Aku sebal. Lelaki
macam apa dia?
Perhatian kala tak
diminta, tapi cuek setengah dewa kala jiwa ini butuh sandaran luka.
“Risa, sudah waktunya
pulang. Sana, pulang duluan.” Katamu tanpa sedikitpun memandangku. Tumpukan
file di depanmu sungguh lebih menarik perhatian ketimbang aku. Tau dicuekin, aku memilih diam. Pura-pura tak
dengar.
Jam memang sudah
menunjuk angka 5.30 sore hari. Seragam sekolah belum juga ku ganti. Kami masih
terbelenggu pada persiapan agenda esok hari, di ruang OSIS. Aku masih sibuk
membungkus kado untuk doorprise acara jalan sehat besok pagi. Sementara dia
harus menyiapkan berbagai desain tulisan yang harus di pajang malam ini untuk
memeriahkan acara. Hanya ada kami berdua, lainnya tadi pamit pulang dan nanti
akan kembali setelah makan malam.
Aku tinggal di kos
dekat sekolah. Lima puluh detik berjalan juga sudah sampai. Sedangkan dia? Pukan
namanya. Wakil Ketua OSIS yang terkenal
sebagai cowok paling cool seantero sekolah. Cakep? Bagiku biasa aja. Tapi
berada diruang yang sama, hanya berdua seperti ini, jujur mencuri perhatianku.
Sejak tadi wajah serius itu tak bergeming dari laptop. Hidungnya mancung, kulit
bersih, rambut cepak potongan ala tentara. Tubuhnya tak kalah atletis dengan
pemain basket, karena dia jago silat. Beberapa kali mataku iseng mencuri
pandang pada sosok yang duduk tak lebih dari dua meter disampingku. Tapi
diamnya, seolah ia berada di ruangan ini sendiri. Lalu sejak kapan ia menyadari
keberadaanku disini?
“Sa...?” Suaranya,
lagi.
“Hemmm...” Aku
menanggapi sekedarnya. Takut ketahuan jika tadi mencuri pandang. Sibuk
melanjutkan lipatan kertas kado untuk beberapa kaos sponsor.
“Hei...” aku melonjak.
Ia melambaikan tangan didepan wajahku. Sejak kapan dia mendekat dan duduk di
sini?
Ia tersenyum. Duh!!
Manisnya... aku memejamkan mata. -Tuhan, biarkan kurekam pemandangan ini,
sejenak saja.- Ratapku dalam hati.
“Pulang dulu gih, udah
sore. Biar ini nanti dilanjutkan teman-teman.” Katanya dengan ekspresi datar.
Aku menegangkan muka.
“Kamu?” Tanyaku
“Gampang nanti, kalau
nanti kamu mau balik boleh nitip belikan nasi sekalian?”
“Ha? Enak aja. Emang
mau makan apa?” Sahutku, pura-pura kesal.
“Apa aja deh, samain
aja, kamu juga mau beli kan?”
“Hemm...”
Aku beranjak, bersiap
pergi. Dia sudah kembali ke laptop, serius. Aku tak berniat lagi memperpanjang
kata. “Assalamu’alaikum..” kataku sambil ngeloyor. Dia menjawab pelan.
Dia memang begitu.
Lama tampak cuek. Sedetik kemudian menjelma jadi orang paling perhatian
sedunia. Lalu detik berikutnya, sudah
kembali ke “alam” kesendiriannya. Tak seorangpun ada disana, kecuali dia.
Dan aku? Mencoba tak
peduli, tapi? Kenapa sering kepikiran seperti ini?
Sejutek apapun, dia
tetap baik. Pukan, pukan-ku.
***
“Dihabisin, sa...”
Protesnya saat kami makan bersama. Ini nasi pecel memang porsi besar. Perutku
tak kuas amenampung semuanya.
“Ngga mau, ngga muat.”
Kataku sambil menatap kasihan nasi yang tersisa.
Tanpa banyak kata, dia
menyeret tempat makanku ke hadapannya. Lalu tanpa permisi, tanpa sungkan
sedikitpun, dia habiskan. Hahh?? Aku cuma melongo tanpa suara.
“Masih muat di
perutku” Katanya pendek, lalu beranjak pergi, cuci tangan. Aku membereskan
bungkus sisa makanan itu lalu membuangnya ke tempat sampah terdekat.
Tak banyak kata, tapi
tatapan matanya begitu banyak berbicara.
Tentang rasa percaya,
yang tak pernah sekalipun tampak ragu padaku.
Tentang persahabatan,
meyakinkan hatiku bahwa semua akan berjalan baik-baik saja.
Tentang kekuatan,
bahwa aku bisa menjalani setiap detik kehidupan dengan sebaik-baik upaya,
selalu bisa.
Itu cukup, bahkan
lebih dari cukup untuk membuatku selalu menarik nafas dengan lega setiap kali
menatap matanya.
Ada keheningan disana
Namun ada berbuncah
rasa bahagia
Tak terukir kata.
Setiap kali berada di
dekatnya.
Dalam radius aman,
tentu saja.
Tidak, sekarang tak lagi
sama. itu sudah berlalu begitu lama. Pukan sudah menemukan dunianya, jauh di
sana. Belahan lain dunia. Dan aku di sini, juga dengan duniaku sendiri. Semua
tak lagi sama.
Tentang rasa? Ah,
jangan bertanya. Karena aku tak pernah tau jawabannya. Atau belum? Entahlah.
#OneDayOnePost
#TeruslahMenulis
5 comments:
eyaaaa wafer wkwkwk
Ciri2nya persis
Pukan kemana?
Bikin baper aja
Kayak kakak kandungku, cuek minta ampun, tapi suka ngabisin makananku, hhhaaa
Aku suka cowok kayak gitu hlo kak saki
Pukan oh Pukan...
Post a Comment