Apa bentuk bumi yang anda yakini?
Apakah bulat? Seperti yang kita
pelajari dalam ilmu sience di sekolah
dasar hingga perguruan tinggi. Teori yang menguatkan anggapan ini banyak
dijelaskan oleh NASA, ilmuwan internasional, seminar bahkan bukti-bukti rekaman
video dan gambar dari luar angkasa. Imajinasi yang luar biasa juga digunakan
oleh para novelis dan penulis script film tentang kehidupan alam semesta.
Sehingga dengan mudah kita bisa meyakini, benar bahwa bumi ini berbentuk bulat.
Atau datar? Seperti yang viral
diberitakan media sosial sejak 2015. Videonya bisa dengan mudah kita akses di
youtube. Tulisan tentang flat earth
dalam bahasa indonesia juga sudah banyak beredar di google. Tinggal kita mau
membaca, atau tidak. Sebenarnya teori ini juga sudah cukup berumur. Flat Earth Society atau dikenal sebagai International Flat Earth Society / International Flat Earth Research Society,
adalah sebuah organisasi interasional yang didirikan oleh Samuel Shenton pada
tahun 1956 di California. Organisasi ini sempat tidak aktif pada 2001 dan
diaktifkan kembali baru-baru ini oleh Daniel Shenton.
Kedua teori tersebut memiliki dasar
yang sama kuat. Perdebatan mengenai bentuk bumi sudah berlangsung sejak
beberapa abad yang lalu. Dan hingga sekarang, belum menemui titik temu. Kita bisa
berdebat dengan anggapan masing-masing. Menganggap benar apa yang kita yakini.
Ya, bukankah kita hanya bisa menganggap benar setelah yakin? Atau tahu bahwa
itu benar baru bisa diyakini? Ah, pikirkan baik-baik. Mana yang seharusnya
didahulukan: keyakinan atau bukti kebenaran?
Sebagai muslim, saya tidak ingin
meyakini salah satu dari kedua teori tersebut. Kesimpulannya: saya belum yakin
apa bentuk bumi sebenarnya, dan belum bisa menentukan mana yang benar dari
kedua teori tersebut. Ya, karena agama saya mengajarkan bahwa yang harus
diyakini kebenarannya adalah setiap hal yang sesuai dengan kitabNya: Al Qur’an.
Itulah kebenaran mutlak yang tidak terbantahkan; menurut pemahaman saya.
Lalu apa yang dikatakan Al Qur’an
mengenai bentuk bumi?
Sebelum membahas lebih jauh, mari
kita akui kenyataan bahwa setiap hari kita mengalami pergeseran waktu. Dari
siang ke malam, dari malam kembali ke siang. Kita menyaksikan matahari beredar
pada garis yang tepat, pada waktu yang tepat. Tidak pernah tercatat dalam
sejarah manapun, kita yang hidup di Indonesia, melihat matahari terbit jam 12
siang atau tiba-tiba muncul dari timur pada jam tiga sore. Kekacauan semacam
itu hanya akan terjadi pada hari kiamat, bukan?
Apakah pergeseran matahari itu
gerakan perspektif, bukan peredaran benda langit melalui orbit?
Di waktu yang lain, kita pernah
menyaksikan gerhana bulan, gerhana matahari, cuaca dan musim yang silih
berganti. Semua berjalan begitu teratur karena kita yakin ada yang mengaturnya.
Semua fenomena tersebut didukung dengan ilmu pengetahuan yang kita pelajari di
bangku sekolah. Tentang pergantian siang dan malam, musim, adanya gerhana dan
sebagainya, adalah akibat dari rotasi dan evolusi bumi. Kita yakin bahwa bumi
ini berbentuk bulat, berputar dalam porosnya dan mengelilingi matahari sesuai
orbitnya. Begitu?
Kita melihat bulan tampak beredar
menurut orbitnya. Tidak melenceng walau ribuan tahun. Apakah dia bergerak
karena gravitasi bumi? Lalu kenapa tidak jatuh? Kemudian satelit yang katanya
menembus atmosfer, terbang di ruang tanpa gravitasi, bukankah bulan jaraknya
lebih jauh lagi, kenapa satelit tidak tertarik gravitasi bumi dan jatuh?
Ini baru kejadian sehari-hari yang
pernah kita alami. Tapi jujur, diantara kita belum pernah ada yang membuktikan
semua teori tersebut di dunia nyata, bukan?
