah geng cewek paling eksis di SMA Patriotisme. Buat apa ke toitet? Tentu saja buat benerin bedak, nyisir rambut, atau sekedar masukin baju biar terlihat makin seksi.  Berita akan munculnya cewek cantik dan seksi jelas jadi ancaman buat mereka. Model Euy!!

Sampai bel masuk tinggal lima menit lagi, yang ditunggu tak datang juga.  Tak satupun sosok asing yang datang melalui gerbang sekolah. Malah ia melihat gusur yang lari-lari seperti dikejar maling. Eh? Mengejar maling.

“Sur...., Gusurr.....”, Lupus berteriak sambil melambaikan angan pada Gusur. Yang dipanggil sontak mengerem larinya kuat-kuat, hampir saja kecemplung got. Lalu berbelok menghampiri Lupus.

“Ngapain lo lari-lari gitu? Kesambet tukang ojek? Hah?” Lupus langsung mencecarnya dengan pertanyaan. Sementara Gusur masih ngos-ngosan, mengangkat tangan tak sanggup menjawab. Meminta lupus yang tak sabar untuk menunggu. Huh-hah-huh-hah, nafas Gusur sudah macam orang habis makan cabe rawit sekilo. Mukanya pucat, tangannya memegang dada dan berusaha keras utuk menelan ludah.

“Nih, minum...” Lupus menyodorkan sebotol air mineral. Gusur langsung membuka dan menenggaknya hingga tinggal setengah kurang.

“Wah, tega lu bro... Lu minum apa laper? Gila aja, ini botol biasanya sama gue baru abis siang, masa sama elu dua detik aja ludes!”, wajah Lupus mendadak serius, menggerutu membolak balik botol minumnya, tak percaya Gusur nafsu minumnya tinggi juga.

“Eh, Lu kenapa? Malah bengong ?!” ia menggoyangkan tanggannya di depan muka Gusur, Gusur Gelagapan.

“Errrr, iya.... gue tadi ketemu hantu cantik!”

“Hah.. Serius loh? Kok bisa? Dimana?” ke-superkepo-an Lupus langsung on automatically.

“Ting – Tong – Ting – Tong –Ting –Tong” Bel tanda masuk berbunyi nyaring. Gusur meringis.

“Ntar aja ya bro.. gue cerita, kalo ngga lupa” sambil mengedipkan sebelah matanya pada Lupus. Yang diajak ngomong cuma monyong sambil melangkah pergi, masuk kelas.

Hingga istirahat tiba, tak ada sosok baru yang ditemui Lupus. Padahal waktu istirahat ia sudah mondar-mandir dari depan ruang kelas X hingga kelas XII. Semua tampak biasa saja. Padahal kemarin teman sekelasnya super heboh membahas cewek baru ini. Yang katanya cantik, tinggi, model sampul majalah pula. Kurang apa coba? Lumayan kan bisa masuk datar gebetan, mumpung Lupus lagi Jojoba, alias jomblo-jomblo bahagia. Hari ini Lupus rela bela-belain ngga jajan ke kantin saking penasarannya. Alhasil, saat bel masuk selesai istirahat perutnya bernyanyi riang. Lalu saat pelajaran matematika, terpaksa ia kentut sembarangan. Akibat perutnya kosong, diajak mondar mandir dari pagi tanpa sempat sarapan.

Awalnya teman dibelakang Lupus kasak kusuk, lalu sejenak kemudian seluruh penghuni kelas heboh dengan hadirnya bau telur busuk tiba-tiba. Soni mengira hantu toilet sedang lewat, Ditya malah mondar mandir sambil mengendus-endus mencari sumber bau, tapi tak ketemu. Baunya sudah terlanjur menyebar keseluruh ruang kelas.

“Henang,..henang..hanhak-hanhak... hilahkang khembhali khe khurshi mashing-mashing... khita hahus melanjutkan matheriii....” Tok Tok Tok................ Pak Guru mengetukkan spidol keras-keras ke papan tulis, berteriak sambil memencet hidungnya dengan tangan kiri. Tapi tak dihiraukan murid-murid. Akhirnya iapun ikut keliling kelas, mencari sumber bau.

