Abang, adik lelah bang...
Boleh pinjam bahu kokohnya?
Sebentar saja, bang...
Buat mengurai rasa gelisah
Syukur bisa mengusir rasa ingin menyerah
Sebentar saja, abang...
Ijinkan adik bersandar di bahumu yang kokoh
Lalu kita saksikan senja yang perlahan roboh
Jika masih boleh
mengingat sakitnya kecewa
Abang, adik ingin tumpahkan cerita
Tentang teganya dunia hancurkan rasa percaya
Apakah memang begitu adanya?
Atau hati adik yang terlalu rapuh menimang pesonanya?
Abang, mungkin kau benar
Tidak ada lelaki baik yang tersisa
Mungkin mereka semua sudah ada yang punya
Lalu bagaimana nasib adik nantinya?
Apakah lantas harus mengijinkan mereka menjadikan yang
kedua,
Lalu menyakiti hati wanita yang bersanding di sebelahnya?
Tidak, bang.
Lebih baik adik sendiri sekarang
Menikmati senja yang perlahan tenggelam
Bukankah esok ia kan kembali menawarkan harapan?
Membuka lembara masa depan
Memintaku kembali mencatat daftar keinginan
Abang, biarkan adikmu tetap berharap
Mencatat setiap mimpi tanpa peduli harus bagaimana nanti
Bukankah apa yang terjadi adalah yang kita yakini?
Abang, terima kasih.
Sebentar itu kini usai
Aku tak lelah lagi
Bahu kokohmu mengurangi beban hatiku
Abang, biarkan adikmu masih berharap
Pada lelaki baik yang akan datang menawarkan masa depan
Menjaga setiap langkah dalam iman
Dan ketaatan pada Tuhan
Abang, adikmu lebih kuat saat ini
Karena senyummu yang menenangkan itu
Menyiram debu gelisah yang tadi beterbangan
Memapahku bangkit dari rasa ingin menyerah
Terima kasih
3 comments:
"Sama2 dik," ujar abang
Lah aku kok baper. Ini kenapa ya? Hahaha
Uhuy
Post a Comment