Tuesday, 11 October 2016

Anakku Harus Jadi Apa?

| |



Foto ambil dari google

“Ihh, lucunya... anak siapa ini?” Yani begitu excited melihat foto Amira menggendong seorang bayi. Kebiasaan Yani, mengubek-ubek galery foto di HP sahabatnya tanpa permisi. Memang mereka sudah bersahabat sejak SMA, sampai sekarang masih sering berjumpa setiap kali Amira libur dan pulang ke rumah orang tuanya di daerah Tempel, ujung utara kota Jogja yang istimewa.
Jadi wajar jika “hampir tak ada rahasia diantara keduanya. Seperti sabtu sore ini, Amira sedang membersihkan taman di samping rumah ketika Yani datang. Setelah mengucap salam dan cupika-cupiki, ia langsung mengambil kursi di beranda sambil menunggu Amira menyelesaikan pekerjaannya.

“Apa sih, Yan? Foto siapa?” Amira berseru sambil mencuci tangan di pancuran pinggir taman. Yani baru sebulan menikah, untunglah ia dapat suami tak jauh dari rumah, jadi ia masih bisa sering bertemu Amira, sahabatnya tercinta yang masih jomblo meski hampir kepala tiga. Melihat foto bayi, mungkin membuatnya ingin segera menimang buah hati.

“Ini loh, foto di screensaver kamu. Bukan anakmu kan? Kok ngga rewel sih kamu gendong gitu? Ihh, lucu bangetttt....” kakinya berjingkrak-jingkrak, ekspresif sekali. Amira hanya memandangnya heran, lalu mendekat. “Oh, ini anaknya mba Ajeng. Seniorku di kantor. Cakep banget tuh bocah. Pengen kubawa pulang aja kalau boleh.” Ujar Amira diiringi tawa berderai.

“Ye, main bawa pulang anak orang. bikin sendiri sana!” Yani tak kalah ramai menanggapi.

“Hah? Dikira bikin anak kaya bikin adonan gitu?” Mereka tak bisa lagi tertawa pelan. Untung tak ada yang menegur mereka.

“Eh, ini anak pinter banget tau? Masa umur  3 bulan udah ngoceh banyak banget. Kayaknya dia bakat jadi public speaking besok. Hihi” Ujar Amira meredakan tawa Yani. “Iya iyalah, emaknya juga pinter ngomong kan?” karena ia tau, Mba Ajeng adalah manajer HRD di kantor Amira. Pantaslah kalau anaknya pintar.

“Iya, kaya anaknya mba Rani yang umur 4 tahun itu. Pede abis kalau ketemu orang. cakep pula. Pantes nanti kalau besar jadi public figure” Amira masih bersemangat bercerita tentang anak kawan-kawannya. Ia tidak menyadari ada sedikit perubahan di wajah sahabatnya.

“Iya ya, mereka pada pinter gitu. Nah anakku besok gimana ya?” Ucapan Yani sejenak menyentak hati Amira. Apa maksudnya? Ia hanya mengernyit tak paham.

“Mir, anakku besok gimana? Kan emak sama bapaknya pendiam. Mana bisa jadi public figure gitu? Tampang juga pas-pasan.” Ujarnya datar. Tapi jelas, Amira menyadari sahabatnya sedang merenungi nasib. Kalau tidak bisa dianggap menyesali pernikahan yang masih bau kembang. Ah, apa-apaan sih ni anak? Batin Amira tak mengerti jalan pikiran Yani.

“Hemm, buk buk...sadar woy... emang kamu pikir semua anak harus pinter  kaya mereka?” Amira mengguncang bahu Yani, menatapnya dalam-dalam. Lalu duduk di kursi sebelahnya. Kini ganti Yani yang tak mengerti.

“Ya kalik, kalau punya anak pinter kan keren Mir?” ia tak bisa menyembunyikan impiannya. Orang tua mana yang tak ingin anaknya pintar dan membanggakan dengan prestasi?

“Oalah, hmm... gini ya Yani sayang, kamu ngga harus bikin anakmu sama dengan anak orang lain.” Amira berusaha meyakinkan.

“Terus?” Yani meletakkan Hp Amira di meja, lalu malipat tangannya, menyimak ucapan Amira baik-baik. Ia siap jadi murid sore ini.

“Jadi gini, setiap anak itu lahir dengan kecerdasan masing-masing. Ada yang pinter matematika, ada yang pinter kimia, ada yang pinter otomotif, ada yang pinter administrasi, dan sebagainya. Nah, tugas orang tua bukan bikin mereka pinter di semua bidang itu. Tapi orang tua hanya bertugas menemukan dimana potensi anaknya, lalu memaksimalkan potensi itu. Jadi, misal anakmu besok ngga pandai matematika, ya harus tetap belajar sekedar biar dia ngerti. Tapi ngga harus pinter di bidang itu. Temukan bakat lain, misal renang, otomotif, atau lainnya...nah, kalau sudah ketemu maksimalkan saja. Kasih dia fasilitas. Kasih dia kesempatan berkembang. Yakin deh, dia ngga bakal kalah sama anak lain yang rangking satu di kelas.”

“Oh, ngga harus ya?”

“Ehemm..” Amira hanya mengangguk.

“Mir, kamu udah pantes itu punya anak. Nikah gih?” kalimat Yani reflek membuat mata Amira membelalak lebar. Yani hanya meringis.

“Huh, kamu ini kaya ngga tau aku aja Yan” Amira pasang muka acuh sekarang.

“Iya justru karena aku tahu. Makanya nyuruh kamu cepetan nikah. Ayolah, biar anak kita nanti bisa temenan..hehe”

“Emang kamu udah hamil?” selidik Amira

“Belum, “ Yani pasang muka polos, “Makanya kalau kamu nikah cepet siapa tau anak kita nanti sebaya. Jadi aku bisa nitip dan belajar mendidik anak dari kamu” lanjutnya.

“Huwaa, baik banget sih kamu Yan... tapi engga deh, besok aku pengen nikah dapet suami yang jauh aja.”

“Hah? Sama orang mana? Kamu ngga mau deket sama aku, ngga mau ketemu aku lagi abis nikah?” Yani benar-benar merajuk sekarang.

“Eh, bukan... bukan gitu. Maksudku kalau kita tinggalnya jauhan kan malah enak. Makin jarang ketemu makin kangen. Kalau ketemu jadi lebih berharga rasanya. Ngga bakal bosen. Hahaha” Amira merasa menang sekarang.

“Awas aja kalau sampai ngga bisa kuhubungi. Eh emang kapan kamu mau nikah sih? Kaya udah punya calon aja?” Yani mengejar Amira dengan banyak pertanyaan.

“May, Maybe next week, maybe next month maybe next year, maybe tomorrow after a few months” Jawab Amira enteng.

“Hah? Sebentar lagi dong? Kok kamu ngga bilang udah punya calon?”

“Ye, itu sih... rahasia!” Amira menatapnya serius, sedetik kemudian tawanya pecah berderai, terdengar merdu di telinga yani.

“Ih curang....” Yani protes.

“Doain aja lancar ya sayang...” Amira mengerling nakal. Lalu beranjak ke dapur. Meninggalkan Yani yang bengong sendiri.

#OneDayOnePost
#Parenting

5 comments:

Wiwid Nurwidayati said...

Senang bacanya dik saki..

Sasmitha A. Lia said...

Keknya ini kisah nyatanya mbak kifa..😆😆😆#dukunabal-abal

Lisa Lestari said...

Bagus de saki...

Unknown said...

Ihiirrr,,, anakku jdi apa y

Unknown said...

Ihiirrr,,, anakku jdi apa y

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©