Zaman semakin modern dan peralatan
yang berhasil diciptakan manusia semakin canggih. Kamera, pesawat, satelit,
bahkan misi ke ruang angkasa. Apakah semua bisa dipercaya?
Teori flat earth yang dicetuskan oleh para flatter akhir-akhir ini tampak ingin mematahkan semua teori
tersebut. Dengan berbagai data pendukung seperti jurnal, catatan perjalanan,
peta dunia datar para petualang dan pelaut jauh sebelum perhitungan tahun
masehi dimulai, sampai clue yang
disampaikan dalam berbagai film modern seperti The Hunger Games: Catching Fire, iklan Hennesy dengan teori firmanent-nya,
Under The Dome, dan banyak film lain
yang diam-diam (kalau tidak bisa disebut terselubung) menyampaikan fakta bahwa
sesungguhnya bentuk bumi ini datar. Dilengkapi dengan sebuah kubah tak tembus manusia
dan segala peralatan ciptaannya yang dianggap sebagai langit.
Tentu tulisan ini akan menjadi sangat
panjang jika harus memaparkan fakta dari kedua kubu yang berusaha saling
mematahkan. Sebuah perdebatan dengan data-data akurat, bukan debat kusir yang
tidak berujung. Sebagai orang awam, saya lebih menikmati perdebatan pengetahuan
itu sebagai bukti bahwa sesungguhnya kekuatan manusia untuk memahami tempat
tinggalnya sendiri masih sangat terbatas, masih jauh sekali dibawah kekuasaan
Tuhan yang menciptakan semesta sedemikian kompleks dan teratur.
Apakah bulan, bintang, itu terletak menempel
di kubah bumi yang disebut firmanent
oleh para flatter? Atau beredar
mengitari bumi jika benar bahwa bumi ini berbentuk bulat?
Kejanggalan-demi kejanggalan tampak
dalam kedua teori tersebut. Jika teori jarak antara bumi-bulan dan matahari,
serta diameter ketiga benda langit yang disampaikan oleh NASA dan kubunya dianggap
salah oleh para flatter, apakah kemudian sesungguhnya bumi, bulan dan matahari
bentuknya memang lebih kecil dari perkiraan selama ini? Tapi jika benar bahwa ukuran
bumi, bulan dan matahari tidak terlalu besar, kenapa manusia belum bisa
menembusnya?
Menurut data flatter, roket atau misi keluar angkasa belum bisa menempuh jarak
lebih dari 400 km dari permukaan bumi. Sementara jarak dari bumi ke bulan
adalah 4000 km. Apakah berita bahwa Neil Amstrong pernah ke bulan itu bohong? Benarkah
dia hanya mau di wawancara sebanyak 2 kali setelah misi tersebut dan menyatakan
berhenti dari program NASA setelah kembali ke bumi?
Fakta yang membuat pusing kepala
itulah, yang membuat saya menarik diri untuk meyakini salah satu dari keduanya.
Anggap saya belum tahu apa bentuk bumi sebenarnya, ada dua kemungkinan menurut
para ilmuwan: bulat (atau bulat lonjong), dan datar, seperti piringan yang
terbang layaknya pesawat ruang angkasa karya imajinasi kreator film modern
kita.
Mungkin benar bahwa manusia belum
bisa menembus batas keduanya, membuktikan teori dengan fakta tanpa rekayasa. Manusia
baru bisa menembus jarak 400 Km ke atas
dan mengebor sejauh 12 Km ke dasar bumi. Sama sekali belum apa-apa dibanding
jarak yang dipaparkan masing-masing teori.
Jadi, kebenaran kedua teori tersebut?
Selama masih saling mematahkan, belum bisa dinyatakan mana yang paling benar.
Enam masa, waktu yang disebut dalam
kitab suci untuk menciptakan langit dan bumi. Mengenai garis orbit, Allah
menegaskan dalam Q.S. Ibrahim ayat 33:
33.
Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus
beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.
Dalam Q.S Al Anbiya’ ayat 33:
33. Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan
bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.
Perhatikan kata: beredar dalam
garis orbitnya. Bentuk apa saja yang memungkinkan sebuah benda beredar,
dalam garis orbit? Apakah sebuah piringan raksasa bisa beredar melalui sebuah
garis orbit? Ayat inilah yang membuat sebagian ilmuwan muslim menganggap bentuk
bumi bulat, namun tdak bulat penuh. Tepatnya, agak lonjong.
Tentang matahari dan bulan, dijelaskan
dalam Q.S. Yaasin ayat 38-40:
38. Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan
yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.
