Monday, 22 August 2016

Pukan

| |




Aku sebal. Lelaki macam apa dia?
Perhatian kala tak diminta, tapi cuek setengah dewa kala jiwa ini butuh sandaran luka.

“Risa, sudah waktunya pulang. Sana, pulang duluan.” Katamu tanpa sedikitpun memandangku. Tumpukan file di depanmu sungguh lebih menarik perhatian ketimbang aku.  Tau dicuekin, aku memilih diam. Pura-pura tak dengar.

Jam memang sudah menunjuk angka 5.30 sore hari. Seragam sekolah belum juga ku ganti. Kami masih terbelenggu pada persiapan agenda esok hari, di ruang OSIS. Aku masih sibuk membungkus kado untuk doorprise acara jalan sehat besok pagi. Sementara dia harus menyiapkan berbagai desain tulisan yang harus di pajang malam ini untuk memeriahkan acara. Hanya ada kami berdua, lainnya tadi pamit pulang dan nanti akan kembali setelah makan malam.

Aku tinggal di kos dekat sekolah. Lima puluh detik berjalan juga sudah sampai. Sedangkan dia? Pukan  namanya. Wakil Ketua OSIS yang terkenal sebagai cowok paling cool seantero sekolah. Cakep? Bagiku biasa aja. Tapi berada diruang yang sama, hanya berdua seperti ini, jujur mencuri perhatianku. Sejak tadi wajah serius itu tak bergeming dari laptop. Hidungnya mancung, kulit bersih, rambut cepak potongan ala tentara. Tubuhnya tak kalah atletis dengan pemain basket, karena dia jago silat. Beberapa kali mataku iseng mencuri pandang pada sosok yang duduk tak lebih dari dua meter disampingku. Tapi diamnya, seolah ia berada di ruangan ini sendiri. Lalu sejak kapan ia menyadari keberadaanku disini?

“Sa...?” Suaranya, lagi.

“Hemmm...” Aku menanggapi sekedarnya. Takut ketahuan jika tadi mencuri pandang. Sibuk melanjutkan lipatan kertas kado untuk beberapa kaos sponsor.

“Hei...” aku melonjak. Ia melambaikan tangan didepan wajahku. Sejak kapan dia mendekat dan duduk di sini?

Ia tersenyum. Duh!! Manisnya... aku memejamkan mata. -Tuhan, biarkan kurekam pemandangan ini, sejenak saja.- Ratapku dalam hati.

“Pulang dulu gih, udah sore. Biar ini nanti dilanjutkan teman-teman.” Katanya dengan ekspresi datar.

Aku menegangkan muka.

“Kamu?” Tanyaku

“Gampang nanti, kalau nanti kamu mau balik boleh nitip belikan nasi sekalian?”

“Ha? Enak aja. Emang mau makan apa?” Sahutku, pura-pura kesal.

“Apa aja deh, samain aja, kamu juga mau beli kan?”

“Hemm...”

Aku beranjak, bersiap pergi. Dia sudah kembali ke laptop, serius. Aku tak berniat lagi memperpanjang kata. “Assalamu’alaikum..” kataku sambil ngeloyor. Dia menjawab pelan.

Dia memang begitu. Lama tampak cuek. Sedetik kemudian menjelma jadi orang paling perhatian sedunia. Lalu detik berikutnya,  sudah kembali ke “alam” kesendiriannya. Tak seorangpun ada disana, kecuali dia.

Dan aku? Mencoba tak peduli, tapi? Kenapa sering kepikiran seperti ini?

Sejutek apapun, dia tetap baik. Pukan, pukan-ku.
***
“Dihabisin, sa...” Protesnya saat kami makan bersama. Ini nasi pecel memang porsi besar. Perutku tak kuas amenampung semuanya.

“Ngga mau, ngga muat.” Kataku sambil menatap kasihan nasi yang tersisa.

Tanpa banyak kata, dia menyeret tempat makanku ke hadapannya. Lalu tanpa permisi, tanpa sungkan sedikitpun, dia habiskan. Hahh?? Aku cuma melongo tanpa suara.

“Masih muat di perutku” Katanya pendek, lalu beranjak pergi, cuci tangan. Aku membereskan bungkus sisa makanan itu lalu membuangnya ke tempat sampah terdekat.

Tak banyak kata, tapi tatapan matanya begitu banyak berbicara.

Tentang rasa percaya, yang tak pernah sekalipun tampak ragu padaku.

Tentang persahabatan, meyakinkan hatiku bahwa semua akan berjalan baik-baik saja.

Tentang kekuatan, bahwa aku bisa menjalani setiap detik kehidupan dengan sebaik-baik upaya, selalu bisa.

Itu cukup, bahkan lebih dari cukup untuk membuatku selalu menarik nafas dengan lega setiap kali menatap matanya.

Ada keheningan disana

Namun ada berbuncah rasa bahagia

Tak terukir kata.

Setiap kali berada di dekatnya.

Dalam radius aman, tentu saja.

Tidak, sekarang tak lagi sama. itu sudah berlalu begitu lama. Pukan sudah menemukan dunianya, jauh di sana. Belahan lain dunia. Dan aku di sini, juga dengan duniaku sendiri. Semua tak lagi sama.

Tentang rasa? Ah, jangan bertanya. Karena aku tak pernah tau jawabannya. Atau belum? Entahlah.

#OneDayOnePost
#TeruslahMenulis
 

5 comments:

Hanum said...

eyaaaa wafer wkwkwk

Dewie dean said...

Ciri2nya persis

Wiwid Nurwidayati said...

Pukan kemana?
Bikin baper aja

Ciani Limaran said...

Kayak kakak kandungku, cuek minta ampun, tapi suka ngabisin makananku, hhhaaa

Aku suka cowok kayak gitu hlo kak saki

Lisa Lestari said...

Pukan oh Pukan...

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©