1.
“Siapa saja yang mampu dan dipercaya rakyat, pemimpin yang
adil meski itu non muslim tapi jujur, itu lebin baik daripada pemimpin muslim
tapi zalim.”
Semoga kita belum lupa, itulah kalimat yang dilansir beberapa
media dari ucapan pemimpin NU, yang merupakan salah satu organinsasi masyarakat
terbesar di Indonesia, Prof. Dr. KH Said Agil Siradj. Mungkin kita juga belum
lupa, kalimat itu menuai kontroversi beberapa pihak yang menganggap bahwa
dengan mengatakan seperti itu, sang kyai mendukung paslon non muslim.
Benarkah
demikian?
Situr resmi NU sudah mengklarifikasi pandangan masyarakat
terkait ucapan tersebut. Namun rasanya belum basi membahasnya disini, mengingat
balada pilkada belum berakhir dan supaya kita bisa belajar lebih banyak lagi.
Kalau kita mau “googling” sedikit saja, tentang profil sang
kyai, pasti jadi tahu siapa dan bagaimana kemampuan akademik beliau. Gelar yang
tersemat pada namanya, jelas diperoleh dengan usaha maksimal yang tidak
sia-sia, sekaligus menjadi bukti bahwa beliau memiliki kemampuan intelektual di
atas rata-rata. Jadi, rasanya mustahil jika ada orang menganggap beliau salah
bicara, sebagai seorang muslim terutama. Kecuali yang bicara itu punya
kedangkalan intelektual yang tidak bisa diakui begitu saja. Hehe...
Kata Prof. Riawan Amin, “Hati-hati, itu orang pinter yang
ngomong. Ngga bisa dipahami gitu aja. Musti dipikirin.” Memang betul, orang
pintar kalau ngomong pakai dipikir. Beda dengan orang bodoh yang cenderung
ngomong dulu sebelum mikir. Jadi, kita termasuk yang mana? Let’s judge our
self, not other.
Mari kita bicara fakta dan logika.
Kalimat yang diucapkan oleh sang kyai tersebut dikutip dari
kitab Al Hisbah fi Al Islam aw Wadzifah
Al Hukumah Al Islamiyah (hal. 7 dalam cet. Dar El Kutub El Imiyyah Libanon)
karya Ibnu Taimiyah. Seorang ulama dunia yang kita kenal dengan keshalihannya.
Tapi ilmu yang beliau tulis tidak bisa kita telan mentah-mentah tanpa
mencernanya. Salah satu ciri ilmu adalah dia tidak bisa diambil secara parsial,
karena akan cenderung merusak tatanan utuh dan membiaskan pesan intinya. Begitu
juga dalam kalimat ini. Satu kalimat dari satu bab yang disitir bebas tanpa
penjelasan, bisa jadi menyesatkan.
Lalu apa maksudnya?
Ada penjelasan lain yang harus disampaikan juga sebagai
pelengkap kalimat tersebut. Ada pembahasan mengenai pemilihan pemimpin.
Sungguh, tidak seorangpun ulama shalih yang berani menganjurkan untuk memilih
pemimpin non muslim!
Jelas sekali, perintah Allah di
dalam Al Qur’an, Surah Ali Imran ayat 28: “Janganlah orang-orang mukmin
mengambil orang-orang kafir menjadi wali[192] dengan meninggalkan orang-orang
mukmin. barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan
Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari
mereka. dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan hanya
kepada Allah kembali (mu).”
[192] Wali jamaknya auliyaa:
berarti teman yang akrab, juga berarti pemimpin, pelindung atau penolong.
Masih mau ngeyel dengan perintah
Allah? Jelas sekali loh, itu fi’il nahiy, yang berarti tegas: LARANGAN!
Memang, apa sih dampaknya? Maaf,
soal ini mungkin penjelasannya akan lebih panjang. Kita bahas di tulisan
berikutnya ya? Insya Allah.
