3 April 2017
![]() |
Antrian masuk yang mengular hingga hampir 200 meter |
Menjadi bagian dari 6000 orang yang terpilih melalui seleksi online untuk bertemu ulama perbandingan agama yang sudah dikenal dunia adalah sebuah kesempatan berharga. Belum tentu tahun depan atau beberap atahun berikutnya beliau bisa berkunjung lagi, kan?
Shubuh kali ini berbeda. Agenda mandi pagi menjadi sangat utama. Rajin, ya? Maklum, target berangkat dari rumah sekitar jam 5.30. Pagi amat? Gimana ya, secara open gate buat peserta public lecture di jadwal tertera jam 6-7 pagi! Sedangkan perjalanan dari rumah ke Sportorium UMY bisa jadi sekitar 90 menit. Itu Jogja bagian tepi barat, sudah masuk Kabupaten Bantul, sedangkan aku tinggal di belahan Jogja bagian selatan lantai dua. Cari saja di peta. Hehe...
Alhamdulillah, jam 6.50 sudah masuk gerbang kampus UMY, dan wow!!! Parkir depan sudah penuh semua! Jangan-jangan peserta yang lain sudah nginep di sini semalam? So, what should i do? Terpaksa ikuti aja arahan panitia keamanan, yang siaga mulai dari gerbang sampai masing-masing kantong parkir. Akhirnya dapat parkir di pojok kampus bagian utara. Sementara Sportorium ada di bagian kampus ujung selatan. Lengkap sudah.
Tapi berhubung banyak yang “senasib”, jadi enjoy aja jalan kaki hampir satu kilometer ke venue. Dan.... antrian masuk sudah mengular sekitar 200 meter dari pintu sportorium. Aku memilih balik kanan, menuju masjid. Lumayan, daripada capek berdiri nunggu antri, mending kan dhuha dulu.
![]() |
Bagian kiri gedung perempuan, bagian kanan laki-laki |
Balik lagi ke tempat antrian, masih cukup panjang. Aku segera masuk barisan. dibelakang masih ada beberapa meter lagi. Kami menunjukkan tiket dan ID Card yang sesuai. Sampai di pintu masuk, tas kami digeledah. Benar-benar pengamanan ketat yang diterapkan. Beberap abarang seperti parfum dan entah apa saja yang abnyak ditemukan dalam tas wanita, ditahan di meja depan. Untung sih, aku ngga biasa bawa barang masam-macam dalam tas, kecuali yang memang sangat penting seperti dompet, HP, sama mukena. Jadi proses disini cepat, hanya dibuka, dilihat, lalu dipersilahkan masuk.
Alhamdulillah, tempat duduk peserta dipisah antara lelaki dan perempuan. Bayangkan kalau ribuan orang ini tidak diatur begini, ah, pasti tidak nyaman sekali.
Sekitar jam 8 semua peserta sudah masuk ruang, hiburan nasyid dengan artis lokal sudah menghibur sejak jam 7.30, suasana cukup tertib dan semua tampak aman terkendali. Sambil menunggu, kusempatkan tilawah sebentar setelah berkenalan seperlunya dengan tetangga sebelah.
Sekitar jam 8.30, pembawa acara mengumumkan bahwa pembicara sudah menuju sportorium. Peserta mulai tegang, seperti menunggu pembicara dari luar angkasa, venue mendadak lengang. Namun yang ditunggu tak kunjung datang. Presenter mengingatkan seluruh hadirin untuk tidak mengambil foto jika Ibu Farhat Naik ikut masuk venue. Beliau tidak berkenan diambil foto, begitu pesan presenter. Namun Dr. Zakir Naik berkenan diambil foto, jadi tidak masalah jika sempat berfoto dengan beliau.
Proses masuk ke Sportorium cukup menyita waktu. Pertama karena beberapa hadirin memaksa untuk mengambil foto di depan venue, terpaksa pembicara tertahan di depan. Kedua, karena pembicara sempat batal wudhu, sehingga perlu dibawa kembali ke ruang dekan (di gedung yang berbeda) untuk mengambil wudhu sebelum masuk ke venue. Masya Allah, beliau orang yang sangat menjaga wudhunya. Khas ciri seorang ulama. Pantas jika ada aura tak kasat mata yang mampu menyihir ribuan orang dalam setiap ceramahnya.