Saat teman dan gurunya ribut mencari sumber bau, Lupus berakting seolah ikut mencari, mondar mandir kesana kemari, jelas saja baunya ikut nyebar kemana-mana. Dalam hati ia teriak keras, maaf pak guru dan teman-teman... aku kelepasaaaannnn...!!!

Pelajaran hari itu terasa menyiksa Lupus. Rasa penasaran tak terbayar, perutnya keroncongan. Lelah raga dan perasaan. Bel tanda pulang hanya mampu menggoreskan segaris senyum diwajahnya. Sedetik kemudian senyum itu pudar oleh rasa lapar. Ia melangkah gontai tak bertenaga, seolah hampir kehilangan nyawa. Sungguh, ini bukan Lupus yang biasanya.

Di jalan menuju parkiran, Lupus kembali bertemu Gusur.

“Lu, makan yok..” Gusur tampak bersemangat sekarang. Hilang sudah wajah pucatnya pagi tadi. Mau tak mau, Lupus ketularan senyumnya. Apalagi dengar kata makan, perutnya melonjak riang. Hampir saja ia kelepasan “kentut” lagi. Kalau sudah ngajak, berarti Gusur siap traktir. Asiik, makan siang gretongan.

“Boim, ngga diajak?” soal makan, Lupus tak lupa pada sahabat satunya. Mereka bertiga sudah bersahabat sejak SMP. Meski sekarang beda sekolah, jarak dan waktu bukanlah penghalang.  Mereka masih bisa ketemu hampir setiap hari.

Gusur segera menghubungi Boim.

“Yaah,, masa ngga jadi. Ada yang penting nih mau gue omongin. Yaudah ntar malem yah di warung babe Somad?... ok deal”.

“Boim ngga bisa sekarang, ntar malem aja ya di warung babe Somad? Gue yang traktir koq, tenang aja..” sambil menepuk bahu Lupus, Gusur berlalu.

Tinggal Lupus bengong. Rasa laparnya kian mendera. Cacing diperutnya kian meronta mendengar acara traktirannya harus tertunda. Lupus ingin sekali marah, jengkel, kesal, tapi kepada siapa? Kaleng di depan kakinya jadi sasaran, ia tendang keras-keras. Kerompengan, berguling di hamparan paving yang terik. Sudah panas, lapar, kesal, campur jadi satu. Lupus segera mengambil motor dan melaju. Rasa lapar menuntun motornya berbelok ke rumah makan padang sederhana, tak jauh dari sekolah.

Baru saja lupus duduk hendak menikmati hidangan di mejanya, dari arah pintu dilihatnya sosok gadis tinggi semampai, wajahnya bersih, ia tersenyum menyapa pelayan dan mengambil tempat duduk melewati kursi tempat Lupus duduk. Gadis itu melangkah tenang, sepatu wedges yang digunakan terkesan mencolok dipadu dengan seragam SMA dan tas ransel. Lupus terpana melihat gadis itu melangkah didepannya, seolah setengah perutnya terisi tiba-tiba ketika melihat gadis itu melangkah. Pandangannya mengikuti gadis itu hingga tiba di meja seberang. Hanya tersisa wangi parfumnya yang tercium, lembut menyapa hidung Lupus. Sejenak Lupus memejamkan mata menikmati bau itu. Ia baru sadar setelah baunya berganti rendang dan sambel ijo yang sudah menunggu di piringnya. Selera makannya kembali, otaknya mulai bekerja normal lagi.

Sebentar, seragam....? 

#Bersambung
#OneDayOnePost

4 comments:

Dewie dean said...

Jadi lapar ad rendangnya ��

Ciani Limaran said...

Ahaaa... Teka-teki pembuka cerita yg menarik...

Wiwid Nurwidayati said...

Wah jadi teringat lupus jaman smp

Wiwid Nurwidayati said...

Wah jadi teringat lupus jaman smp

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©