"Bangun...."
Suara hati lemah berbisik. Aku hanya menggeliat pelan.
Beberapa detik kemudian, suara alarm HP berbunyi.
Ah, sebentar lagi kenapa.... Suara hati yang lain masih membujuk untuk kembali memejam dan larut dalam lelap.
"Hei, ingat ini hari apa?" Rupanya malaikat belum menyerah untuk membuatku benar-benar membuka mata. Sementara alarm makin nyaring berusaha mengumpulkan kesadaran yang terurai entah kemana.
3.10
Masih terlalu pagi. Kucoba memejamkan mata kembali.
3.18
"Masih mau toleransi?" Mataku lalu mengerjap, mencari sumber pertanyaan. Sayang, semua kata itu kembali pada diri sendiri.
Udara dingin menusuk. Untung, semalam sempat mengenakan jaket sebelum tidur. Jadi meskipun belum ada yang memeluk, tubuh ini tidak menggigil atau lebih parah terserang baper akut menjelang pagi.
Cuaca seperti ini sudah menjadi langganan di sini. Maklum, meski bukan daerah lereng gunung tinggi, Kecamatan Playen termasuk dataran tinggi dalam data tipografi pegunungan seribu. Menjelang dan selama musim kemarau, udara menjadi semakin dingin saat dini hari. Menyentuh air rasanya seperti menyentuh es yang mencair. Aku bergidik, tapi masa mau menyerah sama dingin?
Tidak!
Waktu adalah kesempatan yang tidak akan terulang.
Aku bangun, memasakan diri mengusir dingin yang terus menggoda kembali memeluk mimpi.
Dua hari menjelang deadline pendaftaran online ujian tesis untuk periode wisuda Agustus mendatang.
Aku ingin wisuda Agustus, karena itulah beberapa bulan ini sok "sibuk" menyelesaikan draft tesis, supaya bisa ikut ujian periode bulan ini, tentu saja.
Tapi apalah daya, manusia berusaha dan Allah yang menentukan. Sudah puluhan buku, ratusan jurnal (meskipun skimming) kubaca dan susun sedemikian rupa sehingga menjadi satu karya tesis yang utuh. Sampai akhirnya, menjelang penutupan bulan April kemarin draft selesai dan kuserahkan pada dua pembimbing yang istimewa.
Seminggu kemudian, aku kembali menemui mereka dan menanyakan penilaian terkait draft tersebut.
Hasilnya?
Dosen pembimbing satu hanya minta hasil analisis dijadikan satu tabel ringkasan. KAlau hanya ini, mungkin semalam bisa selesai, batinku.
Beralih ke dosen pembimbing dua. Awalnya beliau yang suepr sibuk enggan cepat-cepat mengoreksi tesisku. Alasannya? Ngga baik mahasiswa buruin dosen. Duh!
Aku menyerah, ya sudahlah kalau ngga bisa wisuda Agustus, mau gimana lagi? Yang penting sudah usaha, kan?
Eh, sebelum aku pulang dan selesai dengan dosen pembimbing satu, dosen pembimbing dua memanggilku. Sudah selesai mengoreksi, katanya. Padahal belum ada satu jam draft-ku beliau buka.
Aku duduk manis menghadap, berharap kekurangan juga tak seberapa seperti sebelumnya. Tapi apa? Ada banyak sekali koreksi beliau, mulai dari referensi yang belum tercantum di daftar pustaka, sistematika penulisan, landasan teori yang masih berantakan, sampai metode analisis data yang tidak sesuai, dan harus diganti dengan metode lain. Hiks.
Bayangkan, satu draft yang sudah disusun susah payah berbulan-bulan hancur dalam satu jam!
Alamat, perlu semedi lebih serius untuk menyelesaikan semuanya. Rasa sedih memacu adrenalin untuk memaksimalkan waktu yang tersisa.