Sekarang kita fokus, pada apa yang
sudah diucapkan salah satu kyai sekaligus pemimpin ormas terbesar di negeri
kita tercinta. Apa maksudnya? Tidak, beliau tidak sedang menganjurkan siapapun
untuk memilih pemimpin non muslim! Justru beliau menuntut siapapun, terutama
umat islam untuk berpikir. Tidak ada yang salah dari kalimat beliau, karena
dalam penafsiran panjangnya, begini:
“Siapa saja yang mampu dipercaya
rakyat (yang mayoritas muslim), pemimpin yang adil meski itu non muslim
tapi jujur, (lihat poinnya: jujur, sekaligus “adil”) itu lebih baik daripada
pemimpin muslim tapi zalim.” Kita perlu cermati kalimat terakhir, pemimpin yang
zalim. Itu yang seperti apa? Ada contohnya, seperti Ayatolah Khomaini, Muammar
Khadaffi, yang membunuh, menyiksa, bahkan menghancurkan bangsa dan negaranya
sendiri. Nah, sekarang adakah calon pemimpin yang sudah nyata terbukti
bertindak zalim sehingga tidak layak dipilih meskipun dia muslim? Kalau tidak,
berarti kewajiban memilih pemimpin muslim itu masih berlaku! Begitu maksud
beliau.
Apa iya calon pemimpin non muslim
itu lebih baik? Jujur dan adil? Dengan segala perangai dan kalimat kasarnya,
juga kebijakan yang banyak mendapat koreksi para ahli. Kalian sudah mengaku
pintar, maka semoga memang-benar-benar pintar menentukan pilihan. Berpikirlah
jauh ke depan, temuilah berbagai fakta dan sesuaikan dengan teori kehidupan,
Jangan lupa, sertakan iman dan pegang kuat-kuat.
Lalu benarkah pemimpin muslim
akan lebih baik sesuai janjinya? Masih ragu untuk lebih mendukung pemimpin
muslim? Ia tidak akan bisa menjamin apa yang akan terjadi satu atau dua tahun
berikutnya. Bisa jadi semua berjalan seperti rencana, atau bahkan sebaliknya.
Ah, berapa pemilu sudah kita
lewati? Lalu berapa kali anda sertakan suara untuk memilih pemimpin? Dan mash
ingatkah hasilnya? Survey membuktikan bahwa mayoritas dari kita, kecewa setelah
musim pemilu. Karena pemimpin yang terpilih tidak menepati janji-janji selama
kampanye. Atau minimal, kenyataan yang ada tidak sesuai harapan. Pertanyaannya
sekarang, sudah siapkan menerima kekecewaan berikutnya?
Yang terpenting adalah, bahwa
prinsip seorang pemimpin akan mewarnai kepemimpinannya. Siapa dan apa yang ia
perjuangkan akan menjadi pertimbangan terbaiknya. Maka, pahamilah jangan hanya
sosok calonnya, tapi juga kekuatan yang ada dibaliknya.
Hidup ini sangat kompleks kalau
kita mau pikirkan semuanya. Tapi sebagai muslim, konsekwensi kita jelas untuk
menaati kitab suci. Apapun alasannya, tidak ada yang bisa memisahkan agama,
keyakinan yang kita miliki dengan kehidupan. Politik sekalipun! Mau pakai
logika apa memisahkan keduanya?
Kalau mau berdebat, silahkan. Tapi
pesan saya, berpikirlah sebaik mungkin sebelum berkata. Jangan berkata sebelum
berpikir, itu tidak cerdas.
Terima
kasih sudah membaca ^_^
4 comments:
Cerdass!!!
Setuju kak sakii
Belum dijelasin pandangan politik beliau gimana , dalam hal ini ttg dukungan ke paslon mana. Klo memang condong ke paslon 2 emang berabe.
Pemimpin non Muslim yang adil lebih baik Dari pemimpin muslim yang zalim.
Pertanyaannya apa ahok adil? Apakah anies zalim?
Setuju.... Mari belajar...
Post a Comment