Menkominfo Rudiantara usai menghadiri deklarasi anti radikalisme
di Kampus Unpad, Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, Jabar pada hari Jumat 14 Juli
2017 telah mengatakan “Kalau tidak ada perbaikan kami akan sangat pertimbangkan
menutup platform. Mohon maaf kalau terpaksa harus (menutup). Karena kita ingin
menjaga kondusifitas agar teknologi media sosial bisa dimanfaatkan dengan baik.
Kalau situs cepat dikontrol oleh Menkominfo. Sementara media sosial itu kan melibatkan
pemerintah dan pelakunya sendiri”.
Saat ini, aplikasi Telegram udah tidak bisa digunakan di
Indonesia karena diblokir oleh pemerintah melalui kementrian komunikasi dan
informasi. Sejauh ini telegram dianggap tidak patuh terhadap peraturan negara
sehingga keputusan pemblokiran itu harus diambil. Menanggapi kenyataan
tersebut, warganet mulai cemas karena pemerintah mengancam akan menutup
aplikasi lain yang tidak dapat menangkal akun pemicu terorisme dan radikalisme.
Warganet menganggap jika pemerintah menutup youtube, facebook,
whatssapp hingga Instagram di Indonesia, maka akan ada banyak sekali pihak yang
dirugikan. Karena era digital berhasil menghadirkan kesuksesan bagi sebagian
orang. Strategi marketing begitu efektif dijalankan melalui berbagai aplikasi
tersebut, bahkan dapat mengalahkan usaha yang tidak mampu berinovasi di bidang
teknologi.
Pada dasarnya, berbagai platform yang kini membanjiri dunia
digital tanah air memang seperti pisau bermata dua, karena mengandung manfaat
sekaligus memiliki potensi buruk. Maraknya aksi bom bunuh diri, jaringan
terorisme, sampai konten negative dan perilaku criminal disinyalir berasal dari
aktivitas warga di dunia maya. Namun di sisi lain, marketing berkembang pesat,
ilmu pengetahuan begitu mudah tersebar mendunia, berita apapun dapat dengan
mudah kita akses setiap hari.
Menutup platform media sosial sesungguhnya tidak hanya dilakukan
oleh pemerintah Indonesia. China, adalah salah satu negara yang memblokir
youtube, twitter, bahkan facebook. Menurut beberapa sumber, pemblokiran itu
disebabkan karena pemerintah China tidak mau ambil risiko berurusan dengan
pihak-pihak yang menentang revolusi. Namun sumber lain menyebutkan bahwa China
melakukan pemblokiran dan proteksi ketat pada internet di negaranya untuk melindungi
platform lain yang dikembangkan oleh warganegaranya sendiri.
Di China ada Baidu sebagai mesin pencari pengganti Google, Weibo
yang berfungsi sama seperti Twitter, dan Youku sebagai pengganti Youtube. Pornografi,
konten negative dan isu sara mungkin bisa diminimalisir dengan pemlokiran
berbagai platform dan website yang menyediakan konten tersebut. Namun apakah
berhasil memutus peredaran berbagai sumber kebobrokan moral manusia tersebut?
Ternyata tidak. Bahkan pemerintah China sendiri yang selama ini
gencar dan ketat mengawasi peredaran konten negative pernah beberapa kali membuka
blokir dan membiarkan warganya menikmati situs porno. Meski beberapa waktu
kemudian situs-situs tersebut kembali diblokir, "Mungkin pemerintah berpikir jika pengguna internet
boleh mengakses beberapa konten porno, mereka tidak akan terlalu mengurusi
masalah politik," ujar Zhao Jing, analis internet China yang menggunakan
nama populer Michael Anti seperti yang kami kutip dari tekno.kompas.com.
Pemblokiran
situs porno dan konten negative termasuk mencegah penyebar luasan isu radikalisme
perlu terus dilakukan, namun rasanya terlalu berlebihan jika dampaknya
pemerintah merasa perlu menutup semua platform. Jika ingin melindungi warga,
maka ada dua cara yang perlu ditempuh: melakukan proteksi internet melalui
pemblokiran pada semua web dan platform dan meningkatkan proteksi diri terhadap warga pengguna internet. setiap warga perlu disadarkan bahwa konten egatif dapat merusak ota dan moral bangsa sehingga perlu dihindari secara pribadi.
Namun
akhirnya, kita boleh merasa lega setelah kemarin (16/7) Presiden Indonesia Joko Widodo menegaskan
tidak aka nada pemblokiran selain Telegram. "Tidak (pemblokiran media sosial yang lain-red).
Tidak," tegas Jokowi saat ditemui wartawan usai dirinya meresmikan Akademi
Bela Negara di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu (16/7/2017, dikutip
dari detik.com). Setidaknya, group penulis dan marketing online bisa terus jalan, kan?.
#OneDayOnePost
0 comments:
Post a Comment