1.
The
Green Evil
Money, money money.
"l believe
that banking institutions are more dangerons to our liberties than standing
armies. The
issuing power (of money) should be taken away from the banks and restored to
the people to whom it properly belongs."
Thomas Jefferson
Fiat money berwujud uang kertas hingga saat ini menjadi alat transaksi yang sah.
Mudah dibawa, aman, dan legal sebagai simbol kekayaan. Meskipun hakikatnya,
nilai lembar-lembar kertas itu jauh lebih rendah dari angka yang tertera.
Manusia mulai dari rakyat jelata, pejabat, konglomerat hingga aristokrat
menjadikan uang sebagai simbol kemapanan sosial, kekuatan pengaruh, dan sarana
eksistensi diri.
ILUSI!
Inilah penyebab utama ketidakseimbangan sektor
moneter (keuangan) dengan sektor riil. Uang yang tertera dalam catatan lembaga
keuangan dan seluruh ang beredar di masyarakat, jumlahnya jauh lebih besar dari
barang yang ada. Mengingat bentuk uang yang mudah diciptakan tanpa back up, jangan
kaget bahwa secara sederhana, satu buah jeruk bisa sebanding dengan uang
sebesar Rp. 20.000 (ini bukan hasil penelitian, hanya perumpamaan, faktanya
bisa jadi kuran, atau bahkan lebih dari itu). Dalam fakta yang lebih sederhana,
harga satu ekor kambing kualitas super lima tahun lalu sekitar 1,5 juta. Saat ini
harganya bisa jadi 2,5 juta. Kenapa ada peningkatan sebsar 1 juta selama lima
tahun?
Padahal jika dihargai dengan emas, nilainya tetap, sekitar 1 dinar emas
(4,25 gr/ dinar).
Maklum, masyarakat kita sudah terlanjur
menganggap wajar fenomena demikian. Dianggap wajar jika nilai suatu barang
terus mengalami penurunan (depresiasi), padahal faktanya, itu semua adalah ulah
uang fiat (fiat money).
Mata uang yang paling menguasai perdagangan
dunia saat ini tetaplah dollar Amerika. Meskipun sedikit tersaingi dengan
kehadiran Euro, dollar masih memimpin lebih dari 65% hingga tahun 2006 pengaruh
di semua benua. Mata uang ini tidak hanya digunakan dalam negeri, tapi juga
menuntut siapapun yang berhubungan secara ekonomi dengan mereka, ikut
menggunakan dollar sebagai nilai tukar.
Tingkat kepercayaan masyarakat dunia terhadap
dollar membuatnya semakin mempesona. Orang tidak merasa perlu khawatir nilai
tukar dollar akan turun, justru menganggap bahwa dollar sama berharganya
seperti emas. Pengaruhnya semakin kuat ketika dollar disepakati sebagai alat
pembayaran resmi minyak. Hal ini membuat negara lain perlu menyimpan dollar
sebagai cadangan devisa.
Tahukah anda, siapa pencetak dollar?
Ialah The Federal Reserve System atau dikenal
sebagai Federal Reserve, secara singkat juga dikenal sebagai The Fed. Sebuah
lembaga swasta yang memiliki kewenangan untuk mencetak dollar. Jadi, dollar
dicetak bukan oleh lembaga resmi pemerintah! Mereka berhak mencetak berapapun
yang dibutuhkan, sesuai permintaan!. Disinilah monopoli itu dimulai.
Louis T.
McFadden Chairman of the Committee on
Banking and Currency, pada tanggal 10 Juni 1932 mengungkapkannya kepada
publik: “"Some people think the Federal Reserve Banks are the United
States govemment’s institutions. They are not government institutions. They are
private credit monopolies which prey upon the people of the United States for
the benefit of themselves and their foreign swindlers."
(Sebagian orang
mengira The Fed adalah institusi Pemerintah AS. Mereka bukan institusi
Pemerintah. Mereka hanyalah swasta yang memegang monopoli kredit yang menerkam
rakyat Amerika untuk keuntungan diri mereka sendiri dan penipu yang menjadi
rekanan mereka).[1]
Lembar-lembar dollar itulah yang kemudian
digunakan sebagai alat eksploitasi, memerangi yang lemah, menyuburkan kekacauan
dan mendukung perang. Sampai akhirnya pada tahun 60-an, dollar mengalami
depresiasi terhadap mata uang asing. Inflasi tidak bisa dihindari. Terjadi
defisit perdagangan, inilah yang disebut dollar over hang, kondisinya semakin
buruk beberapa tahun setelahnya. Rush atau penarikan besar-besaran terjadi,
banyak negara yang meminta dollarnya ditukar dengan emas. Amerika kelabakan
karena stok emas fisik semakin tipis sementara nominal dollar sudah membanjir
di luar. Bahkan Presiden Prancis, Charles de Gaulle secara terbuka mengapalkan
dollar AS kembali ke Amerika untuk minta diganti dengan emas.Spanyol mengikuti
strategi ini, membuat dollar semakin terpuruk.
Hingga pada bulan Agustus 1971,
konvertibilitas dollar dicabut sebagai pertanda berakhirnya sistem bretton
woods (sistem yang diratifikasi oleh 44 negara tahun 1944, menyatakan bahwa
dollar berperan sentral dalam sistem moneter dunia dan bisa dijadikan sebagai
cadangan devisa. Dengan nilai tukar 35 dolar AS = 1 ons emas).
Hal ini berarti, setelah bretton woods dicabut, dollar tidak lagi di back up dengan emas. Ia adalah kertar-kertas tipis yang nilainya diserahkan kepada pasar, kemudian menjelma menjadi monster karena hanya AS (The Fed) yang berhak mencetak dollar, sedangkan masyarakat dunia hanya boleh menyediakan barang dan jasa yang bisa ditukar dengan dollar.
0 comments:
Post a Comment