Seminggu berlalu, dan usaha menyempurnakan karya rupanya tidak berlalu sia-sia. Aku kembali menemui dosen pembimbing pertama, langsung dapat Acc tanpa banyak tanya. Alhamdulillah.
Dosen kedua sedang ada agenda di luar kota, sehingga harus menunggu untuk menemuinya.
Sampai jum'at kemarin, aku berhasil bertemu beliau. Dan memang, sudah banyak kemajuan dari tulisan sebelumnya. Tapi, orang perfeksionis selalu bisa melihat kekurangan sebuah karya. Beliau memintaku menjelaskan sedikit tentag hasil analisis yang itu berimbas pada konsistensi penulisan sejak bab awal. Oh my....
Padahal sudah berharap akan dapat Acc langsung hari itu.
Sakit hati? Engga. Aku malah bahagia.
Seandainya bapak melepaskanku untuk mendaftar ujian kemarin, entah apa yang bisa kusampaikan pada penguji jika ada pertanyaan serupa.
Intinya, hari ini aku harus menjawab satu lagi tantangan bapak untuk menyempurnakan karya. yah, walaupun kesempurnaan hanya untuk pemilik semesta, aku hanya berusaha menyelaraskan karya dengan aturan yang ada.
Mungkin juga nanti hasilnya masih jauh dari sempurna, dan kalau masih diprotes lagi kesalahan penulisan daftar pustaka atau catatan kaki, aku mau bilang, "Biarlah pak, kasihan nanti penguji saya kesulitan mencari kesalahan. Jadi sementara begini saja, biar sempurnanya nanti setelah ujian, bagaimana? Boleh di Acc ya pak?"
Lalu besok senin, aku bisa daftar ikut ujian Munaqosyah. Insya Allah.
Doakan ya....semua lancar hari ini.
Terima kasih
Suara hati lemah berbisik. Aku hanya menggeliat pelan.
Beberapa detik kemudian, suara alarm HP berbunyi.
Ah, sebentar lagi kenapa.... Suara hati yang lain masih membujuk untuk kembali memejam dan larut dalam lelap.
"Hei, ingat ini hari apa?" Rupanya malaikat belum menyerah untuk membuatku benar-benar membuka mata. Sementara alarm makin nyaring berusaha mengumpulkan kesadaran yang terurai entah kemana.
3.10
Masih terlalu pagi. Kucoba memejamkan mata kembali.
3.18
"Masih mau toleransi?" Mataku lalu mengerjap, mencari sumber pertanyaan. Sayang, semua kata itu kembali pada diri sendiri.
Udara dingin menusuk. Untung, semalam sempat mengenakan jaket sebelum tidur. Jadi meskipun belum ada yang memeluk, tubuh ini tidak menggigil atau lebih parah terserang baper akut menjelang pagi.
Cuaca seperti ini sudah menjadi langganan di sini. Maklum, meski bukan daerah lereng gunung tinggi, Kecamatan Playen termasuk dataran tinggi dalam data tipografi pegunungan seribu. Menjelang dan selama musim kemarau, udara menjadi semakin dingin saat dini hari. Menyentuh air rasanya seperti menyentuh es yang mencair. Aku bergidik, tapi masa mau menyerah sama dingin?
Tidak!
Waktu adalah kesempatan yang tidak akan terulang.
Aku bangun, memasakan diri mengusir dingin yang terus menggoda kembali memeluk mimpi.
***
Hari ini, hari Sabtu 13 Mei 2017.Dua hari menjelang deadline pendaftaran online ujian tesis untuk periode wisuda Agustus mendatang.
Aku ingin wisuda Agustus, karena itulah beberapa bulan ini sok "sibuk" menyelesaikan draft tesis, supaya bisa ikut ujian periode bulan ini, tentu saja.
