Tuesday, 4 October 2016

Santriwati Ngetrend

| |



Saat remaja sekarang sibuk ngomongin awkarin dengan segala tingkahnya yang menggemparkan dunia maya, atau sedang berfikir bagaimana caranya agar bisa terkenal mendadak seperti Anya Geraldine, Irma yang masih remaja memilih jalan berbeda.

Jika mau, Irma remaja bisa saja memilih mengikuti darah mudanya, nongkrong ke mall, shopping sesuai keinginan, atau sekedar jalan-jalan mengusir penat. Tapi tidak, sekali lagi ia menyadari bahwa dunia bukan kehidupan yang hakiki.

Irma yang beranjak remaja dan mulai mengenal islam mendapat dorongan dari adik dan orang tuanya untuk mengenal islam lebih dekat, belajar Islam langsung dari para ahlinya. Iya, keluarganya menyarakkan agar Irma melanjutkan pendidikan di pesantren.

Pesantren?

Iya, perantren adalah salah satu kosakata paling menyeramkan bagi remaja. Karena terbayang betapa “tidak enaknya” hidup di pesantren. Jauh dari keluarga, jauh dari sanak saudara, apalagi kamar dan bantal guling tercinta. Jujur, Irma remaja takut dan khawatir tidak bisa mengikuti pelajaran disana. Bagaimana mungkin ia yang selama ini terbiasa membaca kitab perjanjian, di pesantren harus menerima pelajaran berbahasa arab, pula? Oh, bahkan mengaji saja ia masih terbata.

Tapi bukan Irma jika tak ingin mencoba. Ia melihat adiknya, si Oy yang sudah lebih dahulu masuk pesantren. Oy berusaha keras meyakinkan kakaknya bahwa belajar di pesantren tidak menyeramkan seperti penjara, justru di sana akan ada acara makan bersama layaknya keluarga. Oy begitu antusias meyakinkan Irma untuk memperdalam agama. Sehingga di satu titik, Irma mau menerima usul adiknya.

Kehidupan asrama bagi remaja, tidak selalu menyenangkan. Tidak jarang Irma menerima perlakuan kurang menyenangkan dari teman-temannya. Namanya remaja, psikologi yang belum stabil cenderung membuat kehidupan sosial mereka sering menghadapi konflik. Tentu saja Irma sedih. Namun itu tak membuatnya menyerah. Kegigihannya belajar membuahkan hasil, Irma berhasil meraih juara pertama pada kelas takhassus. Prestasi yang sempat membuatnya tak percaya, tapi itu nyata.

Tidak semua remaja merasakan nikmatnya kehidupan pesantren, fokus mencari ilmu meski jauh dari orang tua dan belaian kasih sayang keluarga. Bahkan jika sakit, rasanya tetap sendri meski banyak ustadz ustadzah dan teman yang memberi perhatian. Hanya mereka yang mendapat hidayahNya yang bisa menikmati dan menyelesaikan kehidupan pesantren dengan segenap hati dan keimanan. Irma remaja, adalah salah satunya.

Mungkin, kahidupan Irma saat di pesantren tampak biasa saja bagi yang melihatnya, tidak jauh berbeda dengan remaja lain yang memilih jalan hidup serupa. Namun sungguh, perjalanan itu berarti sangat banyak bagi siapapun yang mengenalnya lebih dekat.

Cerita tentang keseharian Irma remaja semasa di pesantren Ngruki menjelaskan kepada kita, bahwa pesantren bukanlah tempat pengkaderan para teroris seperti yang dikira banyak orang saat ini. Justru pesantren adalah tempat yang paling tepat dimana para remaja harusnya berada. Iya, agar mereka tidak tersesat dan terjerumus ke lembah maksiyat seperti halnya apa yang sering terjadi di sekitar kita.

Kehidupan pesantren mengantarkan Irma remaja dalam pusaran ilmu dan pengetahuan agama yang tiada habisnya. Meneguhkan langkahnya untuk semakin yakin, bahwa Allah telah menuntun hatinya di jalan yang benar. Bahkan sampai saat ini, ketika tubuhnya tak lagi remaja dan menjelma menjadi bunda bagi remaja generasi berikutnya, bunda Irma merasa bahwa kehidupan pesantren itulah yang membuat perjalanan hidup selanjutnya menjadi luar biasa.

Novel ringan berjudul “Santriwati Baru”, layak menjadi rujukan bagi remaja sekarang, agar mengenal kehidupan santriwati dan kehidupan di pesantren.  agar semakin banyak santriwati ngetrend di negeri ini. Agar mereka lebih bijak memilih, kehidupan macam apa yang harusnya dijalani.

Terima kasih bunda Irma telah berbagi cerita, seri selanjutnya kami tunggu ya....

#OneDayOnePost

10 comments:

Dewie dean said...

Huaaa dari Tulisan yang di post di FB jadi inspirasi. Mantap...awkarin jdi masuk blog kak saki

Dewie dean said...

Huaaa dari Tulisan yang di post di FB jadi inspirasi. Mantap...awkarin jdi masuk blog kak saki

MS Wijaya said...

bukunya bunda irma emang kece :)

Lisa Lestari said...

belum kubaca buku bunda irma..masih dibaca anakku..

Lisa Lestari said...

belum kubaca buku bunda irma..masih dibaca anakku..

Sasmitha A. Lia said...

Aku anak pesantren loh..#ehh😂

Irma Anggraini Adi said...

Wahh terima kasih mbak Kifa atas apresiasinya.. kisah saya di pesantren berkenan dibahas dalam cerita di blognya mbak Kifa ini.. :) :) Harapan saya semoga selalu menginspirasi..Untuk seri berikutnya masih sedang digarap mbak.. Insya Allah lebih seru.. :D

Irma Anggraini Adi said...

Terima kasih mas Septian.. :) Saya yakin nanti buku mas Septian juga bisa lebih keren..

Irma Anggraini Adi said...
This comment has been removed by the author.
Irma Anggraini Adi said...

Wahh terima kasih mbak Kifa atas apresiasinya.. kisah saya di pesantren berkenan dibahas dalam cerita di blognya mbak Kifa ini.. :) :) Harapan saya semoga selalu menginspirasi..Untuk seri berikutnya masih sedang digarap mbak.. Insya Allah lebih seru.. :D

Post a Comment

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Search This Blog

Powered by Blogger.
 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©