Dalam ayat ini, ada kata: berjalan
di tempat peredarannya (orbit). Jadi, matahari berjalan? Ke mana?
39. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga
(setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk
tandan yang tua[1267].
Manzilah: lintasan, garis edar,
orbit.
40. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak
dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
[1267] Maksudnya: bulan-bulan itu
pada Awal bulan, kecil berbentuk sabit, kemudian sesudah menempati
manzilah-manzilah, Dia menjadi purnama, kemudian pada manzilah terakhir
kelihatan seperti tandan kering yang melengkung.
Apakah yang dikatakan flatter tentang orbit, peredaran bumi,
bulan dan matahari? Apakah siang dan malam benar terjadi akibat gerakan
perspektif matahari?
Tujuh lapis. Adalah langit yang sudah
diciptakan sang pemilik semesta. Ada di Q.S. Nuh ayat 15:
15. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh
langit bertingkat-tingkat?
Ayat-ayat tersebutlah yang lebih
layak diyakini kebenarannya. Karena berasal dari zat yang maha hidup, penguasa
sekaligus pencipta alam semesta. Ayat-ayat yang menuntut manusia untuk
membuktikan kebenarannya. Siapa yang lebih mengetahui segala sesuatu dibanding
penciptanya? Tidak ada. Kebenaran Al Qur’an tidak bisa dinafikan, sampai
sekarang tidak satupun teori berhasil mematahkan bukti kebenarannya. Bahkan
yang terjadi adalah, alam, ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi dari
masa ke masa semakin banyak membuktikan kebenaran ayat-ayatNya. Maka disanalah,
seharusnya kebenaran bermuara.
Lalu apa yang dikatakan Al Qur’an terkait
bentuk bumi? Apakah dia bulat atau datar?
Tidak satupun ayat yang jelas
menyatakan apa bentuk bumi, bulan, bintang, bahkan matahari. Apakah bulat,
lingkatan, seperti pring datar atau ada bentuk lain? Q.S. Nuh ayat 19
menegaskan:
19. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan,
Apakah “hamparan” disini berarti bumi
datar? Atau hamparan dalam pandangan manusia dimana sejauh mata memandang, kita
tidak bisa melihat batas bumi kecuali garis yang menyatukannya dengan laingit?
Allahu a’lam. Ulama sendiri terbagi dalam pendapat yang berbeda. Beberapa
menyatakan bumi ini datar, namun ada juga yang menyatakan bahwa bumi ini bulat.
Tentang siang dan malam, Al Qur’an
memaparkannya dalam puluhan ayat. Bacalah! Atas nama Tuhanmu yang menciptakan.
Jika kita ingin menembus langit dan bumi sekalipun, dipersilahkan. Allah
menegaskannya dalam Q.S. Ar Rahman ayat 33 berikut ini:
33. Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali
dengan kekuatan (dari Allah).
Tembuslah!
Wahai para pelajar, calon ilmuwan
masa depan, jangan lenakan diri dengan hal-hal sepele dalam hidup. Masih banyak
hal penting yang perlu kita prioritaskan. Sebelum langit terbelah dan menjadi
merah mawar seperti kilauan minyak.
“Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti
(kilapan) minyak.” (Q.S. Ar Rahmaan: 37)
Disanalah, dan pada banyak hal lain
disekitar kita. Tidak ada satupun pertanda yang bisa membuat kita mendustakan
nikmatNya. Bumi, langit dan semua isinya dalah sumber pengetahuan. Al Qur’an
adalah sumber kebenaran. Maka tugas kita sebagai muslim, ada diantara keduanya.
Membenarkan Al Qur’an dengan fakta pengetahuan. Akan sanggupkah kita?
Eh, kenapa kebanyakan ayat Al Qur’an
yang bicara tentang langit dan bumi ada di ayat ke 33? Adakah hubungan tidak
langsung dengan ordo freemansory yang tingkat tertingginya adalah 33? #IgnoreThisSection
Percayalah, kebenaran akan terungkap
pada waktu dan oleh tangan yang tepat.
Semoga generasi muslim semakin
semangat menjelajahi ilmu pengetahuan. Membenarkan yang benar dan menyalahkan
yang salah. Hanya kepada Allah-lah kita patut memohon petunjuk dan kekuatan.
#OneDayOnePost
#Challenge
#MysteriAnalyze
3 comments:
Mantaaaaab kak ....
Luar biasa. Kajian ilmiah..
Geleng-geleng ....
lengkap banget ulasannya.
Post a Comment