Thursday, 6 October 2016

Mendefinisikan Perasaan

| |



Pernahkah kau melihat bunga-bunga bermekaran di taman? Lalu disekitarnya puluhan bahkan ratusan kupu terbang disekitarnya. Dan kini, kau tahu.. tidak hanya ratusan, tapi ribuan kupu serasa terbang berkeliaran dalam perutku. Seru, geli, membuncahkan sesuatu yang membuat perasaanku melambung, tinggi, terbang, begitu jauh. Mungkin ribuan kupu itu menerbangkanku, oh, atau sekedar perasaanku saja?

Aku bisa melihat warna warni indah kehidupan mewarnai setiap langkah. Gemerlap lampu taman dan gedung yang tinggi menjulang seolah mengajakku menari riang. Sejenak aku terpaku dan tak mampu berjalan. Mata mengerjap tanpa dapat dikendalikan. Namun kau tau, perasaanku melambung tanpa beban. Begitu ringan dan sangat mengagumkan.

Aku tak lagi peduli pada apa kata orang.

Aku tak peduli lagi pada teriakan.

Bahkan aku tak mendengar peringatan.

Aku hanya ingin merasa seperti ini, sebentar saja. Ah tidak, mungkin selamanya.

Bisakah?

Ah, mana mungkin dilamar oleh orang yang memang diam-diam mengisi hati seperti ini terjadi setiap hari.

Dan ajaibnya, semua tiba-tiba hilang, tanpa beban. Seolah semua itu mimpi, dan aku kembali menjejak bumi. Tapi tidak, aku masih terjaga di sini. Di depan layar dua belas inchi. Tapi tidak dengan perasaan, ribuan kupu itu masih saja terbang, memenuhi rongga perut, bahkan dada. Perasaanku masih membuncah.

Ya Tuhan....

Tak perlu waktu lama, hanya beberapa menit kemudian, dunia terasa terbalik. Bagaimana jika semua itu halusiasi semata? Bagaimana jika apa yang kurasakan itu sebatas imanjinasi saja? Ah, mungkin kau tau, atau pernah merasakan? Tidak, jangan. Mungkin setidaknya, kau bisa membayangkan, bagaimana jika seseorang tiba-tiba memiliki sayap. Tentu saja ia bahagia, sangat bahagia. Namun saat ia mencoba terbang dan melayang di ketinggian, sayapnya menghilang. Gravitasi bereaksi sesuai hukum bumi. Dan kau tahu, orang itu pasti jatuh berdebum jatuh, sakit! Atau bahkan bisa jadi, tubuhnya hancur tanpa bisa di kenali.

Apa yang kau rasakan jika seandainya orang tadi jatuh di hadapanmu? Tentu saja darah berceceran, mungkin mengenai tubuh dan pakaianmu. Anggota tubuh tak utuh lagi, dan jelas, ngeri!

Kawan, ini “hanya” tulisan. Kau tahu, tulisan itu tampak sederhana, namun hasilnya luar biasa. Ia bisa menjelma jadi motivator hebat, pedalang profesional, penyair kelas dunia, atau bahkan mutiara di dasar lautan.

Tulisan, hanya rangkaian kata dari 28 huruf ditambah 10 tanda baca. Namun bisa menggerakkan dunia, membuat kita tertawa, menangis, bahagia, bahkan sedih tak terkira. Ajaib bukan?

Tulisan, adalah satu dari sebagian cara lain untuk mendefinisikan perasaan.

Apa yang kau tuliskan, bukan sekedar simbol keabadian. Ia adalah keramaian dalam sepi suasana, warna dalam putih cuaca, atau hujan di ujung senja yang berwrna merah saga. Ia bisa mengecam, memaki, bahkan memuji, sesuai apa yang sedang atau ingin dirasakan oleh penulisnya. Tulisan, adalah salah satu cara mendefinisikan perasaan.

Maka menulislah, agar orang pahami maksud hatimu. Menulislah, agar rindu tak serupa luka yang membiru. Menulislah, agar perasaan tahu kemana harus sandarkan beban.

@OneDayOnePost
#Menulis

4 comments:

Ciani Limaran said...

Menulislah, agar tak berutang ODOP, eh :)

Lisa Lestari said...

hahaha..de cili ki

Lisa Lestari said...

hahaha..de cili ki

Wiwid Nurwidayati said...

Menulislah, agar rindu tak serupa luka yang membiru

jadi gimana gitu perasaanku..hiks hiks

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©