Tapi apalah daya, manusia berusaha dan Allah yang menentukan. Sudah puluhan buku, ratusan jurnal (meskipun skimming) kubaca dan susun sedemikian rupa sehingga menjadi satu karya tesis yang utuh. Sampai akhirnya, menjelang penutupan bulan April kemarin draft selesai dan kuserahkan pada dua pembimbing yang istimewa.
Seminggu kemudian, aku kembali menemui mereka dan menanyakan penilaian terkait draft tersebut.
Hasilnya?
Dosen pembimbing satu hanya minta hasil analisis dijadikan satu tabel ringkasan. KAlau hanya ini, mungkin semalam bisa selesai, batinku.
Beralih ke dosen pembimbing dua. Awalnya beliau yang suepr sibuk enggan cepat-cepat mengoreksi tesisku. Alasannya? Ngga baik mahasiswa buruin dosen. Duh!
Aku menyerah, ya sudahlah kalau ngga bisa wisuda Agustus, mau gimana lagi? Yang penting sudah usaha, kan?
Eh, sebelum aku pulang dan selesai dengan dosen pembimbing satu, dosen pembimbing dua memanggilku. Sudah selesai mengoreksi, katanya. Padahal belum ada satu jam draft-ku beliau buka.
Aku duduk manis menghadap, berharap kekurangan juga tak seberapa seperti sebelumnya. Tapi apa? Ada banyak sekali koreksi beliau, mulai dari referensi yang belum tercantum di daftar pustaka, sistematika penulisan, landasan teori yang masih berantakan, sampai metode analisis data yang tidak sesuai, dan harus diganti dengan metode lain. Hiks.
Bayangkan, satu draft yang sudah disusun susah payah berbulan-bulan hancur dalam satu jam!
Alamat, perlu semedi lebih serius untuk menyelesaikan semuanya. Rasa sedih memacu adrenalin untuk memaksimalkan waktu yang tersisa.
Seminggu berlalu, dan usaha menyempurnakan karya rupanya tidak berlalu sia-sia. Aku kembali menemui dosen pembimbing pertama, langsung dapat Acc tanpa banyak tanya. Alhamdulillah.
Dosen kedua sedang ada agenda di luar kota, sehingga harus menunggu untuk menemuinya.
Sampai jum'at kemarin, aku berhasil bertemu beliau. Dan memang, sudah banyak kemajuan dari tulisan sebelumnya. Tapi, orang perfeksionis selalu bisa melihat kekurangan sebuah karya. Beliau memintaku menjelaskan sedikit tentag hasil analisis yang itu berimbas pada konsistensi penulisan sejak bab awal. Oh my....
Padahal sudah berharap akan dapat Acc langsung hari itu.
Sakit hati? Engga. Aku malah bahagia.
Seandainya bapak melepaskanku untuk mendaftar ujian kemarin, entah apa yang bisa kusampaikan pada penguji jika ada pertanyaan serupa.
Intinya, hari ini aku harus menjawab satu lagi tantangan bapak untuk menyempurnakan karya. yah, walaupun kesempurnaan hanya untuk pemilik semesta, aku hanya berusaha menyelaraskan karya dengan aturan yang ada.
Mungkin juga nanti hasilnya masih jauh dari sempurna, dan kalau masih diprotes lagi kesalahan penulisan daftar pustaka atau catatan kaki, aku mau bilang, "Biarlah pak, kasihan nanti penguji saya kesulitan mencari kesalahan. Jadi sementara begini saja, biar sempurnanya nanti setelah ujian, bagaimana? Boleh di Acc ya pak?"
Lalu besok senin, aku bisa daftar ikut ujian Munaqosyah. Insya Allah.
Doakan ya....semua lancar hari ini.
Terima kasih
3 comments:
Semoga lancar kak kifa... Tetap yakin dan berusaha, Allah memudahkan, insyaAllah...
Semoga dilancarkan dik saki...dan wisuda tahun ini
Semoga dilancarkan dik saki...dan wisuda tahun ini
Post a Comment