Tulisan ini hanya mengulas sampai ceramah Dr. Zakir Naik di sesi materi. Selanjutnya, untuk sesi tanya jawab akan disampaikan di bagian berikutnya. Sabar ya....
Setelah beliau siap, masuk dikawal pasukan pengaman dari provos dan sejumlah “orang penting” yang mendampingi, para hadirin tidak diperkenankan berdiri untuk menyambut beliau. Sungguh, beliau lebih tawadhu’ dari seorang presiden direktur!
Poin pentig yang beliau sampaikan adalah, tidak ada yang salah dengan kata “fundamentalist dan ekstrimist”. Dalam kamus oxford disebutkan bahwa fundamentalist adalah orang yang berpegang teguh terhadap apa yang diyakini, menjadikan ajaran dan kitab suci sebagai prinsip dan pegangan hidup. Sedangkan ekstrimist berarti orang yang bersungguh-sungguh, sangat, hebat sekali, keras dalam bersikap. Apa yang salah? Tidak ada. Justru memang seharusnya begitulah manusia bersikap, tegas. Terutama terhadap apa yang sudah diyakini.
Islam adalah agama fundamentalis, yang menuntut pemeluknya untuk bersungguh-sungguh melaksanakan ajarannya, tidak setengah-setengah. Fundamentalis berarti memahami dengan baik. Profesi apapun menuntut setiap orang untuk menjadi fundamentalis. Seorang ilmuwan yang baik adalah ilmuwan yang fundamentalis. Dr. Zakir Naik dalah seorang dokter muslim yang fundamentaslis, dan beliau bangga dengan hal itu. Tidak ada yangs alah dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Seorang nasrani yang baik adalah nasrani yang paham dengan semua isi bibel dan meyakininya. Dengan begitu dia bersikap fundamentalis. Begitu juga penganut agama lain, menjadi fundamentalis ketika mereka konsisten dengan ajaran agamanya.
Justru jika seorang muslim tidak bersikap fundamentalis, tidak bersikap ekstrim terhadap agamanya sendiri, perlu diragukan seberapa yakin sebenarnya ia terhadap keyakinannya?
Betul bahwa Islam adalah agama yang intoleran, terhadap kejahatan, pemerkosaan, pencurian, dan serangkaian perbuatan buruk manusia. Islam mengajarkan untuk memberi hukuman yang berat untuk kelas “dosa besar”. Tidak ada toleransi dalam hal-hal demikian.
Namun, Islam sekaligus adalah agama paling toleran terhadap keadilan, kejujuran, kebaikan, charity, dan hubungan baik antar manusia. Kehidupan manusia diatur sedemikian rupa dalam islam melalui pernikahan, kekerabatan, warisan, dampai masalah kepemimpinan. Semua dalam rangka menjunjung tinggi toleransi dalam kehidupan bermasyarakat.
Islam adalah agama yang penuh kedamaian, jika semua pilar dan hukum dalam ajarannya bisa dilaksanakan dengan baik. Setiap muslim adalah “agen” bak bagi dirinya sendiri, keluarga, lingkungan, dan semua orang yang mengenal atau berhubungan dengannya. Itulah kenapa Islam harus dipahami secara menyeluruh, tidak setengah-setengah. Kewajiban kita adalah terus belajar dan memperbaiki diri, men-judge segala sesuatu berdasarkan ajaran agama, bukan praduga semata.
Sementara, inilah inti ceramah Dr. Zakir Naik di UMY tangga l3 April 2017. Untuk sesi tanya jawab, silahkan simak part berikutnya. Dan untuk lebih lengkap, bisa simak video yang sudah banyak diunggah di youtube atau channel lain. Ada subtitlenya kok, jangan khawatir.
3 comments:
Hikssss... Tetiba sesek..
Pengen hadir T_T
#cussyoutube
Nunggu part 2 dalam kelas
Baca tulisan mb Kifa selalu bisa membawaku masuk kedalam setiap gerak dan nafasnya. Aku seperti berada di tempat itu... Makasih ya...
Post a Comment